Author POV.
Tok.. Tok..
"Mas Jimmy.."
Jimmy yang lagi duduk di tepi kasurnya, cepat-cepat menghapus air matanya.
"Masuk, Bim."
"Mau berangkat sekarang, mas?" tanya Bima lesu.
Jimmy menghela pelan. Matanya terlihat sembab. Aura di wajahnya pun seolah meredup, tidak seperti biasanya.
"Udah seminggu Riichi koma, tapi belum ada kabar baik apapun."
"Kita doakan aja ya, mas." Bima memegang tangan Jimmy. Sebulir air mata menetes dari pelupuk matanya.
Memang tidak ada seorang pun yang menyangka, bahwa suhu tubuh Riichi yang naik secara tiba-tiba hingga menyentuh angka 45 derajat, membuatnya dalam kondisi antara hidup dan mati.
"Padahal saya belum memberitahunya kalau saya ---" Jimmy makin tertunduk. "Sudah masuk islam." suaranya bergetar. Kedua tangannya mengepal erat di atas pahanya. "Apakah ini ujian dari-Nya?"
"Riichi pasti sembuh, mas. Dia itu kan sosok yang kuat dan riang."
"A Abim ---" Opal menyusul masuk. "Opal udah doain A Icih supaya sembuh. Opal minta sama Allah, supaya Allah angkat penyakitnya A Icih."
Ketiga adiknya Bima yang lain cuma bisa berdiri di pintu. Mereka semua terlihat sedih dan murung. Bahkan kalau tidak dipaksa, mereka juga tidak mau makan dan minum.
Ringgg...!
Ponsel Jimmy berdering. Panggilan masuk dari rumah sakit.
"Sore.."
'Pak Jimmy, kami ingin memberitahu bahwa kondisi Tuan Riichi semakin memburuk. Baru saja Tuan Riichi mengalami kejang-kejang hebat.'
"Memburuk?!!"
Seketika itu juga Jimmy bergegas mengambil kunci mobilnya. Yang ada dipikirannya saat itu cuma Riichi seorang. Dia sama sekali tidak peduli, dengan harta melimpah ruah yang dititipkan untuknya dari majikkannya terdahulu.
"A Icih..." Ica menangis lagi.
Opal mengusap tangan tetehnya. "Teh Ica jangan nangis. Nanti A Icih malah lagi."
"Uno mau kasih liat nilai menggambar Uno di sekolah, sama A Icih."
"Kula-kula, kita beldoa supaya A Icih sembuh ya..."
Saat mereka tiba di rumah sakit, kondisi Riichi sudah mulai stabil kembali. Namun bisa terlihat, tubuhnya yang semakin mengurus dan wajahnya yang kini seperti mayat saja, karena pucat dan tirus sekali.
Selepas maghrib, mereka kedatangan teman-teman dan beberapa guru dari sekolahnya Riichi.
Selama Riichi dirawat, hampir setiap hari teman-teman dan wali kelasnya datang untuk menjenguk.
"Kami sudah menonaktifkan Pak Yahya sebagai guru pengajar, hingga waktu tak ditentukan." jelas kepala sekolah.
"Ini semua adalah kelalaian kami." Sambung Yamada.
Sementara itu, tiap kali datang menjenguk Armando tak bisa untuk menahan air matanya. Rasa bersalah itu masih dan akan terus menghantuinya.
"Seandainya aja waktu itu gue gak noyor kepalanya.."
"Udahlah, Man. Ini semua terjadi kan karena takdir Allah." ujar Caesar. "Kita sama-sama berdoa aja biar Riichi bisa kuat."
Ahsan dan Diko sama-sama membasuh tangan Riichi, di bagian berbeda. Tiap kali datang, mereka juga tak lupa untuk menyisir rambut Riichi, dan membasuh beberapa anggota tubuhnya, supaya tetap bersih dan segar.

KAMU SEDANG MEMBACA
A LIFE
Roman pour AdolescentsAku kacau... Kehidupanku juga kacau... Semuanya semakin jadi kacau, saat mereka datang di kehidupanku...