"Ta--daaa, lo suka kan...?"
Aku gak bisa berkata apa-apa. Bukan cuma romantis, tapi restoran yang kami berdua datengin ini berkelas dan mewah pake banget!
"Gua udah sengaja nyewa nih tempat, khusus buat kita berdua.."
"Dani ---"
Duhh, gimana dong...?
Gimana kalo misalnya aku beneran suka sama nih orang...?
"Bentar ya ---" Dani kayak buru-buru gitu. Entah mau kemana dia itu.
Aku coel sedikit aja saos steak yang tersaji di hadapanku, dengan jari telunjuk.
Hmmmm, rasanya enak banget..!!
Belom pernah aku makan, steak seenak ini!! Eh, pernah deng, beberapa kali sama Om Noah waktu itu.
"Pacar, gua balik lagi!"
Sedikit banyak aku udah pernah belajar makan steak pake pisau dan garpu. Jadinya, aku gak malu-maluin bangetlah malem ini.
Dani mengelap saus di sudut bibirku. Matanya berkedip-kedip genit, hingga rasanya aku ingin mencoloknya dengan pisau steak ini.
Hapenya berdering beberapa kali. Namun dia malah sengaja merejeknya.
Sampai kemudian... salah satu sahabatnya dateng dengan wajah kayak panik gitu.
"Bro ---" mereka pun bisik-bisik gak jelas.
"Pacar, gua mau ke toilet dulu bentaran.."
Mau sebentar, mau lama juga gak masalah. Yang penting, aku bisa makan-makan enak sekarang.
Setengah jam berlalu, Dani belom balik-balik juga. Aku menyusulnya ke toilet, tapi dia udah gak ada. Aku coba telepon hapenya, tapi hapenya aja ditinggal di meja.
Seharusnya aku udah curiga dari awal. Kalo dia sengaja menyiapkan ini semua, terus kenapa sahabatnya itu bisa tiba-tiba muncul...?
"Riichi..."
Kutegakkan kepalaku. Kudapati Mas Doni sedang berdiri, dengan kaos polo putih, dan celana jeans biru mudanya.
"Mas Doni...?" Aku menelan ludah. Firasatku jadi gak enak.
Dia pun duduk, di kursi yang tadi diduduki oleh Dani.
"Anak itu emang keterlaluan. Dia tega meninggalkan pacarnya sendiri, demi wanita yang saat ini tengah mengandung anaknya.."
Aku beneran gugup. "Mas Doni, aku ---"
"Saya sudah tahu semuanya."
"A --- ku..."
"Anak kurang ajar itu harus mempertanggung jawabkan semuanya. Termasuk, janin yang ada di dalam rahim cewek itu."
"Itu --- beneran anaknya Dani?"
Mas Doni tiba-tiba menyapu semua piring dan gelas dengan tangannya. Hingga semuanya jatoh, dan pecah berserakkan di lantai.
Disitu, rasanya aku mau nangis. Memang aku ini bego banget. Cuma gara-gara udah dientot sama manusia itu, aku langsung jatoh dalam perangkapnya...
"Kita pulang." Dia menjulurkan tangan kanannya.
"Aku ---"
"Gimana kalau mas sendiri yang akan membuatkanmu makan malam?"
"Emang, Mas Doni bisa masak?"
"Tentu saja bisa." ucapnya hangat. "Daripada penasaran, bagaimana kalau kamu ikut, untuk mencicipinya?"
"Hmmm --- ayo deh. Soalnya aku juga masih laper."
Mas Doni ngerangkul sambil megang kepalaku. "Kasian. Masa pacaran kayak begitu? Kurang ajar banget ya..?"

KAMU SEDANG MEMBACA
A LIFE
Teen FictionAku kacau... Kehidupanku juga kacau... Semuanya semakin jadi kacau, saat mereka datang di kehidupanku...