43

608 80 14
                                    

Sudah hampir dua minggu, dua minggu yang terasa panjang dan amat sangat membuatku tegang setengah jiwa. Polisi tak berhasil menemukan jejak keberadaan Tatsuo. Polisi masih ditugaskan untuk melindungi diriku dan keluarga namun sepertinya sudah dikurangi petugasnya. Pak Takagi ditugaskan untuk mengawalku kemanapun aku pergi bahkan saat aku sekolah dan les di rumah keluarga Kudo. Aku jadi tak bisa menemui Caleb dan Lizzie yang tak ingin keberadaan mereka didekatku diketahui siapapun.

Dalam dua minggu itu, aku menjalani hari-hariku senormal mungkin tetapi perubahan besar terjadi akibat kejadian yang menimpa Miyuki. Sesuai perjanjian, Kaito telah mengirimkan bukti pelecehan terhadap Miyuki kepada pihak polisi dan komisi perlindungan anak. Akibatnya Ayah Miyuki ditangkap dan Ibu Miyuki diperiksa untuk mengetahui apakah wanita itu tahu soal pelecehan terhadap anaknya dan memilih menutup mata. Tergantung hasil penyelidikan, Miyuki kemungkinan bisa kehilangan kedua orangtuanya jika pengadilan menganggap ibu Miyuki tidak pantas untuk menjadi pelindung dan orangtua tunggal bagi anak itu.

Selama penyelidikan berlangsung, Miyuki tinggal bersama Nenek dari pihak Ibunya untuk sementara waktu. Anak itu jadi jarang masuk sekolah. Apalagi ternyata penyelidikan itu bocor dan membuat kejadian yang menimpa Miyuki masuk berita walau status anak itu sebisa mungkin dirahasiakan. Aku berusaha mengontak Miyuki via chat tetapi anak itu tidak membalas pesan dariku membuatku khawatir bahwa anak itu mencurigaiku sebagai penyebab retaknya keluarganya. Aku berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa aku melakukan hal yang benar dalam perihal Miyuki tetapi tetap saja sebersit rasa bersalah menggerogoti batinku.

Kejadian yang menimpa Miyuki itu sungguh menyedihkan. Ayahnya sendiri pelakunya! Keterlaluan sekali, bukan? Memang benar ternyata keluarga sendiri pun bisa toxic terhadap satu sama lain. Aku paling tidak suka memikirkan bahwa keluarga sendiri membawa ke-toxic-an dalam hidup. Karena seharusnya keluarga adalah naungan perlindungan kita dalam hidup.

Aku jadi teringat akan keluarga asliku di dunia nyata. We are far from perfect. Dalam kekeluargaan secara besar, keluargaku bisa dibilang agak kacau dibanding keluarga sanak saudara lainnya.

Sekeluarga bisa dibilang kondisi mentalnya tidak ada yang stabil. Dan kedua saudaraku mengidentifikasi bahwa keluarga kami itu toxic terhadap satu sama lain baik sengaja ataupun tidak. Maka itu mereka tak sabar ingin keluar dari cengkraman keluarga sementara diriku hanya ingin kami semua tetap bersama.

Tentu saja aku tahu bahwa jika seseorang memang merasakan keberadaan orang yang toxic sudah seharusnya mereka memutuskan hubungan tersebut. Tetapi aku merasa hanya diriku sendiri yang berat hati dalam soal ini. Apakah itu berarti diriku toxic juga? Diriku memaksakan ingin mempertahankan keluarga yang seperti itu terhadap semuanya. Itu sungguh menakutkan tetapi sepertinya kebenaran.

Kurasa suatu kelegaan bagi mereka mungkin bahwa diriku tak ada lagi didunia itu dan tak lagi memanipulasi mereka dengan kelemahanku. Walau aku merasa aku memang sebenarnya tak bisa menahan perubahan yang akan terjadi. Sebenarnya aku tak memiliki pengaruh apapun dalam keputusan mereka untuk menjalani hidup mereka sendiri. I should be happy for them. Dan aku memaksakan diriku untuk mengerti. Tetapi aku tak bisa menangguhkan rasa kesepian dalam batinku walau sebenarnya hubungan kekeluargaan kami semenjak awal memang rapuh. Abandonment issues, someone said.

Aku mendesah galau. Aku hanya bisa berdoa dan berharap bahwa kekuranganku di kehidupan nyata tidak terbawa ke dalam kehidupan kedua ini. Namun mengingat bahwa aku saat ini kehilangan teman-temanku perlahan-lahan membuatku khawatir juga. Aku cemas akan kejadian buruk yang akan terjadi kedepannya.

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku berusaha mengusir kepedihan dalam hatiku. Aku masih memiliki Miyuki, dia pasti akan kembali, aku harap. Dan aku juga masih memiliki Papa dan Mama, juga tokoh-tokoh manga DC, bukan? I am not alone in this. I will be fine. I hope.

walking on a dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang