~ 27 ~

89 15 19
                                    

Assalamu'alaikum semua

Nungguin gak nih?
Oke langsung aja yuk capcus

Happy Reading

...... 💮 ......


TAKDIR seolah mempermainkan Anjani, bisa-bisanya dia mempunyai seorang sahabat kecil dan ketika mereka beranjak remaja perasaan aneh itu muncul. Rasa tak terima, marah, kesal, cemburu ketika melihat dia dekat dengan perempuan selain dirinya.

Rasa sayang yang berlebihan perlahan mengubahnya menjadi rasa cinta, degub jantungnya menggila setiap didekatnya, rasanya dia ingin berteriak mengungkapkan segalanya yang telah dia pendam selama ini. Kalau dia jatuh cinta, pada seorang Mahameru Sharul Ganendra.

Namun semuanya berubah ketika pria itu tertarik oleh seorang gadis blasteran berdarah Jerman yang anggun nan cantik jelita, sangat berbeda dengannya yang hanya gadis tomboi, cuek dan keras.

Dari situ hari-hari Anjani mulai terasa kosong saat separuh hatinya dibawa pergi oleh sharul yang sedang mengejar gadis lain.

Sakit, jangan ditanya, kecewa, sudah biasa namun Anjani tidak akan bodoh lagi untuk kali ini. Cukup, sudah cukup air matanya dia sia-siakan untuk seseorang yang tidak peka akan perasaan nya.

Sudah cukup luka hatinya yang kian hari kian menganga tak akan ada yang mampu mengobatinya. "Woilah Bening, ngelamun mulu untung gak nabrak kan."

Anjani terperangah, di depannya sudah ada pillar beruntung ada tangan Abay yang menghalangi kepalanya agar tidak terbentur. Memang dia sudah tidak apa-apa, ya seenggaknya lebih baik dari kemarin tapi pikiran nya yang malah semakin melanglang buana.

"Duh, makasih Bay lagian siapa sih yang naruh pillar disini, ngalangin jalan gue aja!" Nah kan yang salah siapa yang disalahin siapa.

"Di mana-mana udah dari jaman old kali ni pillar ada disini, lo nya aja yang jalannya meleng mikirin apa sih? C'mon Bening, gue gak suka lo kaya gini."

"Huftt... Iya Abay, sorry gue gak fokus tadi."

Mereka pun kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas, tapi ada yang aneh tumben sekali tiga makhluk halus yang kemarin gencar mendekati Anjani namun pagi ini tidak kelihatan sama sekali batang idungnya. Ya sebenarnya gak papa sih, lebih baik begini karena pikiran Anjani lagi butek.

"Gue tahu apa yang ada di pikiran lo, lo bisa bening tunjukin kalau lo bisa tanpa dia, lo bahagia tanpa dia dan buat dia menyesal telah menyia-nyiakan cewek kek lo," ujar Abay sok tahu dengan merangkul bahu Anjani.

"Apasih lo, sotoy tau gak?"

Setidaknya Anjani bersyukur masih ada Abay yang selalu berada di sisinya dan selalu mengerti tentang dirinya, ada Kanaya yang selalu mensupport nya untuk bangkit..

Masih banyak yang berpihak kepadanya, yang percaya pada dirinya, tak apa kehilangan satu orang terpenting di hidupnya asal masih ada yang mau bersamanya.

"Duh...gue kebelet nih, ah duluan ya Ning."

Belum sempat Anjani menjawab namun pria itu sudah ngacir lari terbirit-birit menuju toilet pria, membuat Anjani menggeleng geli.

"Anjani"

Suara itu, suara yang saat ini tidak ingin Anjani dengar walau sebenarnya dia rindu. Menulikan telinga menganggap angin lalu dia tetap berjalan santai seperti biasa.

"Jani" Dia mencekal tangan Anjani membuat langkahnya berhenti.

Mereka berada di lorong yang sepi karena masih pagi jadi belum banyak siswa yang datang. Amarah yang tadinya sudah diujung kaki sekarang harus naik lagi bahkan sampai di ubun-ubun, ingin melampiaskan rasa marahnya sekarang juga namun sebisa mungkin Anjani tahan.

Lingkar rasa (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang