Kayla meletakkan ponselnya di samping potato wedges yang masih mengepulkan asap—sama seperti perasaannya saat ini. Layar benda canggih tersebut menyala, memperlihatkan isi pesan Brian kepada gadis itu. Ia sudah menunggu terlalu lama di Jingga, sampai-sampai dia sudah dua kali memesan makanan di sana. Jika bukan karena kejadian di sekolah tadi siang, dia tidak akan mau menunggu Brian selama hampir satu jam!
Gadis itu tidak habis pikir dengan otak Brian belakangan ini. Seminggu lalu, pemuda yang sudah langganan juara olimpiade matematika itu berkata bahwa ia tengah jatuh cinta dan mencoba mendekati salah satu gadis cerdas di Alamanda bernama Viona. Kemudian, tadi siang dengan entengnya Brian menolak gebetannya dan berkata menyukai orang lain. Hebatnya, hampir seluruh murid di sekolah melihat rekaman kejadian itu yang dikirim seseorang di grup angkatan. Setelah kejadian menggemparkan itu, orang-orang menuding Kayla sebagai orang istimewa Brian, hingga gadis itu perlu menulikan telinganya dari para lebah.
"Mikayla? Hei!" Sega menggoyangkan telapak tangan kanannya di depan wajah Kayla yang memerah. Adiknya itu tidak sadar sudah berpikir ke mana-mana karena pemuda menyebalkan yang lebih suka ia panggil Val.
"Oh, hai!" jawab Kayla sekenanya. Sega menangkap raut kecewa saat tahu ia yang ada di hadapannya. "Lo nggak suka gue duduk di sini?"
Kayla mengernyit lalu beberapa detik kemudian mendesah berat. "Sori, gue nggak bermaksud gitu. Gue cuma lagi bete aja," sahutnya sembari melempar pandang ke balik dinding kaca Jingga yang menampakkan suasana ramai area parkir.
"Nunggu Brian?" Kayla memutar bola matanya searah jarum jam. Sega yakin tebakannya itu benar. Pemuda itu menerbitkan sabit di atas dagu lebarnya dan menambahkan, "Inia da hubungannya sama kejadian di sekolah tadi siang, ya? Jadi benar yang gue dengar kalau ...."
"Oh, come on, jangan bilang lo juga percaya sama gosip itu!" Kayla memotong kalimat Sega cepat. Ia mendesis dengan mata melotot. "Gue sama Val nggak ada affair!"
Gurat-gurat kekesalan tercetak jelas di sekitar dahi hingga alis matanya. Gadis itu sangat terganggu dengan berita miring yang sejak dulu selalu saja membayangi hubungannya dengan Brian, seolah kedekatan mereka memang memiliki 'suatu alasan'.
Kayla mengembuskan napas panjang, ia menyangga kepalanya dengan tangan kiri yang bertumpu pada meja berwarna merah terang. Oke, dia akui memang hubungannya dan Brian bukan sekedar teman biasa, tapi dia berani bersumpah bukan cinta yang menjadi dasarnya. Jika saja orang-orang tahu apa saja yang ia lalui di samping pemuda tenar tersebut, mengetahui tiap rahasia gelap dan berusaha melampauinya bersama-sama.
Jika Kayla bisa, dia ingin menyudahinya sejak dulu. Namun di sisi lain, dia pun membutuhkan Brian untuk mewujudkan impian kecilnya, satu-satunya alasan untuknya bertahan.
Sementara sang adik sibuk dengan pikirannya, Sega melangkah ke konter dan memesan es krim aneka rasa. Dia tahu Kayla sedang pusing dengan kejadian baru-baru ini, sayangnya, hal itu justru membuat perasaannya senang. Bukankah ini akan memudahkan jalan pemuda kelahiran Semarang itu untuk menjauhkan keduanya? Tentu dia akan dengan senang hati membantu, terlebih adiknya tidak menaruh rasa sayang pada partner in crime-nya.
Beberapa menit kemudian, Sega kembali ke meja Kayla dan meletakkan es krim yang ia pesan di hadapan gadis itu. Namun, saat tahu adiknya masih saja melamun, ia dengan sengaja menarik tangan kanan Kayla kemudian meletakannya di permukaan gelas yang terasa dingin.
Kayla mengarahkan pandangannya ke arah gelas lebar dan Sega bergantian. Pemuda itu sendiri hanya tersenyum dan menunjuk es krim di depan Kayla seolah berkata, "Makanlah!"
Tak ingin berdebat, Kayla lantas meraih sendok perak dan menyuapkan hadiah Sega ke bibir penuhnya. Perpaduan rasa dingin, manis, dan asam berpadu di dalam mulutnya. Lama-kelamaan, mood gadis itu kembali membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Happened to Perfect
Teen Fiction[END] Bahagia versi Sega adalah memiliki kasih sayang kedua orangtuanya serta seorang adik penurut. Bahagia versi Kayla adalah hidup bersama keluarganya dengan keadaan apa pun. Sega dan Kayla, kakak beradik beda ibu yang tumbuh dalam keluarga berb...