51(Kesalahan Besar)

44 10 44
                                    

Jangan lupa klik ⭐ dan spam 💬 nya ya.

Happy Reading all-!

Meisya membulatkan mata dengan perasaan takut saat mobil yang dibawa Reygan berhenti tepat di kantor polisi. Reygan, Gaby dan Bryan keluar dari mobil bersamaan, sementara Meisya masih takut dan enggan untuk keluar.

"Ayok, turun." Reygan yang sudah berada tepat di samping Meisya langsung menarik lengan nya membuat cewek itu tersentak kaget.

"Pa, aku gak mau!" Meisya memberontak, namun percuma karena tenaga Reygan lebih kuat darinya. Alhasil Meisya pun berhasil keluar dari mobil.

"Mas, udah dong jangan paksa Meisya. Kamu gak kasihan apa sama dia? Meisya anak kamu juga, mas. Masa kamu tega masukin dia ke penjara." Gaby berusaha menghentikan Reygan.

"Mau Meisya anak kandung aku atau bukan, dia harus mendapatkan pertanggungjawaban nya, Gaby." Tegas Reygan kembali menarik lengan Meisya.

"Papa ih! Lepas!" dengan sekuat tenaga Meisya berhasil melepaskan lengan nya dari genggaman Reygan.

"Meisya, jangan bikin papa–" ucapan Reygan terhenti saat ponselnya tiba-tiba berdering, pertanda bahwa ada yang menelepon nya. Sang empu pun segera mengeluarkan ponsel dari saku celana lalu menekan tombol hijau disana.

"Halo, kenapa, Tarisa?" tanya Reygan pada sang penelepon. Gaby langsung menatap pada Reygan saat mengetahui mantan istri pria itu lah yang menghubungi nya.

"Mas," Gaby mendekat.

"Sebentar." Reygan pun menjauh dari Gaby. "Iya, Tar? Hah, kok aku gak dapat kabar apapun soal Zira ya? Maafkan aku Tarisa karena sudah lalai dalam menjaga Zira. Makasih sudah memberitahu ku soal ini. Sekali lagi, aku minta maaf."

Reygan mematikan sambungan telepon, lalu menatap datar pada Meisya yang sedang menunduk takut.

"Untuk sekarang kamu beruntung, papa gak jadi bawa kamu masuk ke dalam." Reygan berjalan masuk lebih dulu ke dalam mobil. Lalu tak lama, Gaby mengikuti nya.

Diluar hanya tinggal Bryan dan Meisya berdua yang masih berdiri dengan menatap satu sama lain.

"Mei, lo jangan khawatir ya. Gue ada disini." Ucap Bryan.

"Tapi gue takut, Bryan." Lirih Meisya.

"Gapapa, gak usah takut. Ayok, kita masuk." Bryan merangkul dan menuntun Meisya masuk ke dalam mobil.

"Pa, ada apa sama Zira?" tanya Meisya hati-hati pada Reygan. Pria itu hanya diam dan memilih fokus dengan jalanan.

Disisi lain, Boby menatap kosong pada langit-langit kamar rumah sakit. Pikiran nya terus saja tertuju pada ucapan dokter yang memberitahu penyakit Zira yang selama bertahun-tahun ini berada di dalam kepalanya. Dan bertahun-tahun juga Zira menyembunyikan itu semua. Bagaimana bisa?

"Udah lah, Bob, gak usah mikirin hal yang gak harus lo pikirin." Ucap Bintang yang baru saja masuk ke dalam ruangan.

"Lo gak akan ngerti."

"Gue emang gak ngerti perasaan orang yang lagi bucin, tapi gue kasihan sama lo." Bintang duduk di sofa panjang sudut ruangan.

"Gue gak butuh dikasihani."

Bintang menghembuskan nafas pelan. Percuma ia perhatian, Boby tidak akan menerima perkataan nya.

"Temen-temen lo barusan izin balik. Mereka bilang semoga lo cepet sembuh, dan mereka akan cari siapa pelaku dari semua kejadian yang udah menimpa lo sama cewek lo itu."

Boby merenung tidak menjawab. Kedua nya kini sama-sama terdiam dengan pikiran nya masing-masing.

Hingga akhirnya Rani masuk kedalam, membuat kedua cowok itu menoleh bersamaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Boby Boys [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang