Ucapan Dani rupanya tidak main-main. Terlebih saat sang kakak, rupanya mendukung ide adiknya itu untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi di Yayasan Biru Cakrawala, tempat Riichi bersekolah.
Dengan segala koneksi dan 'kekuatan' yang dimilikinya, Doni melaporkan kejadian ini kepada Dewan Komite Pendidikan Nasional.
"Kalau memang itu yang Pak Doni inginkan, baiklah. Saya pun akan ikut membantu."
Ditambah lagi dengan dukungan dari Jimmy, mereka pun seolah makin kuat dan yakin untuk terus menyelidiki sekolah elit yang berada di kawasan utara Jakarta itu.
Meskipun pihak yayasan berusaha menutup masalah ini serapat mungkin, namun tetap saja, berita heboh ini menyebar cepat bagaikan virus mematikan.
Pihak yayasan pun menggelar rapat penting dengan komite siswa. Tujuannya apalagi kalau bukan membahas kejadian yang menimpa salah seorang murid mereka.
"Bukannya Pak Yahya sudah dipecat, masalah ini sudah selesai?!"
"Kamu juga Yamada! Kamu itu kan wali kelasnya, masa kamu tidak tahu, kondisi anak didikmu sendiri...?!"
"Saya tidak mau dilibatkan!"
"Kalian semua sebagai pengajar memang tidak becus!"
"Masih banyak siswa lain yang bisa kalian kerjai! Tapi kenapa kalian malah bermain dengan api...?!"
"Kalian tahu kan, siapa anak itu...?!"
"Bapak dan ibu, mohon tenang! Tujuan kita berkumpul disini itu untuk mencari solusinya.."
"Solusinya..?! Pecat saja Yamada sekalian! Dia memang terbukti gak becus jadi guru!"
"Tolong jangan gegabah. Kita semua tahu kalau Pak Yamada adalah guru terbaik yang ada disini."
"Benar! Lagipula, saat kejadian itu -- Pak Yamada sedang ada pertemuan di sekolah lain."
Tok.. Tok..
Sesosok pria yang belum terlalu tua, masuk dengan tergopoh. Dia berbisik kepada kepala yayasan.
"Mereka sudah disini...?!"
"Mereka --- Komite Pendidikkan?!"
"Benar. Saat ini mereka dalam perjalanan menuju asrama gedung b."
"Apa yang harus kita lakukan...?!"
"Saya akan menemui mereka." Ujar Yamada dengan raut wajah datar.
•
•
•
•
•Ahsan menatap bergantian Diko dan Caesar lekat-lekat. Meskipun hal ini seharusnya ia simpan rapat-rapat seorang diri, tapi pada akhirnya ia sudah tidak tahan lagi untuk memberitahukan kepada kedua sahabatnya itu.
"Pagi itu --- aku sama Riichi, kita --- aku duluan yang ngajak dia buat --- masturbasi bareng."
"Udah aku duga." Caesar geleng-geleng. "Aku tau kamu suka sama Riichi, tapi kan gak gitu juga caranya, San!"
"Aku khilaf, Caesar. Waktu itu aku --- aku ---"
"Riichi juga pernah ngajak aku berhubungan badan." Diko motong pembicaraan.
"Serius...?!" Mata Ahsan terbelalak. "Terus kamu mau?!"
"Aku nolak, karena --" Diko natap Ahsan. "Aku menghargai kamu. Lagipula, Riichi kayaknya lebih suka sama kamu ketimbang aku."
"Dia bilang kayak gitu?"
Diko ngangguk pelan. "Anak itu emang unik. Aku juga gak nyangka, kalo dia itu tipe yang gak suka bertele-tele."
"Tapi, kamu sama Riichi gak sampai ngelakuin ---"
"Sumpah, Caesar." Diko ngeyakinin. "Cuma --- waktu di pesawat, kita ciuman."
"Wahhh ---" Caesar geleng lagi. "Dulu kalian suka cewek yang sama. Dan sekarang --- wahhh ---"
"Dia juga ngisep ini aku ---"
"Kamu gila, Diko!" Ujar Caesar dengan mata memelotot.
"Sorry, San. Tapi aku --- menikmatinya."
"It's okay." Jawab Ahsan ringan. "Aku rasa kita impas."
"San..."
"Terus, sekarang gimana?"
"Aku akan tetap menunggunya." Diko nyengir. "Aku gak munafik. Aku emang suka dengan kepribadiannya yang unik itu."
•
•
•
•
•Keenam orang dari Dewan Komite Pendidikkan itu memeriksa kamar asrama di gedung B, yang sebelumnya di tinggali oleh Riichi.
"Apa-apaan ini?! Bagaimana bisa, para siswa ditempatkan di kamar seperti ini...?!"
"AC tidak ada, ruangan sempit dan pengap, ditambah lagi --- lift tidak berfungsi...?"
"Bukankah pemerintah sudah menggelontorkan dana bantuan untuk yayasan ini...?"
Semua siswa penghuni asrama gedung B, tampak berdiri memenuhi lorong, saat orang-orang itu memeriksa kondisi setiap kamar dan segala fasilitas yang ada di gedung B.
"Tadi, kamu ditanya apa?" bisik Kenta.
"Macem-macem. Sampai aku bingung jawabnya." jawab Oliver.
"Kalo sekolah kita sampai ditutup gimana ya?" Kenta menghela pelan.
"Kamu dapet kabar darimana?"
"Masa sekolah ini bisa ditutup?"
"Kalo sampai ditutup, berarti sekolah ini adalah sekolah terburuk!"
"Bener banget! Terbukti kan, pihak yayasan itu lebih memanjakan anak-anak IPA, karena orang tua mereka itu penyumbang dana terbesar.."
"Lo semua salah ---" Armando tiba-tiba berucap. Lalu dia menunjukkan sebuah video. Video dimana Riichi sedang berbicara dengan kepala yayasan, dan komite siswa. "Kalian bisa liat kan, penyumbang dana terbesar sekarang itu, Riichi. Mereka jadi gak bisa berkutik sama sekali."
"Nanti, kamu mau jenguk Riichi lagi?" tanya Kenta.
"Kan baru kemaren kita nginep disana, Kenta." jawab Oliver.
Hape Armando bergetar. Sebuah notif WA masuk dari Octavian.
"Nanti siang, temenin aku jalan ya :("
Armando tersenyum simpul. Tanpa ragu, dia pun membalas WA tersebut dengan emot love.
"Armando, kamu mau ikut gak?"
Tanpa noleh ke Kenta, dia buru-buru meninggalkan asramanya. "Gue ada urusan lain."
Kenta dan Oliver saling tukar tatapan. Keduanya tentu saja bingung dengan perubahan teman sekelasnya itu.
"Armando kenapa ya?"
"Mungkin dia ---" Oliver membisiki Kenta sesuatu, hingga membuat mata sahabatnya itu membelalak.
"Armando suka sama Riichi bohongan? Dan sekarang dia jadi pacaran sama Octavian?"
"Pssttss...!! Ini rahasia kita berdua! Jangan sampai ada yang tahu!"
• • •

KAMU SEDANG MEMBACA
A LIFE
Teen FictionAku kacau... Kehidupanku juga kacau... Semuanya semakin jadi kacau, saat mereka datang di kehidupanku...