"Gimana mas, rumahnya?"
Mas Jimmy menghela pelan. Kayaknya dia agak gak puas dengan rumah pilihanku ini.
"Katanya mau cari di daerah Kelapa Gading?"
"Macet dan banjir."
"Kamu ini memang gak pernah berubah ya, dek." Mas Jimmy memegang kepalaku.
"Aku sengaja pilih rumah ini, karena halamannya kan luas, jadi bisa dipake main sama adek-adeknya Mas Bima."
"Kamu gak takut malu dengan teman-teman barumu nanti?"
"Opal gantian dong! Teteh juga kan mau naik ayunan!"
"Nanti, teteh. Opal kan balu semenit...!"
"Kita samperin mereka yuk, mas."
"Itulah kenapa Tuan Besar menjatuhkan pilihannya padamu. Anak kecil yang polos, sederhana, jujur, dan selalu bicara apa adanya."
"Udah ah, mas! Malu tau akunya, kalo harus inget-inget lagi kejadian itu...!"
"Riichi, kakek sama nenek mau bicara." kata Mas Bima agak serius.
"Bicara aja, kakek -- nenek."
"Kakek tidak tahu lagi harus bagaimana, Nak Riichi. Nak Riichi begitu baik sekali kepada cucu-cucu kakek dan nenek..."
"Kakek sama nenek yakin gak mau tinggal disini juga?"
"Biarlah nenek sama kakek menempati rumah almarhum mamahnya Bima. Sayang kalau rumah itu dikosongkan."
"Sering-sering main ke Bogor ya. Jenguk kakek dan nenek."
"Kakek sama nenek, kalo mau main kesini telepon aja. Nanti aku suruh orang buat jemput kalian."
"Nak Riichi, ini ada sedikit perhiasan peninggalan mamahnya Bima.."
"Ihhh, aku gak mau. Nenek ini apa-apaan sih..."
"Kami sudah membicarakannya, anggap saja ini ---"
"Aku gak mau ya..." aku tatap Mas Bima. "Kalo mau, Mas Bima aja tuh simpen."
Opal sama Uno tiba-tiba menghampiri dengan nafas terengah.
"A Abim, Opal mau naik odong-odong..."
"Odong-odong apa sih, Opal?"
"Itu A Abim, disana..." Uno menunjukke arah luar pagar.
Untungnya aja ujan mulai turun, jadinya itu anak-anak kecil langsung lari ke dalam rumah, dan melupakan odong-odongnya.
Tadi neneknya Mas Bima, sengaja masakkin sayur asem, ayam goreng, sama peyek udang dari rumah. Jadi, sekarang kami makan siang bersama, sambil menunggu hujan reda.
"Waahhh ---"
"Opal, nontonnya jangan dekat-dekat. Duduk sini..."
Opal noleh dengan matanya yang belo dan jernih. "Tv-nya gede banget ya, kek...?"
"Opal duduk ih!"
"Teh Ica jadi kecil, hhihii.."
"Makannya habisin dulu!"
Opal pun duduk lagi disebelahnya Ica. Kembali makan sendiri, meski nasinya berceceran kemana-mana.
"Besok lusa aku harus dateng ke kampus, kek."
"Hati-hati, Bima."
"Aku harus mengurus administrasi dan menyerahkan berkas-berkas."
"Ica, Uno, Amin, dan Opal, kalau nanti A Abim sedang kuliah, kalian jangan nakal ya."
![](https://img.wattpad.com/cover/273061407-288-k296569.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A LIFE
Roman pour AdolescentsAku kacau... Kehidupanku juga kacau... Semuanya semakin jadi kacau, saat mereka datang di kehidupanku...