38

647 92 12
                                        


Aku sudah tak sabar ingin pulang ke rumah. Akhirnya dokter sudah mengizinkan aku untuk pulang besok. Ini hari terakhirku di rumah sakit.

Aku tengah memakan menu makanan dari rumah sakit sembari menonton TV. Aku sedang menikmati makanan penutup puding. Aku melirik Mama yang tengah fokus mengetik sesuatu di tabletnya. Mama lalu menerima telepon dari smartphone-nya. Mama segera melangkah keluar dari kamar dan menutup pintunya untuk mendapatkan privasi saat berbicara.

Aku tak terlalu mempedulikannya masih menikmati puding-ku sembari menggonta-ganti channel pada TV.

Saat itulah aku menyadari sesuatu. Pintu kamar dimana aku berada menghilang dan sebagai gantinya sebuah pintu besi tua muncul. Aku terkesiap menyadari pintu besi itu adalah pintu yang pernah muncul dalam mimpiku...atau jika itu suatu kenyataan, pintu itu muncul saat aku berada di dunia arwah?

Aku tidak menyadari saat aku melangkah mendekati pintu tersebut seakan terhipnotis untuk menghampirinya. Aku tidak tahu mengapa aku tiba-tiba merogoh saku piyama-ku dan mengeluarkan sebuah kunci hitam tua. Bentuk kunci itu terasa familiar seakan aku pernah melihatnya selain dalam mimpiku yang kemarin.

Entah kenapa aku merasa harus menggunakan kunci itu untuk membuka pintu itu. Pikiranku menyadari bahwa aku pasti sedang bermimpi lagi ataukah...aku sudah mati lagi? Karena itukah aku melihat pintu itu lagi?

Aku memasukkan kunci pada lubang kunci dipintu dan berhasil membuka pintu besi tersebut yang berbunyi menderik saat aku membukanya.

Sebuah lorong suatu tempat yang tidak kukenal ada dibalik pintu dan aku terkejut saat melihat anak kecil yang waktu itu. Anak itu tersenyum ramah kepadaku lalu memberikan tanda dengan tangannya seakan menyuruhku untuk masuk.

Aku tak mau masuk tapi entah kenapa kedua kakiku melangkah sendiri dan melewati pintu tersebut. Aku melangkah mendekati anak itu yang langsung menyematkan salah satu tangannya kedalam genggamanku.

Anak itu masih saja tersenyum sembari menuntunku untuk mengikutinya. Tiba-tiba sekeliling kami seperti membuyar dan aku mendapati diriku berada disebuah ruangan tertutup.

Aku ingin bertanya kepada anak itu dimana kami saat ini dan apakah aku sudah mati namun entah kenapa aku tak bisa mengeluarkan suara untuk mempertanyakan hal itu.

Butuh waktu untuk beberapa saat untuk menyadari keberadaan seorang pria di dalam ruangan tertutup tersebut. Aku terkesiap saat menyadari bahwa aku tak bisa melihat data kematian pria didalam ruangan yang tersendiri itu.

Pria itu mendadak menoleh ke arahku, wajahnya kelihatan terkejut melihatku. "Kau...darimana kau masuk kesini?"

Aku tak ingat jelas wajah orang yang menculik dan menyiksaku namun aku mengenali suaranya. Tubuhku serasa mendingin saat aku menyadari siapa pria itu sebenarnya. Tatsuo Sugiyama.

Aku melangkah mundur dengan wajah pucat dan diliputi rasa takut yang luar biasa namun anak kecil itu mempererat genggamannya padaku. Aku pun menoleh ke arah anak itu penuh tanda tanya. Kenapa dia membawaku menemui Tatsuo? Apa maksudnya?

Anak itu seperti tengah menatapku walau aku tak bisa melihat kedua matanya yang tertutup rambut mop ikalnya. "Cabut nyawanya dan selamatkan dirimu." ujarnya.

Aku terkejut mendengar perkataannya. Aku buru-buru melepaskan tangannya dariku. "Siapa kau sebenarnya? Kau ini apa? Bagaimana kau tahu soal itu?"

Anak itu tersenyum yang terkesan creepy kepadaku namun tak menjawab pertanyaanku. Malah dia mengeluarkan sebilah belati dan mengulurkannya kepadaku.

Apa-apaan ini? Apa anak ini benar-benar ingin menyuruhku membunuh Tatsuo? Tidakkah dia menyadari aku ini saat ini berwujud anak kecil, mana bisa aku menang melawan Tatsuo yang bertubuh besar dan jauh lebih kuat dan lebih yakin dalam perihal mencabut nyawa?

walking on a dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang