Gak ada satupun celah tenda yang kebuka. Tapi tetep aja, udara dinginnya bisa nembus sampai ke tulang sum-sum!
Padahal aku udah pake kaos kaki, celana piyama yang dilapisi celana training, sweater tebel yang dulu dibeliin sama Om Noah, sarung tangan, dan bahkan aku udah selimutan sampai dua lembar pun, rasanya masih dingin aja!
"Dari mulut Opal kelual asepnya..!"
"Hihihi, Teh Ica juga ada asepnya nih.."
Aku perhatiin mereka berempat yang kayaknya gak ada rasa-rasa kedinginan sama sekali. Malahan, mereka malah asyik pamer asep yang keluar dari mulut.
"Teteh, Opal mau eek..."
"Tadi teteh ajak, kamu gak mau.."
"Temenin Opal, teteh..."
"Yaudah yuk, kita ajak A Abim aja.."
Begitu Ica sama Opal keluar, Uno sama Amin geser mendekatiku. Mereka membawa selimut sama mainan dan juga buku bergambar.
"A Icih dingin ya?" tanya Uno.
"Tolong bilangin ke Om Jimmy dong, aku mau teh manis anget."
"Bial Amin aja!"
Amin buru-buru bangkit, terus keluar tenda. Namun sialnya, anak itu malah membiarkan pintu tenda terbuka lebar.
"Amin, dingin...!!" Teriakku. "Tolong tutupin, Uno!"
Aku ngutak-ngatik alat pemanas di dalam tenda. Perasaan pemanas ini, gak bermanfaat sama sekali.
"Kamu gak kedinginan?"
"Enggak, A Icih. Soalnya Uno tadi udah mandi."
"Hhoohh..."
"Uno, kamu mau ikut bakar jagung gak?" Amin muncul lagi di pintu tenda.
"Amin, tutup gak!?" Mataku sampai melotot.
"Mau...!! Mau...!!"
"Tutup lagi...!!"
Bagus deh, sekarang aku ditinggal sendirian di dalam tenda. Tau bakal begini, mending aku tetep di hotel sendirian. Tidur di kasur yang empuk dan nyaman. Dan yang pasti, aku gak menderita kedinginan kayak sekarang!
"Riichi."
"Ahsan?"
Cowok itu masuk sambil membawakan cangkir alumunium, dengan uap panasnya yang masih mengepul.
"Ini wedang jahe tanpa susu."
"Makasih."
Hidungnya Ahsan keliatan merah banget. Mungkin dia lagi ngerasain kedinginan juga, sama kayak aku.
"Kita mau bakar-bakaran. Kamu gak mau ikutan?"
"Dingin banget."
Lagian, udah jam sembilan gini bukannya pada tidur malah keadaan di luar tenda tuh makin rame aja. Apalagi yang namanya keempat krucil itu. Kayaknya tuh mereka sama sekali gak pernah ada capek dan ngantuknya.
"Tadi, Mas Jimmy bilang kalo besok kamu sama yang lainnya pada mau main flying fox ya?"
"Bukan aku. Tapi adek-adeknya Kak Bima."
"Kamu care banget ya sama mereka."
"Mereka sama aku tuh, sama-sama yatim piatu."
"Yatim --- maaf."
Aku ngulas senyum. "Kalo aku sih mungkin gak masalah. Tapi mereka --- aku gak bisa ngebayangin, gimana jadinya kalo sampai sesuatu terjadi sama Kak Bima."
KAMU SEDANG MEMBACA
A LIFE
Teen FictionAku kacau... Kehidupanku juga kacau... Semuanya semakin jadi kacau, saat mereka datang di kehidupanku...