15

415 64 0
                                    

Entah gimana caranya, yang pasti Mas Doni akhirnya bisa ngedapetin kantong darah dengan jenis darah langka, buat adeknya itu.

Mungkin dia menggunakan koneksi dan kekayaannya untuk bisa mendapatkannya.

Apa sih yang gak mungkin di dunia ini, kalo misalnya kita punya banyak uang...?

Seenggaknya kini Mas Doni udah bisa sedikit lega memikirkan Dani. Setelah Dani mendatpatkan transfusi darah itu, kini tinggal menunggu apakah dia bisa melewati masa kritisnya atau enggak. Mengingat, saat kejadian mengerikan itu terjadi --- Dani menerima sampai 15 kali tusukkan!

Hampir tiap siang, temen-temen sekelasnya, anak-anak basket, dan guru-guru dateng buat ngejenguknya. Tapi, Mas Doni cuma ngijinin mereka ngeliat dari luar kamar aja.

Terkecuali aku, yang bebas keluar masuk kamar perawatan, kapanpun aku mau.

"Pak Doni tidak usah khawatir. Karena pelaku sudah diamankan oleh pihak kepolisian."

"Saya juga sudah mendatanginya kemarin."

Aku menguping pembicaraan antara Mas  Doni, kepala sekolah, guru BK, dan juga Bu Mawar, di kursi tunggu keluarga pasien.

Aku langsung kepikiran sama keempat adeknya Kak Bima yang masih kecil-kecil itu. Apa yang sedang mereka lakukan sekarang ya...?

Aku balik lagi ke kamar dimana  Dani di rawat. Meskipun orang-orang yang lagi berjaga di depan kamar itu, ganteng dan gagah, tapi aku lagi gak bernafsu untuk tebar pesona saat ini.

Si Aldi sama Edo lagi bicara serius banget berdua, sambil merhatiin layar laptopnya. Aku gak tahu apa yang mereka bicarain. Dan aku juga gak mau nyari tahu.

Paling juga mereka lagi nonton bokep, atau ngeliatin foto-foto telanjang cewek-cewek bertete besar.

"Lo udah mau balik?" Aldi tiba-tiba negur.

"Iya. Paling nanti malem, aku kesini lagi." jawabku.

Gara-gara kejadian ini, aku batal jalan-jalan ke Bandung. Mana aku juga gak dibolehin ke coffee shopnya Mas Farhan untuk sementara waktu lagi. Ditambah lagi, sejak Dani masuk IGD Mas Doni sama sekali gak mau ngajakkin aku ngeseks. Padahal, aku udah ngebet banget dan sengaja nahan-nahan buat gak coli loh...!

"Gue pengen ngomong bentaran..."

Aldi -- Aldi. Aku tahu, kalian bertiga itu emang ganteng sekaligus bejat. Tapi, kamu jangan coba-coba buat ngerayu aku ya...?

Sahabat macam apa coba, yang tega nusuk sahabatnya sendiri yang tengah kritis saat ini?

Ehh, tapi --- boleh juga deh. Kalo pun mereka berdua ini mau ngajakkin aku buat trisome. Soalnya dua cecunguknya si Dani ini, gak bisa dibilang jelek juga. Lumayanlah, disaat-saat lagi pancaroba gini, aku bisa ngedapetin semburan kesegaran dari dua mata air murni dan segar ini.

"Hhhaahh..."

"Lo kenapa?" Suara Edo membuyarkan lamunan jorokku.

"Enggak."

Aldi ngasih unjuk sesuatu. "Gue nemuin nih hape di gudang belakang."

"Punya siapa?" tanyaku.

"Ya kalo tau orangnya, pasti udah kita balikin dodol!" tukas Edo.

Sesekali mataku melirik ke arah selangkangan mereka berdua. Lama-lama, badan kok rasanya makin gerah ya...?

"Hapenya dikunci. Tapi kita udah ngeluarin kartu memorinya." sambung Aldi.

Lalu kedua cowok menggairahkan itu, menatap mesum padaku.

"Apa?"

Edo memutar posisi laptopnya. "Isinya foto lo semua...?"

A LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang