Zira turun dari motor Boby sembari menggendong kucing oranye setelah sampai di depan rumah nenek Yola. Tadi, kedua nya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan saat hujan benar-benar reda. Zira berjalan lebih dulu dari Boby, hingga tak sadar ada yang masih menempel di kepala nya.
"Woi," panggilan Boby berhasil membuat Zira membalikkan badan.
"Apa sih? Kenapa lo diem aja? Buruan masuk." Ucap Zira jutek seraya mengelus lembut bulu kucing yang ada di gendongan nya. "Kok liatin gue gitu banget, kenapa? Iya tau gue cantik."
"Cewek aneh." Batin Boby sembari tersenyum tipis secara diam-diam.
"Helm lo." Boby menunjuk helm nya sendiri pada Zira. Cewek itu terkejut lalu menghampiri Boby seraya berusaha membuka pengait helm nya, namun tidak bisa karena Zira hanya bisa membuka dengan satu tangan, karena tangan yang satu nya sedang menggendong kucing.
"Duh, susah banget."
"Buang aja sih kucing nya." Ketus Boby sembari membuka pengait helm Zira. Yang awalnya Zira memanyunkan bibirnya kesal terpaku saat mata nya bertemu dengan mata Boby hingga beberapa menit.
"Ih kesian tau kalau di lepas, di luar sana belum tentu ada yang mau ngasih dia makan."
"Serah." Boby menyalakan mesin motor kembali. Namun saat ingin melajukan motor nya, nenek Yola keluar dari rumah.
"Kok kalian lama banget datangnya?" Tanya nenek Yola seraya menghampiri Boby dan Zira membuat kedua remaja itu menoleh bersamaan.
"Nenek? Maaf nek udah buat nenek nunggu, tadi 'kan sempet hujan di jalan," ucap Zira sembari menyalami tangan nenek Yola.
"Iya juga ya. Ya udah, gapapa. Loh, Boby muka kamu kenapa babak belur gitu? Habis berantem pasti." Nenek Yola melirik ke arah Boby yang masih menyalakan mesin motornya. Dugaan nya semakin yakin karena Boby hanya diam. "Boby... Boby, nenek suka bilang sama kamu jangan suka berantem."
"Iya nek maaf. Habis nya mereka duluan yang sering cari masalah." Balas Boby.
"Terus kamu mau kemana lagi?" Tanya nenek Yola. "Luka nya obatin dulu sini, nanti infeksi."
"Ketemu sama teman-teman nek, mereka udah nunggu dari tadi. Gak enak juga kalau Boby gak datang," jawab Boby sungguh-sungguh. "Boby tinggal ya nek, sebentar. Gapapa 'kan?"
"Iya boleh, tapi luka nya obatin dulu, Boby."
"Nanti aja di sana nek." Boby mulai melajukan motornya.
Sebelum benar-benar keluar dari luar gerbang, Zira merasakan ada sesuatu yang masih membalut tubuhnya. Ia melirik ke arah jaket Boby yang masih ia kenakan.
"Boby!" Panggil Zira membuat Boby menghentikan laju motornya. Cowok itu menoleh ke belakang. "Jaket lo?"
"Pakai aja dulu, kalau udah lo cuci baru kembaliin. Gue gak mau jaket itu bau badan lo."
"Apaan sih? Wangi gini di bilang bau." Ketus Zira seraya mencium badan nya sendiri. Tidak bau. Ia berdecak kesal. "Tuh! Nggak bau ta–"
Zira memanyunkan bibirnya saat Boby sudah hilang dari pandangan. Sangat menyebalkan, namun Zira tetap menyukai nya.
"Nyebelin banget sih nek, dia." Adu Zira pada nenek Yola yang sedang menahan tawanya. "Ihhh kok nenek malah ketawa?"
"Nenek gak ketawa kok." Nenek Yola berusaha mengulum senyum nya menahan tawa. "Oh iya, itu kamu dapet kucing dari mana? Tuh, baju kamu kotor loh."
"Ini tadi Zira nemu waktu neduh, terus karena kasihan jadi aku bawa aja. Gapapa deh kotor juga, nanti aku numpang bersihin boleh kan nek?"
"Boleh dong. Udah yuk, masuk." Nenek Yola merangkul pundak Zira seraya berjalan beriringan ke dalam rumah. "Kamu udah makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boby Boys [On Going]
Novela Juvenil[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA SOBAT] Kalian orang2 baik💘 _____ Semesta yang misterius telah mendekatkanku dengan seseorang yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Dan seharusnya aku bersyukur atas kejutan itu. Hanya dengan hadirnya kamu, aku mengerti...