36

331 58 4
                                    

Teeetttt...!!!

"Riichi, kamu kenapa lesu? Kamu lagi gak enak badan?"

"Tck!" aku memutar posisi dudukku, menghadap Kenta dan Oliver. "Kenapa si bintang telenovela itu pindah ke sebelahku sih? Bikin bete aja!" Aku sengaja kerasin suara, biar Arman bisa denger.

Sambil siul-siul dengan gayanya yang sok keren, dia ngeluarin sesuatu dari dalam tas ranselnya.

"Buat lo nih.."

"Tirami ---" kutatap curiga dia.

"Mahal nih. Kalo gak percaya, nih struknya."

"Arman udah bersikap baik, Riichi. Terima aja."

"Kenta mah bloon.." aku menghela pelan. "Mana ada orang ikhlas, ngasih sekalian sama struknya? Itu sih sama aja dia minta ganti rugi secara gak langsung!"

"Maaf, Riichi."

"Mangkanya, kamu gak usah ikutan ngomong!" Oliver ngejitak kepala Kenta.

"Terserah lo mau terima apa enggak. Yang pasti, gue udah ganti."

"Arman..!" Aku memanggil dengan membentak. Sampai-sampai seisi kelas memperhatikanku. "Mau kemana?!"

"Makanlah. Mau ikut?"

"Suapin dulu!"

"Hah?!" Dia sampai melongok. "Apa?"

Pintu kelasku terbuka. Beberapa siswa terlihat berdiri-diri di depannya. Aku gak tau siapa mereka. Tapi cewek yang ada di barisan paling depan itu sempat menyebut namaku.

"Riichi ya?"

"Ohhh, hee --- iya. Siapa ya?"

Cewek itu ngenalin dirinya. "Aku Fia. Dan mereka, ketua kelas dari seluruh kelas jurusan IPS."

"Ohh iya, rame-rame mau demo apa nih?"

"Gini Riichi, sebelumnya aku minta maaf kalo misalnya agak lancang."

"Heh, ngapain diri aja?"

Arman celingukkan. "Siapa? Gue?"

"Ambilin kursi, kek! Jangan bengong aja kayak sapi ompong!"

"Iya, Arman. Kamu kan wakil ketua kelas."

"Kenta! Kamu ngapain ikutan ngomong?!"

"Ehh, iya-iya. Maaf. Biar aku aja yang ambilin kursi."

Aku masih heran aja, kenapa sih mereka itu kok kayaknya pada takut banget sama si Armando?

"Tiramisu." Kak Fia senyum ngeliat tiramisu di kursiku.

"Jadi, ada apa ya?" tanyaku lagi.

"Kita kesini mau konfirmasi aja. Emang bener ya, kalo kamu diundang secara langsung jadi anggota Dewan Siswa."

"I -- ya. Tapi WA-nya udah aku hapus. Soalnya aku kira itu link spam. Hheehe.."

Lima detik kemudian, hapeku yang tergeletak di atas meja kedap-kedip.

"Siapa, Ichi?"

"Kenta! Kita diem aja!"

"Ahsan."

"Ahsan...?!"

"Ahsan Dewan Siswa itu ya?!"

"Padahal kita aja gak pernah ada yang tahu nomer mereka ya?"

"Kamu gak bales dulu, WA dari Ahsan?" tanya Kak Fia.

"Gak penting, kak."

"Gak penting katanya?!"

A LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang