4

768 73 0
                                    

Jam 16.25, aku tiba di Stasiun Bogor. Sebelumnya aku bilang kalo aku akan berangkat habis Ashar. Tapi ternyata Mas Farhan mengusirku bahkan sejak dari pagi. Dia bilang, kalo hari ini aku istirahat aja. Soalnya senin besok kan, aku harus udah kembali ke sekolah.

"Riichi...!"

Oke. Sejujurnya aku selalu terkesima dengan Kak Abi. Apapun yang dipakainya, dia tetap keliatan ganteng dan keren. Bahkan dalam keadaan telanjang seperti manusia primitif pun, dia masih aja keliatan ganteng (hanya saja lebih menggairahkan tentunya!).

"Udah lama ya, kak?"

Dia ngangguk. "Saking lamanya, aku hampir aja dibawa orang tadi.." dia ngejulurin tangannya. "Yuk."

Apa yang ada dipikirannya, sampai-sampai dia melakukan hal itu lagi. Padahal aku dan dia itu sama-sama cowok. Tapi kayaknya, dia sama sekali gak risih dengan pandangan orang-orang di sekitar kami.

Aku masuk ke dalam honda jazz hitam dop-nya. Aroma wangi parfum mobil, langsung menyambut hidungku.

"Kita mau kemana, kak?"

"Ke rumahku."

"Owhhh ---" aku manggut-manggut. "Ke rumah, kak...?!" Lalu aku tersentak kemudian.

Gak mungkin!

Gak mungkin kalo orang ini akan ngenalin aku ke keluarganya sebagai pacar, kan...?!

Suasana Bogor sore ini sangat lembab. Rupanya tadi hujan deras abis mengguyur selama beberapa jam. Namun gerimis masih turun rintik-rintik.

Aku jadi teringat sama almarhum mamah, kalau lagi ujan seperti ini. Kami pulang bersama naik angkot. Kalo pas baru gajian, pasti mamah akan ngajak aku makan soto mie di kedainya Pak Gendut yang legendaris itu.

Mamah... aku jadi kangen sama mamah...

"Kamu kenapa bengong?"

"Ehhh, enggak kak..."

"Lagi ada masalah ya? Cerita aja..."

Hah...? Bukannya kebalik ya...?

"Aku jadi keinget sama mamah, kak." ucapku pelan. "Beruntungnya ya mereka yang masih punya keluarga lengkap."

"Siapa bilang...?"

Degghh..!

Aku sontak menoleh ke arahnya. Lagi-lagi wajah Kak Abi berubah datar dan dingin. Berbeda sekali, dengan beberapa saat sebelum dia mengatakan hal itu.

"Makasih ya ---" dia menoleh sambil senyum. "Gak kebesaran kan?"

Aku melihat ke bawah. "Enggak, kak. Pas kok.."

"Padahal kemaren aku mau beliin yang lebih bagus. Tapi kamunya gak mau.."

"Yang ini juga bagus kok, kak. Nyaman banget aku makenya."

"Sama kayak aku.."

"Hhaahh..?"

"Nyaman saat deket sama kamu.."

Aku emang suka sama cowok itu, udah lama banget. Tapi, selama ini aku cuma bisa mengagumi mereka itu dalam hati aja. Lagian, gak mungkin juga aku nyosor dengan bilang tanpa perasaan malu sedikitpun, kalo aku suka sama mereka...?

Bisa-bisa aku digebukkin dan digantung di tiang listrik nanti...!

"Kak Abi mau nerusin kuliah dimana?"

"Masih belum ada bayangan."

Masa, orang sepinter dan setajir dia belom ada bayangan...?

Apa jangan-jangan, dia punya rencana buat ngajak aku kawin lari nanti...?!

A LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang