16(Penyembuh Luka)

82 77 49
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian📝⭐

Happy reading ya...

Di dalam kamar nya, Zira sedang berdiri sembari bersandar di tembok, tatapan nya yang kosong semakin terlihat jelas bahwa cewek itu sedang tidak baik-baik saja malam ini. Sejak tadi, ia merasakan kepala nya yang pusing seperti di tusuk belati tajam beberapa kali hingga membuat kepala nya berputar tak karuan. Karena tak ingin terlihat lemah, Zira tetap menahan tubuhnya agar tidak terjatuh dan hilang kesadaran.

Dari lantai bawah terdengar seseorang membunyikan bel. Zira yang sedang tidak baik-baik saja terpaksa berjalan untuk melihat tamu itu, karena di rumah tak ada siapa pun. Karena sampai saat ini, Romeo belum kembali ke rumah. Zira tidak perduli, karena pasti laki-laki itu langsung pergi ke club sebelum pulang.

Bel itu berbunyi dengan sangat cepat seperti orang yang sedang di kejar setan. Zira keluar dari kamar lalu menuruni anak tangga meski susah payah karena kepala nya yang terus saja berputar.

Belum sempat menyelesaikan perjalanan nya menuruni tangga, pintu itu lebih dulu terbuka hingga menampakkan seorang cowok tampan dengan raut wajah penuh kecemasan.

"Ra? Zira lo dimana?" Pemilik suara itu terdengar semakin mendekat.

"Boby?" Gumam Zira saat melihat Boby berada di bawah sana seperti sedang mencari-cari dirinya.
"Bob-by..."

"Ra!" Boby memekik kaget saat melihat Zira kehilangan keseimbangan saat menuruni anak tangga. Untung saja cowok itu sigap menahan nya, kalau tidak Zira bisa saja menggelinding ke bawah.

Terdengar ringisan beberapa kali dari mulut cewek itu dengan satu tangan yang memegang kepala nya. Dengan cepat, Boby membawa Zira ke sofa ruang keluarga.

Setelah Zira menyandarkan tubuhnya ke sofa, Boby ikut duduk di samping cewek itu yang masih terus memegangi kepalanya. Boby sedikit heran kenapa rumah sebesar ini sangat sepi. Tatapan mata cowok itu berkeliaran mencari seseorang yang mungkin ada di rumah gadis itu.

"Rumah gue sepi ya? Gue tau kok lo pasti mikir gitu." Zira tersenyum hangat pada Boby. "Ayah lagi nganter mama sama kakak gue ke bandara tadi, dan mbok Sisil lagi izin pulang ke rumah nya sebentar."

"Kenapa?" Tanya Boby sembari menatap lekat manik mata Zira dengan tatapan khawatir. Zira bisa melihat nya dan merasakan itu.

"Kenapa apa nya?" Zira mengerutkan kening bingung, lalu sedetik kemudian ia tahu apa yang Boby tanyakan. "Oh gue gapapa kok sekarang, karena lo, pusing gue berkurang."

"Bukan itu."

"Terus?" Zira mengerutkan keningnya karena tidak mengerti. Lagi-lagi untuk kesekian kali nya Zira seperti tahu apa yang ingin Boby ucapkan. "Gue tadi memang tiba-tiba pusing banget Bob, makanya nelpon lo. Tapi sekarang udah mendingan kok."

Boby pun mengangguk mengerti. Setelah itu hanya ada keheningan menemani kedua nya. Sesekali Zira merasakan kepala nya yang seperti di hantam benda tajam.

"Lo kenapa datang? Udah gue bilang, gak usah." Ucap Zira sembari menatap manik mata Boby.

"Gak tau." Balas Boby dengan wajah datar nya.

"Lo udah mulai suka sama gue ya?" Tanya Zira dengan serius.

"Enggak."

"Bob, muka khawatir lo gak bisa bohongin gue." Zira terkekeh pelan. "Kalau lo gak suka sama gue, kenapa datang?"

Melihat Boby hanya diam, Zira semakin yakin bahwa Boby hanya lah gengsi untuk mengutarakan apa yang ingin di ucapkan.

"Kenapa diam?" Tanya Zira berhasil membuyarkan lamunan Boby. "Gue bener kan? Fiks, lo suka sama gue."

Boby Boys [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang