~ 23 ~

113 15 23
                                    

Assalamu'alaikum

Happy Reading

...... 💮 ......

Berharap sama kamu itu
Sama dengan dikecewakan

...... 💮 ......

PAGI ini tidak seperti hari biasanya, mentari tak kunjung menampakkan diri, awan hitam dengan rintik hujan lah yang menyambut pagi mereka. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 06.45 tetapi serasa masih seperti subuh karena langit masih terlihat gelap.

Tak ayal banyak siswa siswi yang datang terlambat dan berlarian di koridor yang becek membuat air genangan itu mengenai sepatu dan celana mereka. Anjani berangkat bersama Abay namun mereka mengendarai motor masing-masing, vespa kesayangan Jani juga sudah selesai diperbaiki di bengkel kemarin lalu.

"Siapa yang nyampe kelas duluan dia yang kalah!" tantang Vier sambil mengusap rambutnya yang basah terkena air.

Para degem, alias dede gemes sudah menjerit histeris melihat dua most wanted yang terkenal ramah dan lucu itu mengusap rambut dengan sok ganteng, iya sok ganteng di mata Anjani.

"Ye...mana ada kek gitu pier! yang sampai dulu yang menang lah, bego kok dipelihara!" sewot Andra.

Tak berbeda dengan Andra, para gadis centil juga ikut histeris melihat cetakan perut Andra yang sangat terlihat karena hujan, belum lagi punggung kekar dan sandarable itu. Oh jangan lupakan lengan yang cukup kekar di usia anak SMA, karena the usil sering nge-gym dan olahraga di setiap minggunya.

"Lo gak ikut Bay, biar gila sekalian kaya mereka?" tanya Jani kepada Abay yang malah asyik memasang wajah manis saat banyak yang menyapanya.

"Ogah gue ketularan mereka, mending sama lo aja ya gak?" Abay mengedipkan sebelah matanya ke arah Anjani yang langsung di tampol keras wajahnya.

Lihat saja, bahkan Vier dan Andra sudah berlarian dengan cepat menuju kelas demi tantangan dari Vier, kekanakan memang. Tidak apa kalau mereka larinya normal, lah ini semua orang di depannya mereka tabrak tidak pandang bulu. Entah itu siswa maupun guru, sampai—

Bruk...

"VIER!! ANDRA!! DASAR ANAK BANDEL KALIAN YA!!"

"MAAF PAK SENGAJA! EH GAK SENGAJA!" teriak Vier yang tak memperdulikan nasib pak Doni, diikuti Andra yang menyusul Vier masih berlari menuju kelas. Memang mereka sangat durhaka pada guru.

Semua siswa yang melihat antara kasihan juga menahan tawa, melihat pak Doni yang kesenggol hingga terjerembab jatuh terduduk di tanah sampai basah kuyup kehujanan.

Arvin yang berada di belakang dan paling terdekat dari pak Doni pun membantu beliau dengan gentlenya tidak seperti kedua temannya yang sudah ngacir.

"Saya bantu pak," ucap Arvin yang segera menolong pak Doni berdiri dan memunguti barang yang ikut tercecer.

"Makasih Arvin."

"Sama-sama pak saya juga minta maaf ya pak karena mereka bapak jadi jatuh, bapak harus ganti baju nanti masuk angin."

Arvin boleh dingin kepada sesama siswa lainnya tapi tidak untuk orang yang lebih tua darinya apalagi yang telah berjasa di hidupnya. Dan itu menjadi poin plus di mata siswa lain, terutama fans Arvin yang makin terpesona melihat langsung aksi heronya walau harus ikut basah kuyup juga.

Lingkar rasa (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang