41

280 49 1
                                    

"Lo kenapa?" tanya Armando yang lagi nyemilin mie instan mentah.

"Beneran nyari perkara mereka.." rasanya ubun-ubun kepalaku mau meledak.

Sejak pagi, sampai sore aku sama sekali belom nerima kabar apapun dari bule lokal itu. Padahal, hari ini adalah batas tenggat waktu yang aku kasih sama dia.

Drrrttt...

Tepat jam 15.15, akhirnya aku terima WA juga dari Adipati. Tapi disitu aku agak ngerasa aneh. Soalnya, dia bukannya ngasih jawaban, tapi malah ngasih alamat kafe dan aku disuruh dateng ke kafe itu jam 16.00 nanti, sendirian.

"Emang sialan tuh, manusia! Maunya apa sih dia itu...?!"

"Riichi, kamu itu imut-imut tapi mulutnya kasar banget." kata Oliver pelan.

"Selain kasar, kamu juga satu-satunya siswa yang berani bicara sama siapa aja di sekolah ini." Timpal Kenta.

"Adipati ngajak ketemuan di kafe."

"Kafe?" Armando mengerenyit. "Dimana?"

Aku kasih liat alamatnya ke dia. "Kayaknya ini bukan kafe deh.."

"Hati-hati loh, Riichi. Adipati itu orangnya licik dan berbahaya!" ujar Kenta.

Karena itu emang maunya dia, oke. Aku akan coba turuti. Kita liat, apa sih yang dia mau dari aku.

Berangkatlah aku jam 4 kurang, ke kafe itu dengan naik gojek. Karena menurut peta di aplikasi pun, jarak dari sekolah ke kafe tersebut lumayan jauh, jadinya aku gak boleh telat.

Tepat jam 16.05, aku sampai juga di kafe itu. Kafe yang bisa dibilang cukup bagus, dan wah juga. Aku masuk ke dalamnya, setelah sebelumnya nge-WA Adipati. Ngasih tau, kalo aku baru aja tiba di kafe tersebut.

Aku ngeliat dia, yang lagi duduk sendirian di balkon lantai dua. Kebetulan kondisi cuaca sore ini agak-agak mendung.

"Maaf, telat."

Dia kayak kaget gitu. "Naik apa tadi? Sendirian?"

"Sendirianlah. Kalo rame-rame, itu namanya mau demo." tukasku.

"Sorry ya, gua gak bisa bareng. Soalnya gua gak mau sampai anak-anak pada tau. Nanti kesannya gimana gitu.."

"Ohhh ---"

Si bule lokal ini, wangi banget sih. Ditambah lagi, rambut sama wajahnya juga kinclong banget.

"Mau minum apa?" dia nyodorin buku menu.

"Hmmm, apa ya...?"

"Tenang aja, semua minuman disini aman dari yang namanya susu."

Seketika aku menatapnya. Begitu juga dia yang rupanya lagi menatapku.

Kututup buku menu. "Kamu tau darimana?"

"Kalo gua jujur, apa lo bisa janji buat gak pergi gitu aja?"

"Gak usah bertele-tele.."

"Lo harus janji dulu."

"Yaaa, aku janji."

Kalian tau, apa yang dia keluarin dari lehernya yang kokoh dan putih itu...?

"Kenapa kamu ngelusakkin kalung buatanku...?! Itu kan hadiah buat mamahku...!"

"Aku --- aku gak sengaja, Icih.."

"Kamu bohong! Kamu itu emang nyebelin! Aku benci kamu! Dasal kamu golila gemblot! Olang utan jelek!"

Seketika emosiku meluap-luap. Rasanya dari lobang hidungku tuh keluar asep kayak asep-asep item yang keluar dari cerobong kereta batu bara.

A LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang