5

617 77 0
                                    

Aku kebangun bukan karena suara musik dari kosan sebelah. Bukan juga karena suara mas-mas yang lagi ngentot sama pacarnya, di kamar sebelah lainnya. Tapi karena, asep rokok yang memenuhi kamarku, dan tentunya membuat leherku kayak lagi dicekek kuat-kuat!

"Kenapa gak ngerokok di luar sih?"

"Dingin." jawab Dani cuek. "Tidur aja. Masih pagi juga."

Aku melangkahinya. Membuka jendela dan pintu kamarku, dengan perasaan jengkel.

"Udah numpang, malah nyusahin...!"

Plaak...

Dia ngelempar segepok uang kertas lima puluh ribuan ke dekat kakiku.

"Kalo kurang, lo tinggal bilang.." ucapnya sambil matiin rokok, garuk-garuk selangkangannya, terus tidur sambil meluk guling yang biasa aku peluk...?!!

Jam enam lewat, aku udah selesai mandi. Biasanya, aku tuh ke depan kosan dulu buat beli sarapan nasi uduk. Tapi, begitu ngeliat ada orang lain yang masih tidur di kamar kosanku gitu, aku jadi males buat beli sarapan terus balik lagi kesini.

Mending aku siap-siap buat berangkat, terus sekalian beli sarapan, buat di sekolah nanti.

"Kalo ada yang nyari gua, bilang aja gak tau."

Apa perlu aku tanggepin kalimatnya dia itu...?

"Heh...!?" Dia narik tanganku. "Lo denger kan apa yang gue bilang tadi?"

Sejenak mataku dan matanya bertemu. Bau aneh yang menguar entah dari mulut, tubuh, atau selangkangannya itu, seketika membuat jantungku berdebar.

"Lo imut.."

Aku tersentak mendengarnya. "Apa?"

Dani mendekatkan mulutnya ke telinga kiriku. "Lo --- imut..."

Aku memejam saat dia mengatakannya. Suara dan desahan nafasnya itu, seolah berhasil membuat pejuhku muncrat berkali-kali.

"Lo ngaceng ya..?"

Mendadak emosiku kembali mendidih. Kutinggalkan dia begitu aja di kamar kosanku.

Terserah dia ngelakuin apa aja, aku mah bodo amat!

Kalo bisa, hari ini aku gak akan pulang ke kosan!

Tiinnn...!

Dahiku berkerut memandangi bmw putih yang berhenti beberapa meter dari pager kosan.

"Pagi, Riichi."

"Kak Abi...?"

"Maaf ya, soal kemaren.."

"Errrnggg, iya-iya."

"Masuk, Chi.."

Perasaan kalo naik mobil kan, malah kejauhan jalan muternya. Belom lagi, harus kena lampu merah di depan sana. Padahal lebih singkat jalan kaki. Nyeberang lewat taman, terus pom bensin, terus sampai deh di sekolah.

"Maafin aku ya..."

"Kak Abi udah baikkan?"

Dia noleh sambil senyum. "Seenggaknya ngeliat kamu itu, kayak ngebooster sistem imun tubuhku."

"Hah..?"

Nah-nah bener kan, antrian di lampu merahnya panjang banget...

"Ayah sama ibuku gak pernah mau tahu gimana perasaanku selama ini." Kak Abi mulai dongeng lagi. Ehh, cerita maksudku. "Mereka terus menyuruhku belajar dan belajar, agar nilaiku tetap diatas sembilan."

"Orang tua itu cuma mau yang terbaik dari anaknya."

"Hidupku paling lama gak sampai enam bulan..."

Seketika aku tersentak. Kembali sosok mamah memenuhi isi kepalaku.

A LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang