~ 50 ~

200 15 0
                                    

Assalamu'alaikum

I'm comeback nih
Gak kerasa mau ending aja ya?

Aku cuma berharap kalian suka sama ceritanya
Makasih buat yang udah baca

Masih mau lanjut kan?
Simak lagi yuk

Happy Reading

...... 💮 ......

KESIBUKAN tengah melanda keluarga Nareswara dan Al khifani, pasalnya sejak satu minggu yang lalu sejak kepulangan Anjani dari acara perkemahan tiba-tiba gadis itu meminta pernikahannya segera dilaksanakan.

Semuanya tentu senang mendengarnya namun membuat ayah dan ibu Anjani merasa ada yang aneh dari putrinya itu, tentunya hanya Rayyan, Kanaya dan abay saja yang tahu masalah ini.

Acara yang seharusnya digelar beberapa bulan lagi semakin diajukan jadwalnya memang lebih cepat lebih baik tapi para orang tua semakin sibuk mempersiapkan pernikahan anak mereka. Dan dalam waktu dua minggu ke depan kiranya Anjani dan Rayyan akan melaksanakan acara sakral itu.

"Jan, jujur sama aku kenapa kamu malah mempercepat pernikahan? Aku tahu, aku sangat tahu ini bukan kemauan kamu. Tapi kenapa? Aku tau Jani kamu gak bahagia kan?"

Dan sejak pagi tadi bahkan setelah mendengar berita pernikahan sahabatnya dengan Rayyan akan dipercepat itulah yang membuat Kanaya rajin ke rumah Anjani setiap hari. Sekedar mempertanyakan dan meyakinkan akan keputusan yang diambil Anjani seakan terkesan mendadak baginya.

"Ay! Kenapa sih? Orang sahabatnya mau mau nikah kok malah di raguin kaya gitu. Gue tahu lo iri sama Anjani karena sampai saat ini lo belum ada yang seriusin kan? Tapi gak gini ay!"

Bantal sofa melayang tepat di muka Abay setelah berucap seperti itu, kesannya mengolok Kanaya sekali kan walaupun memang itu kenyataannya.

"Aw! KDRT lo ay! Penampilan aja yang berubah, sifatnya masih barbar aja!" Abay memberengut sebal.

"Diem kamu gara! Lagian aneh tau gak tiba-tiba minta dipercepat apalagi sejak kelar kemah kemarin kan? Fix pasti gara-gara Sharul kan? Dia bilang apa aja sama kamu kemarin?" cerca Kanaya dengan pertanyaan yang tepat sasaran namun Anjani masih mengelak.

"Apaan sih Nay, enggak ada hubungannya sama itu! Apa salahnya aku mencoba menerima mas Rayyan? Apa salahnya aku ingin menerima pernikahan ini dengan mempercepat semuanya?"

Mengusap wajah gusar, tak tahu lagi dengan pola pikir guru satu ini mengapa sangat mudah mengambil keputusan. Lelah, Kanaya lelah menasehati memberi pemahaman lagi sebenarnya siapa yang ada di hati Anjani namun sahabatnya itu seakan yakin dengan keputusannya.

Kanaya beranjak pergi dari sana tanpa kata sembari mengambil tas dan barang-barangnya yang ia bawa karena setelah ini dia akan kembali mengajar, Abay mengikuti Kanaya karena merasa mood gadis itu sedang tidak baik.

Anjani menghela nafas, entahlah dia hanya tidak ingin melukai perasaan semua orang makan dari itu dia mengambil keputusan ini. Dan itu terbukti saat ekspresi senang kedua orang tuanya juga kedua orang tua Rayyan yang mendengar berita ini.

"Assalamu'alaikum Anjani? "

"Waalaikumsalam mas Rayyan? Mas gak ngajar?"

Entah Anjani lupa atau bagaimana kalau hari ini mereka akan pergi ke butik untuk fitting baju pengantin, itupun disuruh dan direkomendasikan oleh orang tua mereka. Rayyan bekerja sebagai dosen tetap di salah satu kampus, masih muda memang mengingat usianya masih dua puluh empat tahun.

Lingkar rasa (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang