Zira sedang mondar-mandir di ruang tamu rumah Nenek Yola karena sejak tadi Boby sama sekali tidak mengangkat telepon atau membalas pesan nya. Kini sudah pukul lima sore, namun Boby belum juga kembali. Zira juga tidak bisa berlama-lama karena harus pulang. Nenek Yola hanya memperhatikan Zira yang kegelisahan. Beliau juga ikut khawatir, takut terjadi apa-apa pada cucu nya. Karena biasanya jika Boby keluar rumah dengan waktu yang lama, cowok itu akan menghubungi nenek, namun kali ini tidak sama sekali.
"Zira, coba kamu telepon Boby lagi. Siapa tau kali ini di angkat," perintah nenek Yola membuat Zira berhenti melangkah. Cewek itu mengangguk menyetujui lalu mulai menghubungi Boby kembali. Dan sama, tidak ada jawaban.
"Masih gak di jawab nek," Zira menghela nafas pasrah. "Mungkin baterai nya habis nek. Gapapa deh nanti Zira pulang sendiri."
"Eh jangan dong." Timpal nenek.
Saat ingin membuka suara, tiba-tiba dering ponsel Zira berdering membuat atensi nenek Yola teralih menatap nya. Zira kira itu adalah Boby, ternyata Reza.
"Siapa, Ra?" Tanya nenek Yola saat melihat wajah Zira yang terdiam menatap layar ponsel.
"Temen nek. Bentar ya Zira angkat dulu." Zira sedikit menjauh setelah di angguki nenek. "Za, Boby dimana? Dia udah sampai di tempat kumpul?"
"Lo jangan kaget ya, jangan kasih tau nenek juga. Lo mending jauh-jauh dulu kalau di dekat lo ada nenek,"
Zira melirik ke arah nenek Yola yang sedang menatapnya penasaran.
"Tunggu sebentar ya nek, Zira keluar dulu." Ucap Zira berusaha terlihat biasa saja. Ia segera berjalan keluar rumah setelah di angguki nenek. "Udah, Za. Buruan kasih tau gue Boby dimana?"
"Boby di keroyok geng Lion. Luka nya kali ini parah banget, Ra-"
"Apa?!" Zira spontan menutup mulutnya karena takut jika nenek Yola mendengar nya. Ia menoleh ke belakang untuk memastikan apakah nenek Yola mendengar atau tidak. "Kok bisa sih, Za? Lo dimana sekarang?"
"Gue di RS Asri. Lo mau ke sini? Gue jemput ya?" Tawar Reza membuat Zira berfikir berkali-kali karena ia tidak ingin merepotkan cowok itu.
"Eh, eh gak usah Za gue bisa sendiri. Lagian gue gak mau nger-"
"Ngerepotin kan?" Reza yang tahu maksud dari perkataan Zira pun langsung memotong nya. "Nggak ko Ra, santai aja. Gue jemput ya sekarang, lo tanganin dulu nenek nya Boby. Suruh tidur aja."
"Oke. Thanks ya, Za. Gue tunggu."
Setelah menjawab demikian, sambungan telepon terputus. Kini Zira kembali ke dalam menemui nenek Yola. Ia duduk di samping nya, seraya memegang bahu nenek, lalu tersenyum seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya saat nenek menoleh.
"Nek," panggil Zira lembut. Nenek menatap Zida dengan tatapan yang bertanya-tanya. "Selagi nunggu Boby pulang, gimana kalau nenek tidur sekarang. Mau ya nek?"
"Boby kemana, Ra?" Tanya nenek mampu membuat Zira bungkam. "Dia gak kenapa-kenapa 'kan?"
Zira tersenyum untuk meyakinkan nenek bahwa semua nya baik-baik saja. Ia tidak ingin membuat nenek Yola khawatir nanti nya.
"Boby gak kenapa-kenapa kok nek, dia lagi kumpul sama teman-teman nya. Tadi temen nya ngasih tau kalau Boby itu bener kehabisan baterai makanya gak bisa angkat telepon Zira."
"Bener Boby gak kenapa-kenapa?" Tanya nenek Yola memastikan.
"Gapapa nek. Udah yuk, Zira antar nenek ke kamar." Zira bangkit dan menuntun nenek ke kamarnya dengan senyuman yang ia paksa sejak tadi. Setelah di dalam kamar, Zira membantu nenek membaringkan tubuhnya di atas kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boby Boys [On Going]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA SOBAT] Kalian orang2 baik💘 _____ Semesta yang misterius telah mendekatkanku dengan seseorang yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Dan seharusnya aku bersyukur atas kejutan itu. Hanya dengan hadirnya kamu, aku mengerti...