"Riichi..."
"Ehh --- bikin kaget aja, kak!" ujarku agak-agak hiperbola dikit. "Hmmm, udah laper ya? Mau makan sekarang?"
Kak Bima ngulas senyum. "Kamu udah keluar uang banyak ya ---"
"Uang masih bisa dicari, kak. Mangkanya, Kak Bima harus sehat terus. Supaya bisa nemenin mereka terus, sampai dewasa nanti.."
"Kamu selalu nyemangatin aku. Padahal, waktu itu nyawaku hampir gak tertolong."
"Aku mau tanya, tapi Kak Bima harus jawab jujur ---"
Muka Kak Bima agak memerah. Dia juga keliatan kayak salah tingkah gitu.
"Kak Bima, mau ---"
"A Abim, ayo kita foto..!" Ica dateng-dateng langsung narik tangan Kak Bima.
"Yang lain dimana, Ica?"
"Ada disana tuh, sama Om Jimmy. Ayo, A Abim..."
"Yaudah sana, kak."
"Kamu ---"
"Aku disini aja."
Sebenarnya aku juga lagi ada urusan sendiri sih. Semoga aja tadi Kak Bima gak sempet ngeliat foto yang lagi aku liat-liat di galeri hapeku.
Hapeku berkedip-kedip, sesaat setelah Kak Bima dan Ica pergi.
"Buat lobang pantat dan kontolnya lecet --- kalo perlu, suntik kebiri aja --- aku rasa itu masih gak seberapa, dibanding dengan memotong habis batang kontolnya.."
Klik.
Dughh..!
"Maaf, aku ---" seketika nafasku memburu.
"Kalo aku gak salah dengar, tiap kali ketemu pasti kamu lagi bicara alat kelamin cowok.." Si kuning itu lagi rupanya.
"Kamu apaan sih...?!" tukas si wajah tirus, dengan raut gak suka gitu. "Maaf, temenku emang suka asal."
"Kon --- tol..." Ujarnya sambil berlalu gitu aja, dengan tatapannya yang seolah lagi ngejek aku.
"Yang lain mana?"
"Kamu sama si kuning itu, sengaja ngikutin ya?"
"Ehh, kamu jangan salah sangka dulu. Aku dan temenku emang lagi ada urusan disini."
"Urusan apaan coba di taman bermain...?"
Cowok itu malah senyum-senyum gak jelas. "Aku --- hmmm..., gimana ya..?"
"Kenapa? Sakit perut...? Sakit gigi...?"
"Ahsan --" dia ngejulurin tangan kanannya.
Ohhh, dia mau kenalan rupanya. "Riichi." Tangannya sih gak gede-gede amat. Bahkan cenderung kurus. Tapi --- tunggu dulu, apa jangan-jangan dia --- gay juga...?!
"Sekolah?"
Aku ngangguk. "Iya. Kamu?"
"Baru naik kelas sebelas."
Dihhh, samaan dong umurnya...?
"Tunggu-tunggu, kalo aku boleh nebak --- pasti kamu kelas delapan atau sembilan...!?"
"Hah?"
"Itu bokap dan kakakmu kan?"
"Hah?"
"Ternyata dugaanku emang bener..." dia ngomong sendiri. "Yes!"
"Kamu kenapa ya?"
"Sebentar --" dia buru-buru pergi ke salah satu stand penjual minuman dan popcorn. Dia balik lagi, sambil ngebawa dua gelas minuman. "Anggep aja, sebagai tanda kenalan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
A LIFE
Teen FictionAku kacau... Kehidupanku juga kacau... Semuanya semakin jadi kacau, saat mereka datang di kehidupanku...