Suatu hari saat aku pulang sekolah aku sangat terkejut saat kebetulan melihat Conan sedang bicara dengan Lizzie. Rupanya mereka bertemu lagi saat acara jumpa penggemar dengan Misa-misa dan entah bagaimana kini mereka jadi bisa bersama.
Lizzie mengundangku dan Conan untuk berbicara bersama di sebuah kafe random. Untung bukan kafe Poirot yang ada Amuro. Aku belum siap mental memberitahu Lizzie bahwa Conan dan Amuro sudah tahu perihal mata shinigami.
Aku melototi Conan. Padahal aku sudah mewanti-wanti dia agar jangan dekat-dekat dengan pemilik mata shinigami kalau tidak mau identitasnya ketahuan. Bisa-bisanya anak pembawa magnet kasus ini malah pergi ikutan ketemu Misa-misa, sampai jadi bisa ketemu Lizzie pula.
Aku juga melototi Lizzie. Ini orang juga kenapa pula berdekatan dengan Conan? Apa aku kurang jelas memperingati dirinya agar tidak mencari masalah dengan Conan? Aku hanya bisa menghela nafas pasrah saat melihat keduanya menatapku dengan tampang tidak bersalah.
"Kenapa kau tidak memberitahuku bahwa Shinichi Kudo sudah tahu?" tanya Lizzie blak-blakan membuat aku dan Conan sama-sama panik untuk menghentikannya dari sembarangan menyebut nama itu. Sepertinya gadis itu sengaja menyebutkan nama itu terang-terangan karena kesal padaku.
Aku mendesah sebelum menoleh pada Conan dan bertanya, "Kenapa kau bisa sampai ketahuan oleh Lizzie?"
Dengan sok polosnya, Conan menggaruk-garukkan kepalanya dan menjawab, "Aku mengaku sendiri. Begitu aku melihat kilauan mata shinigami-nya, aku langsung sadar bahwa dia mungkin adalah teman Kak Eva."
"Bagaimana kau tahu dia teman? Bagaimana kalau dia orang jahat?" tukasku agak kesal.
"Aku yakin, ya, tidak sampai 100%, bahwa Kak Lizzie adalah temanmu." jawab Conan.
Bisa-bisanya dia mendekati Lizzie jika masih tidak yakin 100%. Aku menggeleng-gelengkan kepala sambil mendesah lagi. Tetapi aku sedikit menyayangkan bahwa aku tidak bisa melihat sendiri bagaimana cara Conan menghadapi Lizzie. Sebagai penggemar DC, aku kecewa melewatkan konfrontasi semacam ini.
Lizzie menatap diriku dan Conan yang duduk berdampingan bersama dan bercakap-cakap seakan semua baik-baik. Dia melototi aku dengan geram. "Apakah kau ada memberitahu orang lain lagi selain Conan dan Okiya?"
Sepertinya aku memang tidak memiliki poker face karena gadis itu tambah terlihat geram padaku saat melihat ekspresi wajahku.
Lizzie menatapku dengan tajam. "Apa kau ada memberitahu kepada orang yang memakai nama yang berbeda dari nama pada data kematian?" tanyanya.
Aku menelan ludah merasa seperti diinterogasi. Mau tak mau aku jadi berpikir soal Amuro. Iya, bisa-bisanya orang yang mengetahui rahasiaku adalah orang-orang yang memakai identitas palsu semua.
"Don't you dare keeping secret about this from me." tegurnya. "Karena aku terlibat denganmu, aku harus tahu kepada siapa saja aku perlu berjaga-jaga."
Menurutku aneh dia mengucapkan ini didepan Conan terang-terangan. "Mereka bukan orang jahat. Kau bisa mempercayai mereka."
"We will see." Wajah gadis itu terlihat datar saat mengatakannya.
Aku agak kesal sedikit pada Lizzie. "Aku yakin kau lebih memiliki banyak rahasia dan tidak memberitahu aku. Aku tidak memaksamu membeberkannya." tukasku.
"Apakah kau tidak mempercayai aku?" tanya Lizzie.
"Aku percaya padamu...tapi tidak 100%." Ugh, aku tidak bermaksud menjawab seperti ini tapi aku tak bisa menghentikan kejujuran bodohku. "Bukankah kau juga sama terhadap diriku?" tanyaku blak-blakan.
Lizzie terdiam saat mendengar perkataanku, tidak membenarkan atau mempungkirinya, yang berarti aku merasa dia menyetujui ucapanku tersebut secara tidak langsung.

KAMU SEDANG MEMBACA
walking on a dream
FanfictionEva terbangun dalam tubuh gadis kecil di dunia manga DC. Bisakah dia bertahan hidup disana?