~ 18 ~

105 17 18
                                    

Assalamu'alaikum semua

Apa kabar? Sehat? Alhamdulillah

Yaudah seperti biasa vote dulu ya

Oke capcus yok

Happy reading

...... 💮 ......

SESAK itu yang dirasakan Anjani saat seseorang memeluknya dengan kencang, seperti tidak bertemu bertahun-tahun padahal jarak rumah mereka hanya lima langkah. Anjani sayang sekali sama gadis kecil ini yang dulunya sering ia gendong, disuapin, diajak jalan kemana-mana.

Sekarang gadis itu tumbuh besar nanti cantik, pintar lagi dan selalu berada di pihaknya tentunya. "Kak Jani, kangen tau. Kak Jani sibuk terus gak pernah kesini lagi." Anjali, gadis itu cemberut.


"Tinggal main ke rumah Njel biasanya juga gimana kalau kangen?" Anjani mengusap kepala Anjali yang duduk di sampingnya dengan sayang.

"Takut ganggu kak Jani istirahat."

Tersenyum, diletakkannya dua buah kotak berisi kue ibunya dan kue bolu pandan buatan Jani yang langsung diambil gadis itu dengan antusias. Anjani lupa ingin mengucapkan terima kasih kepada Anjali yang secara tidak langsung telah membelikan dirinya novel.

"Oh iya Njel, makasih novelnya ya kakak lupa mau bilang makasih sama kamu."

"Khan...udwhah dhi thelphon whakthu ithu," jawabnya dengan mulut penuh berisi brownis coklat dengan taburan keju dan kacang almond kesukaannya.

"Haha ditelen dulu baru ngomong, lagian kan maunya ucapin langsung."

Anjali menyengir lalu dia mengambilkan Anjani minum sekalian beberapa camilan, ingin dibantu tapi anak itu sudah ngacir duluan. Bunda? Sedang ada urusan di luar jadi dirumah hanya ada Anjali makan dari itu adiknya menyuruhnya kesini. Sharul? Pasti sedang menjaga Lina di rumah sakit.

"Makasih Njel, langsung belajar?"

Ya selain ingin menemani dan bertemu Anjali, gadis itu memintanya juga bukan semata-mata ingin menghabiskan waktu dengan berleha-leha tetapi juga ingin belajar. Mengingat Anjani juga anaknya pintar, tetapi di berbagai bidang saja.

"Mm...main dulu yuk atau nonton dulu gitu." Yah memang pemikiran gadis sepuluh tahun memang tak jauh-jauh dari main.

Anjani mengusap kepala Anjali dengan sayang, "belajar itu harus diutamain dulu Njel, baru habis itu kamu bisa puas main, atau nonton atau apapun itu."

"Oke, kita belajar!"

Seperti guru les privat, Anjani benar-benar mengajari Anjali dengan sabar dan lembut. Dari mulai mengerjakan PR terlebih dahulu baru setelahnya Anjani koreksi, dan membahas materi lain yang sekiranya kurang dipahami.

Mengandalkan Sharul? yang ada bukannya mengajari belajar malah menjadi aksi tawuran dan kejahilan, makanya Anjali lebih suka diajari oleh Anjani.

Sampai tak terasa hari semakin sore, ingin pamit pulang namun Anjali menahannya dengan alasan ingin menonton film bareng. Pilihan mereka jatuh pada film Divergent, film aksi berbau fantasi yang membuat keduanya menyukai film itu.

Lingkar rasa (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang