19

414 62 2
                                    

Tiga bulan kemudian...

"Riichi --- Riichi, stop..."

Kuhentikan gerakkanku. "Sepuluh menit lagi ya, kak...? Please..." aku memohon dengan wajah memelas.

Kak Abi mencium bibirku intens. Kunaik turunkan perlahan pinggulku. Merasakan bahwa batang kontol Kak Abi, menyentuh tepat di titik prostatku.

Kontolku berkedut-kedut. Pejuhku masih saja keluar, meski jumlahnya gak sebanyak tadi.

Kujatuhkan kepalaku di pundaknya, dengan nafas terengah-engah.

"Kak, jangan udahan dulu ya..."

Kak Abi mencium leherku. "Gimana kalau kita terusin habis acara perpisahan nanti? Kan kita udah janji mau pergi ke Raja Ampat...?"

Aku memasang wajah cemberut. Kupukul dadanya beberapa kali. "Ini gara-gara kakak pake tisu magic sialan itu! Jadinya gak keluar-keluar kan...?!"

"Riichi, aku kan cuma ingin membuatmu puas."

"Tapi kan, aku mau nelen pejuh kakak!"

"Dasar kamu ya...!?" Kak Abi mencubit hidungku. "Di luar makin rame. Kita break dulu ya, sampai acara perpisahan selesai."

"Iya deh..."

Kontol Kak Abi masih aja ngaceng. Hampir satu jam kita ngentot di mobilnya, tapi dia sama sekali belom keluar. Sedangkan aku, udah tiga kali keluarnya.

Selesai berpakaian rapih, aku dan Kak Abi keluar bersamaan. Kami berdua pun langsung jadi pusat perhatian siswa lain. Apalagi aku yang saat ini membawa sebuket mawar merah yang nanti akan kuberikan kepada Kak Abi, sesaat setelah acara kelulusan.

'Kak Abi -- Riichi, boleh minta fotonya dulu gak...?!'

"Kenapa enggak ya, sayang...?" Kak Abi mencubit pipiku gemas.

Kalo ada yang suka dan bahkan mendukung hubungan kami berdua, maka ada juga beberapa orang yang tidak suka dengan kami.

Namun, gak ada yang bisa mereka lakukan karena mereka tahu gimana besarnya kekuatan Kak Abi di sekolah ini.

Tempat dudukku berpisah cukup jauh dari tempat duduknya Kak Abi. Karena pihak sekolah memang menyediakan tempat duduk khusus buat anak-anak kelas dua belas, yang posisinya gak begitu jauh dari podium.

Semakin siang, ruang pertemuan semakin dipadati oleh orang tua siswa kelas dua belas.

Jam sembilan pagi, acara pun dimulai. Kepala yayasan memberikan sambutan, yang kemudian disambung oleh kepala sekolah, lalu perwakilan siswa kelas dua belas.

Dan sebagai perwakilan siswa kelas dua belas, Kak Abi-lah yang ditunjuk untuk mewakili teman-temannya yang lain.

Dengan dibalut setelah jas hitam, Kak Abi terlihat sangat tampan dan gagah. Apalagi sekarang tubuh atletisnya itu kian terbentuk mendekati kata 'sempurna'.

"Untuk mengenang semua jasa dan kebaikkan dua teman kita yang sudah meninggalkan kita untuk selamanya, marilah kita memberikan sebuah penghargaan tertinggi untuk mereka."

Tepuk tangan riuh terdengar, saat Kak Abi menyelesaikan pidatonya. Dia memang pantas mendapat gelar sebagai siswa teladan tahun ini.

Dari tempatku saat ini, aku bisa melihat sepasang lansia yang sedang duduk dengan wajah lesu dan sayu. Aku gak tahu siapa yang mengundang mereka untuk dateng ke acara perpisahan ini. Mungkin sepertinya pihak sekolah yang memang sengaja mengundangnya.

Acara berikutnya adalah beberapa persembahan yang dilakukan oleh seluruh siswa kelas XII, yang ditujukan kepada semua para pengajar yang ada di sekolah ini.

A LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang