"Apa pantas gue mengganggu kebahagiaan orang lain?"
-Zira★★★
Bel istirahat berbunyi nyaring di seantero SMA Elang, semua siswa-siswi berhamburan keluar kelas menuju kantin. Terutama Boby dan ke empat teman nya juga sedang berjalan beriringan menuju kantin. Untuk masalah Gael yang menghajar nya, Boby sudah melupakan itu dan sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut. Namun bila Gael bersikap lebih pada nya, Boby tidak akan biarkan itu.
"Bob," Zidan menyenggol lengan Boby hingga lamunan nya buyar. "Kunaon sih brodi ngelamun mulu? Mikirin Zira ya lo?"
"Oh iya Bob, kemarin lo kemana sih? Kita capek-capek bujuk pembantu di rumah di Zira supaya ngizinin kita masuk, tapi gak ada hasilnya." Timpal Reza.
"Yoi." Irfan menyetujui. "Lo gak pernah respon si Zira, bukan berarti kalian berdua gak berteman kan? Jadi lo gak usah terlalu jaga jarak sama dia."
Tak terasa, kini mereka sudah memasuki area kantin yang keadaan nya sudah sangat ramai. Seperti biasa, Boby dan ke empat teman nya akan memilih tempat duduk yang paling pojok.
"Mang Bokir, Zidan pesen bakso nya campur ya." Ucap Zidan pada pedagang bakso di sana. Setelah mang Bokir mengangguk, Zidan menatap satu persatu teman nya. "Kalian mau pesen apa? Masa gue doang yang pesen."
"Gue samain kaya lo, Dan." Ucap Nauval pada Zidan.
"Gue juga lah, Dan." Timpal Reza.
"Oke. Kalau lo Fan sama lo Bob, mau apa?" Tanya Zidan menatap Boby dan Irfan secara bergantian. "Ini gak ada maksud buat traktir kalian loh ya, awas aja kalau ge'er."
"Yeee tau lah kita juga, pasti lo ngomong kaya gitu. Mana ada lo punya banyak duit." Semprot Reza bercanda.
"Samain." Balas Boby pada akhirnya. Saat Zidan menatap Irfan, cowok itu mengangguk kecil sebagai jawaban.
"Mang Bokir empat mangkuk bakso lagi, samain kaya Zidan ya mang." Ucap Zidan pada mang Bokir dengan sedikit berteriak. Pedagang tersebut hanya mengangguk dan memberikan jempol.
"Eh by the way, markas gimana nih?" Tanya Reza. "Kemarin gak jadi nyari tempat nya 'kan karena kita jenguk si Zira ke rumah nya. Kalau sekarang balik sekolah gimana?"
"Iya nih, ya kali gini-gini aja. Gak enak kalau ngumpul gak di markas tuh, berasa kaya gak bebas aja." Timpal Zidan sembari menyedot es jeruk nya.
"Pesanan datang..." Mang Bokir datang membawa lima mangkuk berisi bakso di nampan nya.
"Cepet banget mang," Zidan terkekeh saat mang Bokir menyimpan mangkuk-mangkuk tersebut ke meja.
"Iya atuh, kan mang Bokir punya asisten tuh." Mang Bokir menunjuk adik laki-laki nya. "Silahkan di makan atuh nya sing wareug."
"Makasih mang." Ucap Zidan. Sementara yang lain ada juga yang mengucapkan terimakasih, ada juga yang hanya mengangguk ramah.
Setelah pedagang itu ke tempat nya, Boby dan yang lain mulai memakan makanan nya masing-masing. Tak sengaja, mata Zidan menangkap sosok Luna dan Meisya. Tanpa seorang Zira lagi.
"Eh? Ayang bebep gue ada di kantin guys." Ucap Zidan antusias. Namun sedetik kemudian senyum nya pudar saat tidak melihat Zira di antara Luna dan Meisya. "Si Zira kok gak bareng si Luna sama Meisya ya?"
"Capek banget gue denger lo nanya-nanya mulu ke si Boby, mending lo tanya sama Luna atau Meisya aja deh." Ucap Reza.
Boby langsung menghentikan pergerakan nya yang ingin menyuap satu sendok bakso saat mendengar bahwa Zira tidak bersama Luna dan Meisya. Boby jadi merasa tidak enak karena perlakuan Jessi yang tidak senonoh tadi saat di lapangan. Apakah Zira kecewa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Boby Boys [On Going]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA SOBAT] Kalian orang2 baik💘 _____ Semesta yang misterius telah mendekatkanku dengan seseorang yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Dan seharusnya aku bersyukur atas kejutan itu. Hanya dengan hadirnya kamu, aku mengerti...