7

548 76 1
                                    

Oke-oke, Dani itu emang ganteng. Tapi, dia baunya aneh banget waktu pagi. Apalagi pas lagi ngangkat kedua lengannya ke atas.

Dari keteknya itu --- ufffhttt, ada bau-bau kecut kayak abang-abang kuli proyek!

Ihhh, aku merinding waktu ngebayangin pas bangun tadi pagi.

Masa, semalem aku tidur di kasur, dan  dia di bawah, dengan kondisi masih pake pakaian lengkap.

Ehhh..., tiba-tiba pas bangun paginya, aku sama dia udah gak pake baju!

Mana posisi wajah dia ada di ketek aku lagi...!?

Masih sama seperti hari kemaren. Pasti orang-orang berjas hitam yang disebar di sekolah itu, orang suruhannya Mas Doni.

Jujur aja, sampai detik ini aku masih belom tau, apa yang sebenarnya udah dilakuin sama anak itu. Dani maksudnya.

"Riichi.."

"Kak Abi..."

"Kok kamu keliatan lesu? Sakit ya..?"

"Sakit jiwa aku kak, lama-lama.

"Riichi, kamu buat aku khawatir..."

"Kak, aku terima tawaran kakek dan nenek kakak deh!" ucapku penuh keyakinan.

"Kamu serius, Riichi?"

"Iya."

Kak Abi malah memelukku. "Makasih ya, Riichi. Aku bahagia banget dengernya."

Daripada aku harus tinggal sama si Dani yang hobinya cuma bisa nyuruh-nyuruh, mending aku tinggal di rumah kakek dan neneknya Kak Abi aja.

Lagian, menurutku mereka itu orangnya baik dan juga ramah. Gak tau juga deh, gimana dengan sikap orang tuanya Kak Abi. Soalnya kan, aku belom pernah ketemu sama mereka.

"Nanti siang, kita ambil barang-barang kamu dari kosan?"

"Jangan, kak!"

"Kenapa?"

"Hmmm --- sebagian barangaku tuh ada di rumah sama di kedai kopinya Mas Farhan. Di kosan itu, palingan cuma ada satu dua baju sama kolor aja."

"Hmmm, oke. Kalo gitu, aku mau ngasih tau nenek dulu ya.."

Iya, kak. Jangan lupa siapin makanan sama minuman yang enak-enak ya. Soalnya aku ini kan, tamu yang harus dihormati dan disegani. Xixixi.

Habis teleponan sama neneknya, aku sama Kak Abi jalan-jalan ke ruang TU. Rencananya sih aku mau bayaran ujian semesteran, sama spp buat bulan depan.

"Kak ---"

Kak Abi senyum. "Aku gak papa..."

"Aku jalannya kecepetan ya, kak? Kalo capek kakak di UKS aja. Mau aku anter?"

"Gak usah, Riichi. Aku masih kuat kok."

Ngeliat wajah pucet dan senyum yang dipaksakan Kak Abi, lagi-lagi mengingatkanku akan sosok mamah.

Bahkan ketika tubuhnya udah lemah, dan seluruh rambutnya sudah habis dipangkas, mamah masih saja mencuci pakaian dan membersihkan rumah.

Akhirnya kutunda dulu untuk ke TU, dan akupun berbelok ke UKS, bersama dengan Kak Abi.

Untung aja, aku gak ngotot buat ke TU. Soalnya pas baru aja sampai di UKS, Kak Abi tuh langsung ambruk!

Mana badannya dia tuh lebih tinggi dan berat dari badanku.

Guru yang selalu berjaga di UKS pun, seolah paham dengan apa yang sedang terjadi sama Kak Abi. Beliau menyuruhku untuk mengambilkan obat di tas Kak Abi. Itu artinya, aku harus ke kelasnya, yang dimana aku sama sekali belom pernah menginjakkan kaki di teritori anak-anak kelas dua belas.

A LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang