Aku baru tahu bahwa ibu Nanno selamat dari kecelakaan yang merenggut nyawa Nanno dan ayahnya. Rupanya, dia diselamatkan oleh dewa kematian berarti karena dia berwarna kuning?
Saat pemakaman, ibu Nanno menangis meraung-raung sambil bersipuh dilantai. Pemandangan yang sungguh tragis.
Yuka juga menangis dalam pelukan orangtuanya. Aku hanya berdiri dalam diam didekat Papa dan Mama.
Aku benci bagian kehidupan ini, memang kematian adalah bagian dari kehidupan dan tidak bisa dihindari. Berduka untuk orang yang dikasihi sungguh sangat menyiksa. Mau tak mau pikiranku jadi mengarah pada keluarga asli-ku. Bagaimanakah keadaan mereka sekarang? Reina bilang mereka tak apa-apa. Aku harap dia tidak bohong padaku.
777
Saat di sekolah, mendadak Kenji menghampiriku. Dia menyodorkan 2 buah tiket ke sebuah taman bermain yang baru buka.
Aku langsung panik. Masa anak ini mau mengajakku berdua kesana? Tetapi ternyata dia ingin memberikan kedua tiket itu untukku dan Yuka. Rupanya Kenji merasa prihatin pada keadaanku dan Yuka yang telah kehilangan seorang teman dekat.
Aku kaget mendengarnya. Kecil-kecil sudah perhatian sekali? Aku memandangi wajah Kenji, dia sedang melihat ke arah Yuka. Barulah aku menyadari bahwa Kenji suka pada Yuka. Tapi, kenapa dia malah mendekati Eva dulu? Apakah dia berniat menggunakan Eva untuk bisa lebih dekat dengan Yuka? Ah, ini jadi seperti drama saja...
Aku menghela nafas saat aku memandang Yuka yang terlihat murung. Aku menoleh pada Kenji. "Kenji, kau suka dengan Yuka ya?" tanyaku terang-terangan.
Wajah Kenji memerah. Wah, beneran nih?
Aku tersenyum. "Bagaimana jika kau berikan saja langsung pada Yuka? Lebih baik jika kau yang mengajak dia pergi saja." Aku menghela nafas. "Sejujurnya, aku tidak bisa begitu menghibur Yuka saat ini. Kami terus teringat dengan Nanno saat bersama. Mungkin yang dia butuhkan saat ini adalah teman baru...dan bagus juga jika kau-lah orangnya. Kulihat kau sangat perhatian pada Yuka."
"Eh, benarkah tak apa-apa?"
"Iya, lagipula tiket ini milikmu, seharusnya kau yang pergi." ujarku dengan nada membujuk. "Ayo, temui Yuka."
Kenji menelan ludah dan mengangguk sebelum perlahan-lahan menghampiri Yuka yang sedang termenung.
Aku pun pergi dari sana supaya tidak mengganggu privasi mereka.
777
Malam itu, Papa memberiku 2 buah tiket yang sama dengan yang dimiliki Kenji. Rupanya taman bermain itu ada bekerja sama dengan perusahaan Suzuki dimana Papa bekerja. Papa dapat tiket gratis dan menyuruhku untuk pergi dengan Yuka.
Jujur saja, aku malas ke taman bermain, malas ngantri permainan dan lagi aku tak begitu suka naik roller coaster. Gara-gara film final destination yang ketiga juga. Merinding aku jika sampai jatuh dari sana.
Lagipula, Yuka sudah memberitahuku bahwa dia akan pergi dengan Kenji. Yuka sempat merasa tidak enak hati padaku dan Nanno tetapi aku berhasil membujuknya untuk tidak mempermasalahkan soal itu.
Aku memandang 2 tiket dari Papa dan menghela nafas. Lalu, ini harus ku apakan?
Tiba-tiba saja aku teringat Amuro dan Subaru. Aku bisa mengajak salah satu dari mereka, mungkin? Subaru, aku tidak yakin bakal mau karena dia harus mengawasi dan menjaga Ai. Ah, tapi keduanya apa mau pergi bersamaku ke tempat yang kekanak-kanakan seperti itu? Walau saat ini aku memang anak kecil jadi mestinya wajar bukan?
Ah, sudahlah, aku akan mengajak salah satu dari mereka tetapi yang pertama kutemui besok. Jika keduanya menolak, ya sudah aku tidak akan pergi.
777

KAMU SEDANG MEMBACA
walking on a dream
FanfictionEva terbangun dalam tubuh gadis kecil di dunia manga DC. Bisakah dia bertahan hidup disana?