10

907 151 14
                                    

Saat jam istirahat di sekolah, aku memandang Yuka yang sedang asyik berbicara dengan Kenji. Aku tersenyum melihat keduanya. Akan tetapi, aku juga merasa hatiku sedikit terenyuh untuk alasan yang tidak jelas. Cemburu?

Apakah esensi Eva yang asli tidak rela melihat anak cowok yang disukainya bersama sahabat karibnya?

Aku menggelengkan kepala keras-keras berusaha mengusir jauh pemikiran itu.

Aku memandang wajah ceria Yuka dan agak bersyukur dia tidak lagi murung. Tapi, aku agak sedih juga karena sekarang dia jadi lebih fokus pada Kenji. Ah, tapi sebagai teman baiknya, aku harus lebih pengertian, bukan? Ini kan tahap awal pendekatan mereka berdua yang biasanya semanis madu.

Aku memandang Kenji yang sedang mendengarkan perkataan Yuka, bola matanya membinarkan rasa sayang kepadanya. Aku terpana menyadari hal itu. Ah, kalau sudah begini aku harus mendukung keduanya, bukan?

Aku tersenyum memandang keduanya. Tetapi, entah kenapa rasa sedih berbalut rasa sepi tiba-tiba meliputiku.

777

Siang itu aku makan siang di Poirot dan bertemu Conan, Sonoko, Ran dan Sera disana. Mereka mengundangku untuk makan bersama mereka.

Sambil mengorder makanan, aku mendengarkan Sonoko yang sedang heboh ingin membentuk grup band perempuan.

Ah, aku ingat bagian ini dalam manga. Aku melirik orang-orang yang duduk disamping meja kami. Mereka sepertinya pemain band juga dan wajah mereka terlihat sedang senang mendengar kehebohan Sonoko.

Aku ingat orang-orang ini akan mengejek Sonoko hanya karena dia ingin membentuk band padahal tak bisa bermain musik. Saat membaca itu, aku merasa kasihan pada Sonoko, bahkan aku merasakan secondhand embarrasment karena dia, dia terlalu ceria dan kadang berkata-kata tanpa memikirkan dampaknya pada orang sekitar. Akan tetapi, aku tahu bahwa Sonoko tidak memiliki maksud jahat sama sekali.

Aku melirik pria-pria yang duduk di meja sebelahku itu dengan tidak senang karena mereka mulai bergelagat ingin mencari masalah. Lagipula, buat apa juga mereka ikut-ikutan menimbrung percakapan orang. Yang paling menyebalkan menurutku mereka sengaja hendak mempermalukan Sonoko. Apa mereka kurang kerjaan apa? Buat apa usik orang lain?

Dan kejadian yang kubaca pada manga mulai terjadi depanku. Padahal mood kami semua lagi bagus saat iseng membicarakan grup band. Sonoko bahkan melibatkan Azusa agar masuk dalam band dia.

Lalu, dua orang itu dengan nada mencemooh langsung menyuruh Sonoko untuk mencoba bermain gitar. Dan, sudah jelas bahwa gadis itu tidak bisa. Mereka lalu mengejeknya.

Aku melabrak meja dengan kesal. "Paman-paman ini apa-apaan sih? Sudah dengan tidak sopan ikut-ikutan pembicaraan orang, malah sengaja mempermalukan orang! Apa paman kurang kerjaaan ya sampai membully anak gadis orang?!" Aku meracau dan melototi keduanya membuat Conan dan yang lain kaget.

Kedua orang itu terlihat tidak senang karena dilabrak anak kecil sepertiku. Sejujurnya aku juga bingung kenapa aku malah sok melabrak orang yang lebih tua dan kasar seperti mereka.

"Hey, dasar anak kurang ajar!!" Salah satu pria itu mengayungkan kepalan tangannya mungkin hendak memukulku.

Aku memejamkan mata secara refleks menunggu rasa sakit yang akan datang menimpaku. Aku perlahan membuka mataku saat rasa sakit tak kunjung datang dan ternyata Amuro, bagaikan ksatria baja hitam, menyelamatkanku.

Dia menghalang pukulan yang ditujukan padaku dan dengan senyum sopan yang palsu, menegur pria itu agar tidak main tangan terhadap sesama tamu di Poirot.

Ran dan Sonoko terlihat terkesan dengan penampilan Amuro yang memang terlihat keren.

Amuro lalu meraih gitar ditangan Sonoko dan memainkan dengan sukses alat musik itu seakan ingin memamerkan kemampuannya lalu dengan sopan mengembalikan benda itu pada pemiliknya.

walking on a dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang