11

477 78 0
                                    

"Riichi..."

"Riichi..."

"Riichi..."

Aku tersentak. Kulihat di seberang sana, Dani lagi ngaduk-ngaduk nasi gorengnya dengan wajah bonyok-bonyok.

Dia tiba-tiba bangkit, sambil nyampiri tas ransel di bahu kanannya.

"Mau kemana, kamu?"

"Berangkat."

"Habiskan dulu."

"Gak napsu."

"Dani.."

Aku bukan lagi memikirkan mereka berdua. Bangun-bangun tadi itu, seluruh badanku rasanya pegel semua. Ditambah lagi, kaki sama tanganku pada kesemutan.

Aku...

"Anak itu ---" Mas Doni menggeleng pelan.

Reflek aku bangkit dan membungkuk padanya. "Mas Doni, aku minta maaf soal semalem! Aku gak tau kalo ternyata ---"

"Riichi ---" Mas Doni menatapku. "Sarapannya dihabiskan dulu ya."

Aku memegangi perutku yang terasa mual seperti dikocok-kocok.

"Kamu sakit?"

"Enggak, mas! Cuma sakit perut pagi, biasa aja.."

Benar-benar memalukan! Lagi-lagi kejadian buruk dan memalukan itu terjadi!

Tapi yang jadi pertanyaan, gimana bisa Mas Doni masuk ke kamarku yang dalam keadaan terkunci...?

"Maaf ya, mas juga gak tahu kalau kamu gak bisa minum susu."

"Itu...! Apa ya...?! Maafin aku, mas!! Maafin aku...!"

"Seseorang bisa melakukan apa aja, dalam kondisi mabuk. Mas senang, kalau kamu tidak melakukan sesuatu hal yang bisa membahayakan dirimu sendiri. Tapi sejujurnya, mas agak kaget waktu ---" Mas Doni malah tertawa kecil.

"Jangan diterusin, mas!"

Mas Doni mengelap mulutnya dengan serbet. Dia masih aja tertawa.

"Tahu akan seperti itu, mas kan bisa persiapan dulu."

"Mas, jangan kasih tahu siapa-siapa ya...!? Please..." aku sampai merengek-rengek.

"Iya. Anggap saja, itu rahasia kita berdua.."

"Beneran ya, mas!"

Mas Doni mencium kepalaku. "Mas juga mau ngucapin terima kasih sama kamu."

"Terima kasih, mas?"

"Iya. Soalnya mas udah dikasih jepitan yang enak banget sama kamu."

"Tuh, kan...!?"

"Hhaahaa, maaf-maaf."

Ini gak boleh terjadi lagi! Masalahnya adalah, gimana kalo misalnya Dani juga sampai tahu...?!

Apa yang akan terjadi sama mereka dan aku nantinya...?!

"Riichi ---"

"Iya, mas!"

"Kamu kenapa tegang begitu?"

"Itu --- Aku ---"

"Masalah kunci pintu itu gak usah dipikiran. Semalem, mas masuk lewat pintu penghubung."

"Ehhh...?"

"Nanti siang, kalau mas sempat, mas yang akan jemput kamu. Tapi, kalau gak sempat mas akan nyuruh orang."

"Aku pulang ke kosan aja, mas."

"Gimana kalau mas melarang?"

"Tapi, baju-baju sama barang-barang aku..."

A LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang