"Makan, Kay!"
Sega mengarahkan pandangannya pada sang adik yang duduk di seberang mejanya. Gadis itu hanya bungkam dengan tatapan kosong. Ini bukan pertama kalinya. Kayla sudah begini selama hampir dua minggu lamanya, terhitung sejak kapten AGT tersebut didiagnosa ACL tingkat tiga.
Bukan tanpa sebab penyakit itu datang. Ini semua terjadi setelah Kayla menerima tantangan teman-teman satu timnya yang meminta unjuk kebolehan untuk mengisi posisi kapten. Sega tahu adiknya tidak akan terima diremehkan, apalagi jika membawa-bawa Brian, yang Sega tidak tahu adalah mengapa Kayla mengabaikan proses penyembuhannya hanya untuk memperebutkan satu hal yang pasti telah menjadi miliknya? Tanpa pertandingan konyol itu, semua orang di Alamanda tentu setuju jika Kayla yang terbaik.
Derit kursi di samping Sega membuyarkan lamunan pemuda tersebut. Dhaka bangkit dari duduknya, kemudian menghampiri sang putri. Pria tersebut meraih pegangan kursi roda Kayla dan mendorongnya sampai di ujung meja hingga kini gadis itu duduk di antaranya dan Ratna.
"Kamu makan, ya, Kay! Papa yang suapin," ujar Dhaka setenang langit malam.
Dokter bilang Kayla kemungkinan besar perlu dioperasi karena ligamennya mengalami robekan parah. Tidak ada yang tahu bagaimana kejadian sebenarnya sampai-sampai Kayla mengalami hal serius seperti ini. Saat Leon menemukannya di lapangan belakang, gadis itu sudah merintih tanpa bisa menggerakkan lutut kanannya.
Sakit yang kini diderita Kayla membuat gadis bernama belakang Julian tersebut tak bisa bermain basket untuk waktu yang sangat lama. Dokter bilang, sebelum operasi dilakukan, kondisi kaki Kayla perlu dipantau selama beberapa bulan. Setelah operasi pun, Kayla harus direhabilitasi selama kurang lebih satu tahun lamanya.
Kenyataan itu jelas membuat impian Kayla hancur. Dia sudah kehilangan kesempatannya untuk menunjukkan pada dunia bahwa ia atlet berbakat. Bukan hanya itu, saat ini Kayla pun tak lagi bersekolah di Alamanda. Kedua orangtua mereka sepakat agar putri mereka menjalani home schooling. Mereka tidak ingin sesuatu yang buruk kembali menimpa anaknya setelah kejadian itu. Sementara itu, kekosongan posisi kapten AGT diisi oleh Anggia.
Selang tiga puluh menit kemudian, keempat orang dalam ruang makan berukuran 7x4 meter tersebut sudah selesai makan. Tentu Kayla tak menghabiskan makanannya. Ratna bangkit untuk membereskan meja makan dibantu asisten rumah tangga mereka, sedangkan Dhaka sudah bersiap membawa putrinya ke kamar.
"Biar aku aja yang anter Kayla ke kamar, Pa," kata Sega yang kini sudah berdiri di sebelah sang ayah. Ia tidak tega jika ayahnya yang baru pulang kantor harus menggendong Kayla sampai kamarnya di lantai dua.
Pria itu menatap putranya sejenak, sebelum beringsut minggir. Tangan kanannya terangkat, menepuk ringan pundak Sega sembari berterima kasih.
Dengan cekatan, pemuda kelahiran tiga Januari 2003 itu memposisikan tangan kanannya di punggung Kayla dan tangan kiri di paha belakang. Kayla yang sudah sering diperlakukan seperti itu otomatis merangkulkan tangannya ke pundak sang kakak, sementara kepalanya bersandar di dada bidang tersebut.
"Lama-lama kamu makin kurus, Kay," ungkap Sega ketika ia menaiki satu per satu anak tangga. Namun, seperti yang sudah-sudah, adiknya bungkam.
Sesampainya kakak-beradik itu di lantai tujuan, Sega segera melepas sandal rumah yang gadis itu kenakan sebelum menempatkan Kayla di ranjang miliknya. Setelah memastikan adiknya nyaman, Sega mengambil kapas dan botol berisi cairan yang ada di atas nakas untuk membersihkan wajah Kayla. Tak sampai di situ, Sega juga membantu Ratna membersihkan tangan dan kaki Kayla dengan handuk yang sudah dibasahi dengan air hangat dan sabun sebelum merebahkan sang adik serta dirinya di ranjang tersebut.
"Kenapa lo lakuin ini semua, Bang?"
Sega membuka kelopak matanya yang hampir saja terpejam begitu mendengar suara lesu dari sisi kirinya. Pemuda tersebut memiringkan tubuhnya dengan ekspresi tak percaya. Pasalnya, sejak kejadian itu, Kayla hampir tak mau bicara. Gadis itu hanya diam memandang semua sudut rumah mereka.
"Memangnya kenapa?" Sega balik bertanya.
Kayla melirikkan pandangannya ke kanan, lalu kembali menatap langit-langit kamarnya yang bercat biru muda. "Banyak yang bilang, gue nggak pantas buat dapet perhatian orang-orang. Gue punya banyak kekurangan, dan semua orang yang ada di deket gue nggak pantes gue susahin. Gue kecewa sama diri gue sendiri."
"Kay." Sega beringsut mendekat. Ia menyangga kepalanya dengan tangan kiri agar bisa melihat keseluruhan wajah sang adik yang tampak merah. "Jangan dengerin apa kata orang, mereka cuma iri sama lo karna lo punya semua hal yang nggak mereka punya. Stop, ya, jangan nyiksa diri lo kayak gini. Kasian Mama sama Papa. Mereka mau lo bahagia, terlepas dari apa yang lo kasih ke mereka, Kay."
"Lo masih bisa bahagiain mereka dengan cara lain. Tapi sekarang, yang perlu lo lakuin cuma bangkit supaya lo bisa sembuh." Pemuda berkaos army itu meraih tangan Kayla dan menggenggamnya erat. "Gue ada di sini buat nemenin lo sampai sembuh, ya?"
Tahu Kayla tidak akan menjawab, Sega menghadiahinya sebuah kecupan di pipi kanan seraya mengucap, "Gue ada PR. Lo istirahat, ya, good night!"
Sega mematikan lampu kamar adiknya lalu berjalan keluar. Di saat itulah, si sulung bertemu Ratna di depan kamar. Wanita itu tersenyum haru. Kedua tangan halusnya mengusap lengan Sega. "Terima kasih. Mama beruntung punya kalian."
"Maafin aku yang nggak bisa jaga Kayla sampai dia kayak gini, Ma. Aku nggak bisa berbuat apa-apa selain nemenin dia."
Ratna menggeleng. "Ya sudah, kamu juga istirahat, biar mama yang temani Kayla."
Depok, 26 Juni 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened to Perfect
Ficção Adolescente[END] Bahagia versi Sega adalah memiliki kasih sayang kedua orangtuanya serta seorang adik penurut. Bahagia versi Kayla adalah hidup bersama keluarganya dengan keadaan apa pun. Sega dan Kayla, kakak beradik beda ibu yang tumbuh dalam keluarga berb...