Aku kira, pas pertemuan penting itu aku bakalan disuruh bicara terus dengan bahasa inggris atau arab. Tapi rupanya, disana udah disediain seorang penterjemah yang emang khusus disediain buat aku.
Mas Jimmy juga bilang, meskipun Om Noah menguasi empat bahasa, tapi dia juga tetap menyediakan penterjemah kalo misalnya dia lagi malas untuk bicara dengan klien-klien pentingnya itu.
Jadi rupanya, sebelom meninggal Om Noah itu ada proyek mendirikan sebuah kondominium di Dubai. Nah, sekarang aku diundang kesana dalam rangka acara peresmian dibukanya kondominium tersebut. Gampangnya sih, aku cuma disuruh tanda tangan dan gunting pita.
Acaranya sih ya gak bikin ribet dan capek-capek amat. Cuma yang bikin nguras pikiran itu adalah, saat Mas Jimmy memberitahukan apa-apa aja yang udah ditinggilkan Om Noah untukku.
Tok-Tok.
"Kirain lagi istirahat." Mas Jimmy masuk membawakan dua gelas minuman. Segelas susu buat Diko, segelas earl grey tea hangat untukku.
"Mata kamu udah merah banget itu..."
"Tanggung sih."
Jujur, tadinya itu aku ngajak Ahsan buat ikut. Gimanapun juga, aku kan butuh temen selama buat diperjalanan dan apalagi pas udah sampai ditujuan. Tapi Ahsan bilang, kalo dia harus nemenin ibunya yang lagi dirawat di rumah sakit.
Mau ngajak Mas Bima, kan gak mungkin. Nanti, siapa yang jagain keempat adeknya itu...?
Kalo Armando, juga gak mungkin. Soalnya kan pas minggunya dia harus tanding lagi lawan anak-anak jurusan IPS.
Dan iyaa -- kenapa juga Ahsan harus nyodorin Diko, untuk ikut pergi sama aku...?
"Chi, coba kamu liat deh."
"Liatin kamu?"
Diko senyum salting. Dia kalo salting, pipinya langsung merah, dan bola matanya bergerak-gerak liar ke arah bawah. Gak berani natap aku.
"Light Resort yang ada di Kuta ---"
"Hmmm, iya. Kenapa?"
"Udah beberapa bulan kok gak ada alur transaksi keluar masuk ya..?"
"Hmmm ---" aku sadar bahwa posisiku saat ini tuh, deket banget sama Diko. Bahkan sebelah pipi kami saling nempel satu sama lain. Tapi, kenapa rasanya ---
"Cuma ada transaksi buat bayar listrik, air, dan gas. Padahalkan statusnya masih buka."
Aku melenggut karena ngantuk berat. Padahal lima jam lagi, kita harus terbang kembali menuju Indonesia.
"Kalo ngantuk, istirahat aja."
"Hmmm ---"
Aku nyenderin kepalaku ke lengannya Diko. Aku suka dengan bau parfumnya yang lembut. Gak tau kenapa juga, rupanya ini cowok kayaknya gak begitu suka pake parfum yang tipenya bau-bau cowok dan maskulin gitu.
"Dik, emangnya Caesar suka sama Mas Bima ya?"
"Aku gak tahu. Kenapa gak tanya sendiri aja?"
"Dih, kan kamu sahabatnya!"
"Terus, karena sahabatan jadi aku harus tahu masalah pribadi dia juga?"
Ini orang kenapa tiba-tiba sewot sih...?
Perasaan gak ada angin, gak ada ujan kok nada bicaranya jadi berubah gitu...?
Saat itu juga aku telepon aja Ahsan. Aku sengaja melakukan panggilan video, biar dia makin kebakar api cemburu!
"Ahsan.."
'Ohh, hai Riichi.'
Senyum Ahsan emang manis banget. Meskipun kurus, aku yakin pasti dia punya kontol yang panjang dan besar.

KAMU SEDANG MEMBACA
A LIFE
Teen FictionAku kacau... Kehidupanku juga kacau... Semuanya semakin jadi kacau, saat mereka datang di kehidupanku...