"Thank you Luna, muah." Zira memberi ciuman pada Luna dari kejauhan.
Kini Zira dan Luna sudah sampai di depan gerbang rumah Zira. Hal yang biasa di lakukan Luna saat mengantar Zira hanya sampai bagian luar gerbang rumah saja. Zira tidak pernah mengizinkan Luna masuk ke rumah nya. Karena memang, di dalam rumah Zira selalu sepi dan gelap.
Dari dalam mobil, Luna memutar bola mata malas. "Ya udah ya gue balik."
Zira mengangguk dengan antusias. "Bye bye Luna."
Setelah mobil Luna hilang dari pandangan, seketika senyum Zira memudar dan berjalan memasuki rumah. Satu hal yang selalu ia rasakan ketika memasuki rumah yaitu, gelap, sunyi, dan aroma bau alkohol yang selalu menyeruak di sekitar ruang keluarga.
Zira sudah tahu siapa yang selalu berbuat maksiat di dalam rumah nya. Cewek itu melangkah semakin dalam seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh rumah. Setelah sampai di ruang keluarga, ia melihat ayah tiri nya sedang duduk santai di sofa bersama seorang wanita berpakaian terbuka.
Zira mendengus dengan senyuman miringnya ketika melihat pemandangan yang sangat menjijikkan itu. Jalang lagi. Batin nya.
Wanita yang berada di samping ayah nya itu tersentak saat menyadari keberadaan Zira. Sementara ayah nya sedang memejamkan mata merasakan pusing yang sedang menggerogoti kepala akibat minuman alkohol.
"Ayah," panggil Zira.
Romeo -ayah tiri nya hanya bergumam seraya mencoba membuka mata dengan kepala yang tidak karuan arah nya.
"Hm? Siapa? Zira ya?" Tanya ayah nya.
Saat Romeo mencoba berdiri, wanita yang ada di samping nya langsung membawa satu tangan kekar nya agar melingkar di leher si wanita. Dengan perlahan wanita itu mengikuti langkah laki-laki tua itu yang mulai melangkah mendekati Zira.
"Kenapa ngeliatin saya kaya gitu?" Tanya Romeo sembari tersenyum miring. "Gak suka liat saya sama cewek cantik ini?"
Zira menatap ayah nya datar. "Menjijikkan."
"Kamu bilang apa? Menjijikan?" Laki-laki tua itu terkekeh meremehkan. "Apa gak beda jauh sama kamu?"
Zira mengerutkan keningnya bingung. "Maksud ayah?"
Sebelum menjawab, Romeo melepas rangkulan dari wanita berpakaian seksi itu lalu menyuruhnya pulang. Setelah wanita itu hilang dari pintu rumah, laki-laki tua itu semakin mendekat pada Zira.
"Kamu juga sama kan suka main sama temen cowok kamu diluar sana?" Tanya Romeo sembari tersenyum licik.
"Yah! Stop! Jangan samain aku sama ayah!" Sarkas Zira. "Ayah udah punya istri yah-"
"Lalu kamu?" Tanya ayah nya lagi. "Apa karena kamu belum menikah, jadi bisa seenaknya godain cowok di luar sana. Iya kan?"
Perlahan, ayah nya berjalan mengelilingi Zira. "Udah lah. Kita itu sepasang anak dan ayah yang bertolak belakang. Ibarat kamu penggodanya dan ayah tergoda sama kamu. Bagus kan?"
"Terserah." Zira langsung menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai atas.
Setelah sampai di dalam kamarnya, Zira membanting tas ke atas kasur king size nya lalu duduk di kursi meja belakang. Cewek itu menghela nafas seraya memegangi kedua sisi keningnya dengan kedua tangan.
Beberapa menit termenung, tiba-tiba ada yang membuka pintu kamarnya.
"Non Zira, ini mbok buatkan susu buat non Zira. Silahkan di minum ya non." Mbok Sisil selaku asisten rumah tangga di rumah Zira menaruh segelas air susu cokelat ke hadapan Zira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boby Boys [On Going]
Ficção Adolescente[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA SOBAT] Kalian orang2 baik💘 _____ Semesta yang misterius telah mendekatkanku dengan seseorang yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Dan seharusnya aku bersyukur atas kejutan itu. Hanya dengan hadirnya kamu, aku mengerti...