24

952 136 28
                                        

Aku mengusap pelupuk mataku sembari menuruni tangga dan menuju ke ruang makan. Aku terhenyak saat melihat di ruang tamu Papa dan Mama sedang duduk disana bercakap-cakap dengan Megure. Ada Takagi dan kedua polwan yang semalam. Mereka semua memandangiku yang sedang menatap mereka dengan kebingungan. Raut wajah semuanya terlihat suram.

Sebegitu penasarannya-kah Yumi dan Naeko sampai mereka datang ke rumahku pagi itu juga hanya untuk memastikan aku memberitahu kejadian yang semalam kepada Papa dan Mama? Tetapi kenapa Megure dan Takagi juga ada disini? Tatapan mereka membuatku merasa canggung seakan aku telah melakukan suatu kesalahan yang tidak sadar telah kulakukan.

Aku menoleh kepada Papa dan Mama dengan galau. Papa berdiri menghampiriku, berjongkok didepanku dan langsung memelukku dengan erat-erat. Aku kebingungan. "Papa kenapa?" Tetapi Papa tidak menjawabku. Aku menoleh ke arah Mama yang juga berdiri memandangiku dengan airmata berlinang. Sebersit rasa bersalah menggerogotiku. Kenapa aku selalu membuat kedua orangtuaku ini resah?

Papa lalu menatap ke arah kedua kakiku yang dibalut perban. Aku sengaja memakai sandal boneka fluffy supaya telapak kakiku yang agak lecet gara-gara kejadian semalam tidak berasa begitu sakit. Untungnya hari ini hari Sabtu jadi aku tidak ke sekolah dan bisa santai dirumah. Papa memandangiku dengan tatapan sedih dan kasihan.

Akhirnya aku menoleh ke para polisi yang saat ini berada dalam rumah. Megure berdehem sebelum berbicara kepadaku. Dia hendak menanyakan tentang kejadian semalam. Wah, dia benar-benar datang karena kejadian semalam? Tapi Megure dan Takagi kan polisi bagian divisi penyelidikan pembunuhan, kenapa mereka datang kesini? Aku menoleh menatap Yumi dan Naeko yang memandangiku dengan serius campur khawatir. Ada apa sih ini sebenarnya?

"Kak Polwan yang semalam..." panggilku.

Yumi Miyamoto dan Naeko Miike segera memperkenalkan diri mereka padaku sekali lagi. Aku memanggil mereka Kak Polwan tetapi mereka menyuruhku memanggil mereka dengan nama mereka saja. Keduanya masih saja memandangiku seakan ingin mengatakan sesuatu padaku tapi ragu-ragu untuk membuka mulut.

Megure berdehem sekali lagi untuk menarik perhatianku dan aku pun menoleh kepadanya dengan serius dan pria gemuk itu malah jadi salah tingkah saat aku mulai fokus padanya. Akhirnya Takagi yang angkat berbicara. Dia mengatakan bahwa semalam ditemukan mayat seorang pria ditaman tak jauh dari sini.

Aku pun bingung masih tidak bisa menyambungkan kaitannya denganku.

Megure dan Takagi bertukar pandang dengan gelisah. Mereka lalu menyuruhku duduk dan memperlihatkan sebuah tablet kepadaku. Mereka bilang mereka akan memutarkan sebuah video untukku. Aku pun semakin bingung dan agak panik dalam hati memikirkan sebenarnya apa yang mereka mau dariku saat ini.

Aku terperangah saat melihat video dari kamera CCTV yang mereka perlihatkan. Aku melihat diriku yang sedang berjalan dengan mata menerawang jauh melewati jalanan yang berlampu redup. Tiba-tiba diriku yang dalam video berhenti berjalan dan berganti posisi ke arah kanan tetapi tidak berjalan. Untuk beberapa saat, diriku itu diam saja memandang ke arah yang tidak terlihat kamera.

Lalu aku melihat ada sesosok orang mendekati diriku dan walau penerangan jalanan agak redup, semua dapat melihat sosok berpakaian badut itu. Dan yang mengerikan sosok badut itu berlumuran darah dan menggenggam sebilah pisau yang juga berlumuran darah.

Badut itu mengawasi diriku. Dia berlutut dihadapanku dan memiringkan kepalanya seakan sedang mengfokuskan seluruh perhatiannya pada diriku.

Diriku dalam video tidak bergeming atau menjerit dihadapan badut itu bahkan saat orang itu melambaikan tangan didepan wajahku. Dia juga mengayunkan pisaunya seakan ingin menikamku tetapi di detik terakhir dia menghentikan serangannya padaku. Sepertinya tadi dia sedang mengujiku apakah diriku saat itu benar sedang tidak sadar atau tidak.

walking on a dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang