38(Hampa)

61 38 203
                                    

"Tidak semua orang bisa merasakan yang namanya bahagia, tapi dia bisa membuat ratusan cara supaya mereka bisa merasakan yang nama nya bahagia."

★★★

Pagi ini, Boby berjalan dengan lesu di sepanjang koridor sekolah. Mungkin di hari-hari biasa nya akan ada Zira yang selalu mengejar nya dari gerbang sekolah sampai kelas, atau Zira yang selalu memanggil nama nya terus menerus. Namun hari ini, tidak akan ada suara cewek itu lagi yang terdengar.

"DORR!!"

Boby tersentak kaget hingga lamunan nya buyar saat ada seseorang yang mengejutkan nya secara tiba-tiba dari arah belakang. Spontan Boby menoleh ke belakang dan mendapati Jessi sedang cengengesan yang menurut nya sangat menyebalkan.

"Kaget ya?" Tanya Jessi sembari tertawa melihat wajah Boby yang terlihat kesal. "Kenapa sih ngelamun terus? Ada masalah?"

Boby tidak menjawab. Saat ingin memasuki kelas, Jessi menahan cowok itu. Awal nya Boby malas menatap Jessi, namun kali ini memberanikan diri menatap mata cewek di hadapan nya dengan intens.

"Mau ngomong? Penting?" Tanya Boby sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, penting. Tapi gak di sini." Jessi menoleh ke sana kemari. "Ikut gue yuk ke belakang. Mumpung belum jam masuk."

"Males." Boby membalikkan badan, namun saat ingin melangkah masuk, lagi-lagi Jessi menahan nya.

"Udah ayok, bentar aja." Jessi langsung menarik lengan Boby. Saat cewek itu membalikkan badan, ke empat teman Boby tiba-tiba berada di depan nya.

"Mau di bawa kemana bestie gue?" Tanya Zidan dengan wajah songong sembari melipat kedua tangan nya di depan dada.

"Ke KUA! Ya ke belakang lah. Kepo banget sih lo." Ketus Jessi membuat Zidan kaget.

"Loh kok ngamuk? Pms lo? Atau lagi patah hati?" Tanya Zidan.

"Berisik. Awas." Jessi menyingkirkan tubuh kekar Zidan ke samping. Irfan, Reza, Zidan dan Nauval geleng-geleng kepala melihat Boby yang hanya diam dengan pasrah saat Jessi menarik nya pergi.

"Sobat gue, yang nama nya es batu tuh bener-bener dingin ya. Salut gue sama kelakuan si Boby yang cuek nya kebangetan. Tapi terlalu bego juga mau aja di paksa sama cewek." Gumam Zidan yang tanpa sadar telah di tinggal masuk ke dalam kelas oleh ke tiga teman nya. "Bener gak guys?"

Zidan berdecak kesal saat tidak mendapati teman-teman nya dimana pun. Ia memukul kesal tembok di samping nya.

Bugh.

"Temen-temen laknat lo semua." Monolog Zidan seraya berjalan memasuki kelas.

Di sisi lain, Boby dan Jessi sudah berada di halaman belakang sekolah. Di sana tidak terlalu ramai, sebab itu lah Jessi memilih halaman belakang sekolah untuk mengutarakan isi hatinya pada Boby.

"Mau ngomong atau cuman mau ngeliatin gue doang?" Tanya Boby ketika Jessi malah melamun menatap nya.

"Jadi gini, lo kan udah tau tentang perasaan gue. Dan untuk yang kesekian kali nya, gue ngomong ini sama lo." Jessi menghentikan ucapan nya sejenak. "Lo mau gak jadi pacar gue?"

"Lo gila?" Tanya Boby dengan cepat. "Lo sebagai cewek harus punya harga diri yang tinggi, Jess. Gak sepantasnya lo yang nembak cowok."

"Ya udah, kalau gitu, lo yang tembak gue sekarang. Ayok." Jessi manggut-manggut untuk meyakinkan Boby dengan senyuman. Terlihat sangat berharap dari wajah cewek itu.

Boby Boys [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang