"Selamat pagi sus, pasien atas nama Riichi Lionel ada di kamar berapa ya?" tanya sesosok pemuda tinggi dengan topi dan kaca mata hitamnya itu.
"Lantai enam, Ruang Kenanga VVIP."
"Baik. Terima kasih."
Dengan langkah terburu-buru, pemuda itupun memasuki lift. Ada sedikit perasaan gelisah di wajahnya. Entah kenapa, beberapa malam ini ia selalu saja bermimpi yang sama.
Dimana mimpi itu dia didatangi oleh sosok seseorang. Namun, wajah orang itu tidaklah bisa ia lihat dengan jelas.
Hanya saja...
Ting...!
"Opal sama Amin jagain A Icih dulu ya. Teteh mau beli minuman dingin dulu."
"Jangan lama-lama ya, teh."
Pemuda itu pura-pura membaca beberapa artikel yang tertempel di dinding rumah sakit.
"Amin, kita main keleleng yuk!"
"Aku ambil dulu, kamu disini aja."
Dia melihat ada dua suster jaga yang sedang duduk-duduk sambil bercengkerama. Tidak mungkin baginya untuk bisa memasuki ruang pasien VVIP, tanpa terlihat oleh kedua suster penjaga itu.
Tiba-tiba ada yang menarik jemari tangan kanannya. Sesosok bocah dengan sepasang mata bulatnya yang jernih, tengah menatap padanya.
"Om, buatin kapal-kapalan ---"
Pemuda itupun menurut aja. Dia kini duduk, ditemani bocah itu. Mereka berdua membuat kapal-kapalan dengan kertas origami yang dibawa si bocah.
Setelah membuat dua pesawat kertas, dia pun coba menerbangkannya.
"Kapalnya bagus..." Opal berlari memungut kapal-kapalan kertas yang mendarat di depan pintu lift.
"Itu punyaku!" kata si bocah itu dengan nada gak suka. "Kembaliin!"
"Ehh, kamu jangan malah-malahin Opal!" Amin datang membela.
Pemuda itu membuat lebih banyak lagi kapal kertas. Lalu dia memberikan kepada ketiga bocah itu. Dan mengatakan, agar mereka bermain bersama dan jangan bertengkar lagi.
Saat dia menoleh, ternyata kedua suster penjaga itu sudah tidak ada. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, dia pun bergegas melangkahkan kakinya menuju ruangan yang berada di ujung lorong lantai enam ini.
Ruang rawat inap itu sangatlah sepi. Tidak ada siapapun, selain sesosok remaja yang tengah berbaring dalam kondisi koma.
Cklek.
Pintu kamar mandi terbuka. Dia pun cepat-cepat sembunyi ke balik sofa bed.
Matanya menyipit, saat ia menangkap dua sosok yang baru aja keluar dari dalamnya.Rupanya itu salah satu si suster penjaga, dan juga seorang pria berbadan tegap dengan blazer hitamnya.
Dia sempat ragu, apa yang sebetulnya baru saja dilakukan kedua orang berlainan jenis itu di dalam kamar mandi.
Namun, pertanyaannya terjawab sudah saat kedua orang itu melakukan sebuah perbuatan yang sangat-sangat gila!
Setelah si suster mengunci pintu dari dalam, kedua orang itu yang sepertinya sedang dimabuk asmara itupun melakukan hubungan seks!
Gila...!
Cukup lama juga si pemuda itu bersembunyi di balik sofa bed. Menunggu sampai kedua orang gila itu, menuntaskan seluruh nafsu bejadnya!
"Kok pintunya gak bisa dibuka...?"
"Iya, kok gak bisa dibuka ya...?"
"Kita cari Teh Ica dulu yuk, Opal!"
"Ayo, Amin...!"
Mendengar suara celotehan anak-anak kecil dari luar, si suster dan pengawal pribadi Riichi itupun bergegas menyelesaikan permainan gila mereka.
Tiba saatnya bagi si pemuda berkaos putih itu untuk keluar dari persembunyiannya. Dia dekatin sosok remaja berwajah pucat dengan kondisi memprihatinkan tersebut.
"Aneh ---" gumamnya pelan.
Pemuda itupun memegang tangan kiri Riichi, dan coba memperhatikannya dengan seksama.
Lalu dia memeriksa leher Riichi, dan...
"Ada." ucapnya. "Tapi, kenapa tanda lahir itu bentuknya agak berbeda..?"
Dia mengambil beberapa foto bagian tubuh Riichi. Yang lebih mengherankan lagi, pemuda itu bahkan mengambil beberapa helai rambut Riichi, dan juga mengambil sedikit air liur dari mulutnya Riichi, yang entah untuk apa ia melakukan itu semua.
•
•
•
•
•"Mas ---" pemuda tinggi itu melepas kacamata hitamnya. Membuat pemuda yang tiga tahun lebih tua darinya, menghela nafas panjang.
"Apalagi sekarang?"
Dari saku jaketnya, dia mengeluarkan dua plastik klip. Satu berisi cotton bud, dan satunya lagi berisi beberapa helai rambut.
"Kamu tahu, kalau kamu sampai ketahuan bisa panjang urusannya..!?"
"Aku gak butuh nasehat mas. Sekarang aku cuma butuh hasil tes lab-nya aja..."
Pria berkacamata bulat itu menatap lekat adiknya. "Ini punya siapa?"
"Ahhh, Mas Nanda gak usah tahu deh!"
"Kalau gitu, mas gak akan bantu."
"Tck!" Pemuda itu tampak kesal sendiri. Tapi, cuma kakaknya saat ini yang bisa dia mintai bantuan. "Punya Riichi. Riichi Lionel."
"Siapa dia?"
"Mas Nanda...!"
"Niko ---"
"Tck!" Pemuda bernama Niko itu malah menggigiti ujung kuku ibu jarinya. "Temannya Octa."
Seketika mata Nanda membulat. "Kamu ngapain sama anak SMA, Niko?!"
"Aku gak ngapa-ngapain, mas! Aku cuma ---"
"Cuma apa?!"
Niko merebut lagi dua barang miliknya itu. "Kalo mas gak mau bantu, aku bisa usaha sendiri!"
"Mas akan bantu, asalkan kamu ceritakan semua."
"Iya-iya, aku ceritain semuanya!"
Niko pun menceritakan semuanya pada Nanda. Meski itu semua, hanya berdasar pada firasat dan dugaannya semata.
"Jadi, kamu pikir Octavian itu bukan --- anak papah sama mamah?"
"Iya."
Nanda memegang dahi Niko. "Kamu gak sakit kan? Atau jangan-jangan, kamu --- mengkonsumsi narkoba?"
Niko mengambil sesuatu dari laci meja kerja kakaknya. Betapa terkejutnya Nanda, saat tahu adiknya itu mengambil sesuatu miliknya yang sangat berharga dan rahasia.
"Aku udah tahu semuanya, mas."
"Jangan lancang, kamu!"
"Mas sendiri kan yang nulis, saat mamah ngelahirin Octavian -- dokter bilang kalo dia itu prematur dan bahkan gak akan bisa bertahan?"
"Cukup! Mas gak mau dengar apapun lagi!"
"Mas sendiri yang dengar, apa yang dibicarakan antara kakek dan dokter, pada malam itu kan?!"
"Cukup, Niko!"
"Dia bukan adik kita, mas. Octavian yang asli itu seharusnya cacat. Itulah kenapa kakek sangat ingin membuangnya."
"Niko!" Hilang sudah kesabaran Nanda. "Sekali lagi mas dengar ucapan kamu yang aneh-aneh ---"
"Apa? Mas mau ngaduin ke papah sama mamah, kalo aku udah pernah ngeseks sama Ahsan...?!" Emosi Niko tak terkontrol. "Aduin aja, mas! Dikiranya aku bakal takut!"
"Kelainan kamu!"
"Kalo mas gak mau bantu aku --- aku akan berusaha sendiri! Aku yang akan membuktikan, kalo Octavian itu bukan adik kandung kita!"
• • •

KAMU SEDANG MEMBACA
A LIFE
Novela JuvenilAku kacau... Kehidupanku juga kacau... Semuanya semakin jadi kacau, saat mereka datang di kehidupanku...