"Bilangnya mau ke coffee shop, tapi ternyata ke tempat lain?"
"Mas Doni...?!"
"Kenapa?! Kamu kaget, mas bisa ada disini?"
Aku mengedip beberapa kali padanya. "Mas, marahnya lebih keras dan galak lagi dong ---" aku mendesis.
Mas Doni malah bingung dengarnya.
"Jangan bengong aja, mas..."
"Kamu kenapa?"
"Aku kesini mau ketemu sama Kak Abi, emang kenapa?!" balasku.
Mata Mas Doni kembali melotot.
"Cepetan marahnya, jangan cuma melotot aja.." aku mendesis lagi. Rasanya udah kaya uler yang bersarang di kepala medusa aja. "EMANG APA HAK MAS NGELARANG AKU?!"
"Kurang ajar kamu ---"
"Ihh, jangan cuma ngegerem aja, mas! Keluarin semuanya!"
"Kamu kenapa, Riichi?" Dia gak jadi marah lagi.
"Tauklah...!"
Setelah mengibaskan tangan, aku pergi gitu aja ninggalin dia di parkiran rumah sakit.
Jalanku masih belom normal. Soalnya tadi, Kak Abi habis menghajar habis-habisan lobang pantatku.
Pengennya sih tadi nginep aja. Tapi, aku udah gak tahan lagi. Nafsu orang itu gede banget. Segede batang kontolnya.
Aku duduk di pinggir jalan, kayak orang dijual gak laku. Kalo yang dibilang Kak Bima itu benar, apa iya pelaku dibalik penyerangan brutal itu adalah Kak Abi..?
"Kamu ngapain malah duduk disitu?" Mas Doni tau-tau muncul. Dia ngejulurin tangannya, ngebantu aku buat berdiri.
"Maafin aku ya, mas."
"Kita pulang dulu ya ---"
"Aku habis ngeseks sama Kak Abi, mas."
Anehnya kali ini Mas Doni sama sekali gak marah.
"Mas minta maaf..." Mas Doni malah ngebelai kepalaku. "Mas paham, pasti kamu terlalu lama menunggu kan?"
"Kalau aku bilang pelakunya bukan Kak Bima, apa Mas Doni percaya?"
Raut wajah Mas Doni berubah sedikit. Tentu aja dia bereaksi kayak gitu. Denger nama orang yang udah nusuk berkali-kali adeknya, pastilah emosinya membuncah lagi.
"Ikut aku yuk, mas."
"Kemana?"
"Kuburan."
Malam ini juga, aku ajak Mas Doni ke pemakaman. Dia sepertinya baru tahu, kalo ternyata kuburan mamahku dan mamahnya Kak Bima itu, posisinya sebelahan.
"Dani itu emang brengsek, mas. Tapi, sebrengsek-brengseknya dia, aku tahu dia gak pernah punya masalah sama Kak Bima."
Aneh aja rasanya, aku ziarah ke makam mamah malem-malem gini. Padahal, mendatangi tempat ini sama aja membuka lukaku kembali.
"Aku gak suka dengan sikap main hakim sendiri loh, mas."
"Apa maksudmu?"
"Kak Bima baru aja ditinggal pergi mamahnya. Dan dia sekarang lagi ditahan, dengan bukti yang belum cukup kuat. Ditambah lagi --- Mas Doni gebukkin Kak Bima sampai babak belur gitu."
"Karena memang dia pelakunya.."
"Kalau ternyata bukan Kak Bima ---" aku berdiri persis di hadapannya. "Maka, aku sendiri yang akan membela Kak Bima dari segala tuntutan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
A LIFE
Teen FictionAku kacau... Kehidupanku juga kacau... Semuanya semakin jadi kacau, saat mereka datang di kehidupanku...