20(Dijemur)

89 76 36
                                    

"Ya Allah Boby, kamu kenapa cu? Kok babak belur gini? Bilang sama nenek, siapa yang ngelakuin ini sama kamu?" Nenek Yola sangat terkejut ketika melihat wajah Boby yang sudah tidak karuan.

Niat ingin pergi lebih awal ke sekolah, nenek Yola malah keluar dari kamarnya pagi-pagi seperti ini. Dan sialnya, nenek Yola jadi mengetahui luka-luka yang ada di wajah Boby. Mau bagaimana lagi? Boby sudah pasrah karena nenek nya sudah melihat nya.

Yang di tanya hanya diam sembari menundukkan kepalanya, tidak berani berbicara. Boby hanya takut, nenek nya akan kena serangan jantung lagi nanti.

"Kamu berantem ya?" Tanya nenek nya lagi, kini tepat sasaran. Bubu-buru Boby mendongak dan menggeleng.

"Enggak kok Nek, ini habis jatuh dari motor semalem." Jawab Boby berbohong.

"Jangan kira nenek gak tau ya. Nenek tau apa yang akan kamu lakuin kalau lagi marah atau kesel, Boby."

Boby gelagapan sekarang. Baiklah, nenek nya benar. Pelan-pelan pria itu mengangguk. "Tapi mereka duluan nek yang mancing, Boby cuman ngelawan."

"Iya nenek percaya kamu gak akan cari masalah duluan. Sekarang yang terpenting luka kamu, udah di obatin belum?" Tanya Nenek Boby dengan nada lembut.

"Udah nek."

"Sama siapa?" Tanya nenek Yola lagi dan lagi.

"Zira." Balas Boby pelan. Hal itu membuat nenek nya terkekeh. "Semalem Boby nyari dia."

"Jangan gengsi buat ngungkapin perasaan kamu ke orang yang disukai." Ucap nenek nya. "Ya udah kita sarapan dulu yuk, masih ada waktu buat kamu sarapan." Boby mengangguk dan mengikuti nenek nya yang berjalan ke meja makan.

Setelah duduk, Boby langsung menyuap nasi goreng nya yang sudah ada di piring.

"Oh iya Boby, pagi ini kamu berangkat bareng Zira ya."

Boby hampir tersedak mendengar nenek Yola mengucapkan itu. Permintaan nenek nya sangat menyesakkan dada.

"Nggak. Biarin dia berangkat sendiri." Boby mulai tidak selera untuk melanjutkan makan nya.

"Boby, kamu itu udah gede. Pasti ngerti dong cara nya membalas budi sama seseorang? Semalem Zira udah ngobatin kamu, dan sekarang kamu harus membalasnya."

Boby yang ingin menyuap suapan terakhir pun terhenti. Seketika tubuh nya mematung, tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ucapan nenek Yola barusan sungguh menampar diri nya. Sepersekian detik Boby mulai melanjutkan suapan terakhir itu.

"Boby tau, tapi caranya gak gini nek. Dia punya sahabat yang baru aja pulang dari luar negeri, punya keluarga juga. Jadi Boby gak usah repot-repot dong antar dia sekolah." Boby masih terus bersikukuh.

"Sahabat ya sahabat, keluarga ya keluarga. Mereka bukan kamu, dan kamu bukan mereka. Tugas kamu sekarang membalas kebaikan Zira," nenek Yola terus saja memberikan pengertian pada cucu nya itu. "Ayo lah, masa kamu gak mau liat nenek senang."

Boby memejamkan mata sejenak lalu menghembuskan nafas nya pelan.

"Iya-iya nanti Boby berangkat sama dia. Boby ngelakuin ini demi nenek senang ya, bukan karena Zira."

Nenek nya pun tersenyum lebar. Boby bangkit dari duduk nya lalu menyalami tangan nenek itu..

"Boby berangkat," Ia berjalan ke luar sembari menyambar tas dan jaket kebanggan nya yang terletak di atas sofa ruang tamu.

"Hati-hati, Bob."

Sebelum menaiki motor, Boby mencoba mengirimi Zira pesan.

Boby
Gue jmpt lo skrng.

Boby Boys [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang