45

612 93 33
                                        

Aku memandangi benang yang melingkari pergelangan tanganku dengan dahi berkerut. Aku ini benar-benar payah, tidak bisa fokus dengan informasi yang ada disekitarku.

Benang ini bisa berubah warna bagaikan sinyal pada warna kematian namun berkali-kali aku gagal memperhatikannya sehingga aku gagal menyikapi peringatannya. Dua kali aku berakhir diculik bahkan saat yang terakhir tidak terlintas dipikiranku untuk memperhatikannya padahal aku tahu nyawaku tengah diincar orang jahat. Mungkin masih diterima mengingat saat itu aku sedang tegang sehabis menggunakan Death Note sehingga benang peringatan ditanganku itu sangat jauh dari pikiranku.

Aku meringis. Betapa bodohnya diriku. Aku harus lebih fokus dan berhati-hati kedepannya. Sayangnya aku sulit beradaptasi dengan lingkungan hidup baruku yang berbahaya. Tidak heran cepat atau lambat aku akan kehilangan nyawa. No self-preservation. No instinct for survival. Yang benar saja... Mengingat seberapa seringnya aku berakhir dirumah sakit saja seperti sudah meneriakkan 'red flag' yang banyak sekali dalam kehidupanku ini.

"Eva?" tegur Dokter Komui pelan, berusaha menarik perhatianku yang tenggelam dalam lamunan.

Papa dan Mama mendaftarkanku untuk terapi dengan Dokter. Mereka khawatir dengan kondisi mentalku akibat kejadian-kejadian buruk yang terus menimpaku. Aku menyetujuinya karena aku tak ingin jika mereka sampai memutuskan pindah ke luar negeri demi perlindunganku. Iya, saking stressnya, mereka sempat membicarakan untuk pindah untuk perubahan lingkungan hidup. Tentu saja aku menolak keras, kiri-kanan, atas-bawah. Aku sampai menghentakkan kaki untuk memperlihatkan pendirianku penolakan untuk pindah.

Aku tak mau jika sampai harus meninggalkan Jepang yang berarti tak lagi bisa bertemu dengan Subaru, Amuro dan Conan. Lagipula aku yakin kemanapun aku pergi, bahaya akan terus mengikuti. Bukankah itu nasib buruk yang menjemati semua pemilik mata shinigami?

"Orangtuamu mengatakan kau ada kesulitan untuk tidur. Mimpi buruk?" tanyanya.

Daripada mimpi buruk lebih tepat disebut mimpi yang mengganggu. Aku melihat Tatsuo. Orang itu berbicara kepadaku, menekanku yang telah membunuhnya, lalu aku melihat dirinya diseret oleh sosok-sosok hitam yang menariknya masuk ke dalam sebuah lubang hitam tak berdasar.

Orang itu bisa merasakan takut juga dan memohon bantuanku namun aku hanya memandangi orang itu dengan datar. Aku tak berniat membantunya sama sekali. Apakah aku merasakan kepuasan melihatnya sengsara?

Aku tak tahu apakah kejadian itu benar mimpi semata ataukah benar-benar terjadi, suatu kejadian yang terjadi di alam lain? Aku ingat berdiri dan mengamati saat sosok-sosok itu menekan Tatsuo dan menariknya secara paksa ke dalam lubang. Mungkin dia dibawa ke tempat itu? The bad place.

Rasanya seperti sedang melihat film horor saja saat ku melihat tangan-tangan hitam itu menarik dan meraba orang itu. Sesaat kemudian aku melihat sosok orang itu yang tak lagi memiliki raut wajah. Aku hanya diam saja memandanginya. Seharusnya aku merasakan ketakutan dan berusaha lari namun aku hanya diam ditempat dan memandangi orang itu meronta-ronta sebelum akhirnya berhenti melawan seakan menyerah. Apakah aku senang melihat orang yang menyiksaku sedemikian rupa akhirnya mendapatkan semacam balasan?

Aku tak merasakan apapun. Hanya kehampaan saja. Bahkan saat aku menonton Animal Planet saja saat predator memakan mangsanya membuatku meringis melihatnya namun dalam isu dengan Tatsuo, aku hanya merasakan ketidakpedulian. Ketika sosok-sosok hitam itu menoleh kepadaku dan merangkak mendekatiku pun, aku hanya diam saja sembari mengamati mereka mendekatiku. Namun sebelum mereka berhasil menyentuhku, aku tersentak bangun dengan agak kaget.

Setelah selesai jam sesi terapi, aku pun melangkah pulang bersama Mama yang tengah menungguku di ruang tunggu sambil mengerjakan sesuatu pada laptopnya. Ketika dia melihatku keluar, dia tersenyum kepadaku sembari menutup laptopnya dan membereskannya. Kami pun beranjak pulang. Menurutku terapi ini sepertinya agak sia-sia...atau mungkin aku yang tidak terlalu mengeluarkan usaha untuk menjalani terapi dengan baik. Entahlah.

walking on a dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang