19

951 126 12
                                    


Siang itu, sepulang sekolah, Amuro sudah menungguku didepan pintu gerbang sekolah. Yuka yang melihat orang itu langsung menyenggol-ku dengan sikunya sambil menggerak-gerakkan alis matanya dengan senyum antara menggoda, mengejek dan mendukung.

Aku hanya bisa memutar bola mata-ku akan tingkahnya saat dia menarik Miyuki menjauhiku agar aku dan Amuro 'bisa bebas berduaan'.

Amuro tersenyum kepadaku. Dia lalu mengulurkan tangannya kepadaku. Aku menatap dia sesaat sebelum menggandengkan tanganku kepadanya.

Amuro mengajakku ke sebuah cafe kecil. Dia bilang dia akan mentraktirku makan atau minum apa saja yang kumau.

Aku senang di traktir oleh dia dan kami hanya berduaan seperti sedang kencan saja tetapi aku ragu dia melakukannya tanpa maksud tertentu. Mungkin saja sama dengan Shuichi, dia pun hendak menanyakan permasalahanku. Aku yakin dia juga pasti sudah tahu soal kasus penculikan terhadap diriku yang berakhir dengan semua pelaku-nya mati ditempat.

Amuro memandangiku yang sedang melihat-lihat menu makanan disana. Tempatnya agak sepi pengunjung saat itu jadi bisa saja dia hendak 'menginterogasi'-ku disini sekaligus menyuap dengan makanan.

Setelah kami mengorder minuman kami kepada pelayan ditempat, Amuro lagi-lagi memandangiku membuatku jadi merasa jengah dan dag-dig-dug karena bingung sebenarnya apa niat orang ini kepadaku hari ini.

"Aku mendengar kejadian buruk menimpa Eva lagi. Apakah kau baik-baik saja sekarang?"

Aku mendesah dan menggerutu, "Kenapa semua orang bisa tahu soal itu sih?"

Amuro tersenyum kecil. "Yaa, aku ada kenalan polisi jadi aku tahu dan aku juga mendengar kejadian itu dari Conan. Aku khawatir padamu, Eva...dan ya, aku agak tertarik dengan kasus itu, terutama dengan orang yang menolongmu."

Aku menatap orang itu dengan tercekat. Masa sih dia tahu bahwa yang menolongku adalah Shuichi? Mungkinkah? Apakah dia menemukan jejak orang itu di TKP? Tidak mungkin. Shuichi pasti berhati-hati untuk tidak meninggalkan jejak, bukan? Dan, mentang-mentang Amuro itu sentimen dengan Shuichi, bukan berarti dia akan selalu mencurigai Shuichi untuk segalanya, bukan? Aku mendesah berpikir bahwa pikiranku itu sungguh dangkal.

"Aku sudah menceritakan segalanya kepada polisi waktu itu. Aku tak tahu alasan jelas orang itu menculikku atau siapa orang yang menolongku." tuturku.

"Apakah Eva pikir orang yang menolongmu kemarin sama dengan orang bertopeng kucing pada kasus penculikan yang sebelumnya?" tanya Amuro.

Aku menggigit bibirku, berpikir harus menjawab apa. "Aku tidak tahu. Mungkin?" Sebenarnya aku tahu jelas bahwa mereka dua orang berbeda, tingginya saja beda, tetapi aku tak mengatakan apa-apa. "Kenapa Kakak ingin tahu soal itu?"

Amuro mengangkat bahu. "Aku hanya penasaran." Dia tersenyum lagi padaku. "Aku sungguh lega dan bersyukur bahwa kau selamat dan baik-baik saja, Eva."

Aku menatap dia dengan agak curiga. Apakah dia berniat untuk menyelidiki hubungan kedua kasus yang menimpaku tersebut? Mengingat siapa dirinya sesungguhnya bahwa dia detektif yang handal, akankah dia berhasil menemukan jejak pada kedua kasus itu?

"Terima kasih, Kak." tuturku sopan atas perkataan dia yang mengekspresikan kekhawatirannya padaku. Aku tersenyum kecil kepadanya.

Senyum diwajahnya perlahan memudar saat wajahnya berubah serius.

"Eva, ada sesuatu hal yang ingin kukatakan...dan ini penting. Dan mengingat ini hal yang agak sensitif dan mungkin akan membuatmu merasa tidak nyaman atau takut, aku minta maaf dulu sebelumnya."

walking on a dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang