35

503 85 16
                                    

Rasanya seperti suatu mimpi buruk...atau sebuah film horor... Saat itu dimana kau bangun dalam suatu kegelapan yang pekat ditempat yang sungguh asing...seorang diri dan dalam kesakitan...

Kepanikan yang kurasakan dan keputusasaan yang menggerogoti jiwaku saat aku menyadari aku terperangkap tanpa jalan keluar sejauh mata memandang. Aku bisa merasakan belenggu rantai yang mengikat pergelangan kakiku. Lantai kotor dan dingin dibawah kakiku yang terluka dan bertelanjang kaki. Dan kandang mengerikan yang memerangkapku di satu tempat...

Aku menjerit. Jeritanku terasa serak dan aneh di telingaku. Tapi, akhirnya aku bisa menjerit juga. Aku tak mengira aku akan menjerit demi nyawaku. Aku menjerit dan menangis. Aku berteriak meminta tolong padahal aku tak tahu dimana aku berada.

Aku tak pernah mengira hal semacam ini bisa terjadi padaku. Hal semacam ini hanya terjadi dalam film atau cerita horor. Tentu aku tahu kekejaman semacam ini juga mungkin ada di dunia nyata di luar sana tetapi...aku selalu merasa hal itu tak akan pernah terjadi padaku. Tak terbanyangkan bahwa hal semacam ini bisa terjadi.

Lalu...kenapa ini bisa terjadi padaku...saat ini?

KENAPA?

KENAPA AKU?

INI TIDAK ADIL!

AKU TIDAK MAU MATI SEPERTI INI!

====

Aku menuruni tangga sembari mengusap pelupuk mataku dan menguap lebar.

Diruang tamu, Papa tengah membaca koran di meja makan. Mama sedang menyuguhkan sarapan pagi hari itu pada meja.

Kakak perempuanku sedang menyisir rambutnya yang hitam lurus bercahaya bagai iklan shampoo dengan gemas. Mulutnya mengomel bahwa hari ini dia akan sibuk dikarenakan rekan kerjanya tidak masuk dan pekerjaannya jadi ditimpakan kepadanya.

Adik lelakiku baru keluar dari kamar mandi memakai handuk yang menutupi pinggangnya dengan agak menggigil. Dia mengelap kedua kakinya yang basah pada kesetan sebelum melesat ke kamarnya untuk memakai baju.

Aku menguap lagi dan melangkah menuju sofa dan berbaring disana untuk beberapa saat.

Aku mendengar Mama memarahi adikku yang membasahi lantai menuju kamarnya.

Papa meminum kopinya dengan santai dan cuek.

Aku memasuki kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi sebelum bergabung dengan yang lain di meja makan.

Saat itu, semuanya sudah duduk ditempatnya masing-masing dan sudah mulai makan sembari mengobrol satu sama lain. Aku menarik kursi dan menghempaskan diri pada kursi. Aku merasa senang karena hidangan hari itu kebanyakan makanan yang aku suka. Aku mengambil sendok untuk menyendok hidangan yang kusuka sebelum aku menyadari bahwa ditempatku duduk belum ada piring dan gelas. Aku mengerutkan alisku dengan bingung karena biasanya Mama sudah menyiapkan piring berisi nasi dan segelas air di meja untuk semuanya.

Mereka masih saling mengobrol satu sama lain seakan mereka tidak menyadari keberadaanku.

Saat itulah aku mulai merasa aneh, seakan aku melupakan sesuatu. Aku memandangi keluargaku itu. Aneh, seharusnya ini normal, bukan? Tapi...rasanya kami jarang makan bareng-bareng bersama seperti ini kecuali itu hari besar. Dan...aku memandangi mereka semua...bukankah kami tak lagi tinggal di satu rumah yang sama?

Aku juga baru menyadari di salah satu dinding dekat foto almarhum Kakek dan Nenek juga terpampang foto berbingkai hitam, foto diriku.

Barulah aku teringat apa yang telah kulupakan...

walking on a dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang