18

889 130 9
                                    

Aku membuka mata dan mendapati kabut disekitarku. Aku tidak tahu dimana aku berada. Aku kebingungan memandang sekelilingku.

Dari kejauhan terdengar suara jejak kaki orang yang sedang berlari. Semakin lama suaranya makin mendekat. Aku hanya bisa berdiri terpaku memandang arah dimana dentuman suara jejak kaki itu bergema.

Tiba-tiba aku melihat seseorang berjubah hitam tersungkur jatuh. Orang itu menarik lepas tudung kepalanya dan ternyata orang itu Reina.

"Reina?" Aku memanggilnya. Aku langsung menjatuhkan diri didekat gadis itu.

Reina menoleh padaku. Aku agak kaget melihat ada darah pada pelipis dia. Dia kelihatan lelah dengan nafas terengah-engah seakan habis lari marathon. Kelihatannya dia juga kesakitan.

"Reina, kau kenapa?" tanyaku panik. "Kau terluka!" Aku kaget ternyata dewa kematian pun bisa terluka.

Reina memandangi dengan senyum tipis. "Syukurlah, aku berhasil menembus dindingnya..." Dia terlihat serius sekarang. "Dengar, Eva, sekarang kau sedang bermimpi. Aku memasuki mimpimu karena hanya ini yang sanggup kulakukan sekarang."

Perkataan Reina membuatku khawatir. "Reina, kau membuatku takut. Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Kau lama sekali tidak muncul dihadapanku. Banyak hal terjadi padaku selama kau tidak ada. Aku..."

Reina memegang kedua lenganku dengan erat-erat. "Dengar, Eva, aku tidak bisa berlama-lama disini. Aku telah dijebak. Reaper Council sedang mengejarku saat ini!"

"Dijebak? Apa maksudmu?"

"Mereka mengira aku pengkhianat dan mereka sekarang mengejarku untuk dieksekusi. Dengar baik-baik, Eva, mereka tahu tentangmu!"

"Apa?!"

"Mereka tahu ada jiwa yang ku bawa ke dunia lain tetapi mereka tidak tahu tepatnya identitasmu. Tetapi, mereka telah mengirim dewa kematian dari dunia nyata kesini untuk mencarimu. Ini penting, kau jangan sampai tertangkap."

Aku terperangah mendengarnya. Jantungku berdebar keras dan tenggorokanku tercekat parah. "Bagaimana aku bisa menghindari shinigami? Seseorang telah mencuri kalung jimat yang kau berikan padaku! Reina, di dunia ini apakah ada..."

Aku belum sempat berbicara ketika kami berdua mendengar suara jejak kaki dan kuda meringkik. Aku dan Reina saling berpandangan dengan wajah pucat.

"Mereka sudah dekat. Aku harus pergi dari sini."

"Reina..."

Reina menoleh kepadaku dengan senyum pahit. "Maafkan aku, Eva." Tiba-tiba dia mendorongku dengan kencang. "Kau harus bangun sekarang! Mereka tak boleh melihatmu sama sekali!"

Aku terpekik kaget saat aku mendadak jatuh seakan tanah yang ku injak menghilang dan aku jatuh terjun bebas. Aku hendak menjerit tetapi suaraku tidak keluar.

777

Aku membuka mataku saat aku merasakan diriku seperti mendarat kembali ke dalam tubuhku. Aku berada diranjang.

Ah, aku baru ingat aku masih dirumah sakit, bukan? Aku terkena demam parah dan harus dirawat inap disana.

Aku ingin bangun tetapi tidak bisa. Aku tidak bisa bergerak. Tenggorokanku kering dan pandanganku berkunang-kunang. Aku heran kenapa diruangan ini tak ada Papa atau Mama.

Tiba-tiba, aku mendengar suara jejak kaki mendekatiku. Aku memejamkan mata, merasa pelupuk mataku terasa berat sekali tetapi aku bisa mengintip sedikit walau penglihatanku agak kabur.

Seorang gadis berambut pirang berdiri memandangiku dengan tertarik. "Apakah kau sudah bangun?"

Aku tak berani menjawab. Aku pura-pura masih tidur.

walking on a dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang