Sepulang sekolah hari itu, aku mampir ke Poirot seperti biasa. Aku melihat Amuro, Azusa, Conan dan grup detektif cilik minus Ai berada didepan kafe. Sepertinya mereka sedang mengobrol. Aku pun menyapa mereka. Rupanya mereka sedang membicarakan kucing calico yang waktu itu.
Amuro dan Azusa menyapaku saat melihatku dan aku pun melampirkan senyum gembira dihadapan mereka. Conan hanya mengangguk saat melihatku dan yang paling ceria melihatku adalah Ayumi padahal kami jarang berinteraksi. Aku tersenyum pada anak itu, dia benar-benar anak yang manis.
Amuro memberitahu Conan dan anak-anak lainnya bahwa aku-lah yang menemukan pesan yang ditinggalkan Conan pada kucing. Mereka berterima kasih kepadaku karena memberikan pesan itu kepada Amuro sehingga pria itu dapat menemukan dan menyelamatkan mereka.
Ayumi lalu menginfokan kepadaku soal keberadaan 3 orang yang mengaku sebagai pemilik kucing calico yang saat ini berada dirumah Azusa. Amuro dengan riang gembira hendak melibatkan Kogoro dalam penentuan siapa diantara ketiga orang itu merupakan pemilik si kucing.
Aku memandangi mereka semua yang naik ke lantai atas gedung dimana Poirot berada yaitu kantor detektif Kogoro Mouri. Azusa pulang lebih dahulu untuk mengambil Taii.
Ayumi menoleh padaku dan mengajakku untuk ikut bersama yang lain ke kantor Pak Kogoro. Aku menoleh kepada Conan dengan ragu-ragu. "Bolehkah aku ikut?" tanyaku.
Conan mengangkat bahu. "Jika kau ingin ikut, silahkan saja."
Aku tersenyum gembira. "Terima kasih."
Ayumi dengan gaya bersahabat langsung menarik tanganku untuk ikut ke atas.
Aku bertemu dengan Kogoro dan Ran dan menyapa mereka dengan sopan. Untunglah mereka tidak keberatan oleh kehadiranku.
Lalu, mulailah Conan dan Amuro berfokus pada cerita ketiga orang yang mengaku sebagai pemilik kucing.
Aku memandangi pria muda yang mengaku bernama Shogo Amesawa dengan prihatin saat mengetahui orang itu memiliki warna kuning. Tanggal kematiannya sekitar 5 hari dari sekarang. Aku jadi tidak fokus mendengar percakapan yang saat itu terjadi.
Aku sudah tahu siapa pemilik asli kucing calico itu yaitu seorang bapak bernama Teishi Masuko. Aku masih ingat untuk kasus yang satu ini bahwa dia-lah orangnya.
Azusa kembali dengan Taii dan kucing itu segera melesat ke pelukan Shogo. Aku ingat dia menggunakan cara curang menggunakan catnip agar bisa menipu kucing itu dan semua orang.
Conan dan Amuro perlahan-lahan berdeduksi untuk memberikan kejelasan siapa pemilik Taii yang sebenarnya.
Aku tak bisa menahan diri untuk tidak memandang Shogo. Saat semua orang sedang sibuk dengan satu sama lain, aku menghampiri orang itu. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan padanya tetapi aku merasa lebih baik aku memberi dia peringatan agar dia lebih berhati-hati selama 5 hari ke depan.
Tentu saja Shogo heran mendengar peringatanku. Aku rasa dia pasti akan mengacuhkan peringatan dariku. Aku hanya bisa bilang dia akan memiliki nasib buruk dalam 5 hari kedepan. Ah, kedengarannya aku jadi seperti benaran cenayang.
Shogo kelihatan tidak senang kepadaku tetapi dia tidak membentakku. Tetapi, kelihatan sekali dia ingin melakukannya. Dia masih berpura-pura sebagai orang yang baik karena masih berharap bisa mendapatkan Taii.
Menurut penjelasan Amuro dan Conan, kucing calico jantan sangat langka dan harganya sangat mahal. Sudah jelas, Shogo menginginkan Taii agar bisa dijual dan kedua detektif itu membeberkan kebohongan dia.
Shogo langsung panik dan berusaha kabur dari kantor detektif. Aku mengejar dia keluar dan sekali lagi memperingatkan dia untuk hati-hati 5 hari ke depan. Dia tidak mempedulikanku, terlalu sibuk ingin lari. Aku menghela nafas. Apakah begini cukup?
KAMU SEDANG MEMBACA
walking on a dream
FanficEva terbangun dalam tubuh gadis kecil di dunia manga DC. Bisakah dia bertahan hidup disana?