44

534 78 9
                                    

Aku seorang korban. Menjadi korban membuatku jadi pusat perhatian. Selama perhatian yang didapat positif tak apa-apa. Seperti sekarang, petugas polisi, dokter dan suster yang bertugas merawatku sangat ramah dan lembut kepadaku. Aku menikmati ekstra puding yang mereka berikan untukku si korban cilik. Aku sudah menjalani pemeriksaan oleh Dokter. Pakaianku sudah diambil pihak polisi termasuk jepitan rambut bunga matahariku. Aku agak enggan sebenarnya soalnya jepitan itu kudapat dari Subaru dan diselipkan alat pelacak jejak olehnya namun petugas polisi itu berjanji aku akan mendapatkannya kembali.

Aku berhasil menyembunyikan kunci hitam yang kudapat dari Tatsuo dan memasukkannya ke kantong baju pasien yang kupakai.

Saat Papa dan Mama datang, aku menyambut mereka dengan senyuman riang diwajahku sembari menikmati pudingku seakan aku tidak habis diserang orang jahat saja. Luka-luka yang kudapatkan selama disekap Tatsuo sudah diperban oleh Dokter. Memang aku terlihat mengenaskan dengan adanya perban dikepala, kaki dan tangan. Tatsuo benar-benar mempersiapkan gedung horor untuk korbannya. Aku teringat saat aku berusaha lari darinya, aku main membuka pintu random untuk bersembunyi dan malah jatuh tersungkur ke tanah yang dipenuhi pecahan-pecahan kaca yang membuat sekujur tubuhku memar-memar dan luka-luka apalagi aku bertelanjang kaki.

Papa dan Mama berusaha menahan tangis saat melihat kondisiku. Melihatku tampak tegar, mungkin mereka jadi berusaha tegar juga. Sebenarnya aku bukan tegar, aku saat ini tak merasakan apa-apa. Entah apa karena obat penahan sakit yang diberikan dokter atau karena aku baru saja menyerap esensi shinigami. Aku melihat Takagi juga berada ditempat, sepertinya dia yang mengantar kedua orangtuaku ke rumah sakit dimana aku berada.

Menilik wajah pria itu saat menatapku dengan prihatin dan segan, aku menyadari dia merasa bersalah kepadaku karena gagal melindungiku. Padahal itu semua bukan salahnya soalnya Tatsuo memiliki cara curang untuk menculikku via kunci hitam ajaib itu. Setelah menenangkan Papa dan Mama bahwa aku baik-baik saja, mereka pun berbicara pada Dokter yang merawatku. Aku menoleh kepada Takagi yang terdiam memandangiku, pria itu terlihat hampir seperti mau menangis melihat kondisiku yang mengenaskan.

Aku memasang senyum secemerlang mungkin kepada Takagi. Aku memintanya mendekatiku. Aku menyerahkan pudingku kepadanya. Aku harap dia menyadari bahwa aku tak menyalahkannya atau membencinya. Takagi terlihat kaget dan terharu, pria itu malah melinangkan airmata dikedua pipinya sembari menggenggam erat puding pemberianku. Dia lalu meminta maaf kepadaku.

Papa dan Mama mengawasi kami berdua dengan prihatin. Apakah mereka berdua menyalahkan Takagi karena tak berhasil melindungiku? Aku harap tidak. Aku jadi tak enak juga apakah Takagi kena hukuman dari atasannya karena kegagalannya. Semoga saja tidak. Tapi aku tak bisa membelanya secara total jika aku hendak menyembunyikan keberadaan kunci hitam, bukan?

Berbicara soal kunci hitam, aku jadi teringat akan Amuro. Saat aku mencoba kunci itu, aku malah bertemu dengan Amuro dan orang itu menyadari keberadaanku. Detik ini mungkin dia masih mempertanyakan kewarasannya yang melihatku ditempat yang tidak seharusnya. Aku penasaran apa yang akan dilakukannya. Aku yakin dia tahu aku sudah selamat. Akankah dia mendatangiku dan menanyakan langsung soal itu? Mungkin tidak, mungkin dia akan menganggap dirinya berhalusinasi semata?

Kelelahan kembali menyelimutiku, aku pun berbaring kembali ke ranjang untuk tidur. Papa dan Mama berada disampingku. Salah satu membelai rambutku dengan lembut saat aku mulai memejamkan mataku lagi.

777

Aku perlahan membuka mataku. Aku tengah terbaring di tempat tidur dalam kamar rumah sakit.

Aku agak heran karena tidak ada siapapun didalam kamar. Biasanya jika aku mendapati diriku berakhir didalam rumah sakit, aku akan bangun mendapati Papa atau Mama berada disisiku tetapi kali ini mereka tidak ada ditempat. Aku menoleh menatap jendela dalam kamar, menatap senja merah yang menyelimuti langit. Perpaduan warna senja tersebut menyoroti kamar dimana aku berada, membuat tembok disekelilingku terkesan mistis.

walking on a dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang