19(Luka Yang Terobati)

84 76 102
                                    

"Stop! Please, stop!"

Boby sedikit membuka mata ketika mendengar suara yang tak asing bagi nya. Ia melihat ada Meisya di dekat nya. Cewek itu mencoba menghentikan pergerakan Bryan yang ingin menghajar Boby. Kini Meisya berdiri di tengah tengah kedua cowok itu. Diam-diam, Meisya tersenyum licik pada Bryan dan langsung memerintahkan cowok itu agar pergi dari sini beserta anak-anak geng Lion lain dengan isyarat gerakan. Bryan pun mengangguk kemudian pergi dari tempat itu bersama yang lainnya.

"Astaga Boby," Meisya berusaha membantu Boby untuk berdiri. "Kita ke rumah sakit ya? Luka kamu parah banget, harus di-"

"Lo kok bisa ada di sini?" Boby langsung memotong ucapan Meisya. Seakan-akan cowok itu tidak perduli dengan apa yang ingin Meisya ucapkan.

"Ayok kita ke rumah sakit, Bob. Luka kamu parah, kalau nggak segera di obati nanti bisa infeksi." Meisya malah mengalihkan obrolan.

"Gue tau." Boby langsung melepas tangan nya dari leher Meisya. Ia lalu memperhatikan cewek di hadapan nya dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. "Lo itu siapa?"

"Aku Meisya, Bob. Masa kamu lupa." Balas Meisya sungguh-sungguh.

"Maksud gue, lo kenapa bisa di sini?"

"Ya karena tadi aku gak sengaja liat kamu dihajar sama geng motor tadi." Jawab Meisya dengan raut wajah khawatir.

Tidak mau membuang banyak waktu, Boby berjalan menghampiri motor nya dengan tertatih-tatih. Saat ingin memakai helm, Meisya menahan nya.

"Kamu gak bisa pulang sendirian dengan keadaan yang kaya gini, Boby. Biar aku antar ke rumah sakit terus ke rumah kamu ya?"

Boby berdecak kesal dengan pertanyaan yang terus saja Meisya berikan. Sungguh, ia tidak membutuhkan cewek itu di sini. Yang Boby butuhkan sekarang hanya lah bertemu dengan Zira.

"Gue gak butuh simpati lo." Balas Boby dingin.

"Aku tau, kamu lagi butuh Zira kan sekarang? Wajah kamu gak bisa bohong, Boby." Lagi-lagi perkataan Meisya berhasil membuat pergerakan Boby yang ingin memakai helm itu terhenti. "Bener kan?"

"Kalau memang bener, aku antar kamu buat ketemu Zira. Tapi obatin luka nya dulu, ya?" Mohon Meisya.

"Gak."

"Oke aku gak punya hak buat larang kamu, tapi kamu harus liat ini." Meisya segera merogoh saku celana nya untuk mengambil ponsel. Setelah itu ia menunjukkan sebuah foto di layar ponselnya. "Zira lagi berdua sama cowok."

"Gue gak percaya." Ucap Boby dengan tegas.

Meisya tersenyum miring melihat wajah Boby yang terlihat sedang menahan amarah. Senyum itu pudar saat Boby menatap nya.

"Ya udah kalau emang gak percaya gapapa. Kamu bisa buktiin langsung dengan liat yang sebenarnya di cafe."

Meisya kembali memasukkan ponsel nya ke dalam satu celana. Tanpa berkata apapun, Boby memutuskan untuk memakai helm dan langsung melajukan motornya. Sementara di tempat nya berdiri, Meisya tersenyum penuh kemenangan.

"Untuk kali ini gue biarin lo hidup."

★★★

Zira, Luna dan Gael sedang berada di sebuah cafe ice cream yang ada di kota Jakarta. Seperti permintaan Zira saat Gael menghubungi nya, cewek itu ingin mengajak cowok itu ke cafe yang dulu selalu mereka kunjungi bersama. Saat itu mereka masih menduduki sekolah menengah pertama, mereka, mereka bertiga pasti akan mampir ke cafe itu.

Cafe ice cream ini lah yang menjadi alasan kenapa Zira bisa sangat suka dengan ice cream dengan varian apapun.

Selama menunggu pesanan datang, mereka berbincang-bincang dan tak lupa juga saling melempar tawa yang sudah lama tidak mereka curahkan satu sama lain.

Boby Boys [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang