"Biasanya yang indah memang hanya sementara seperti pelangi, indah namun akan hilang."
★★★
Bryan sedang mendorong Zira yang duduk di kuris roda sambil memegang infusan cewek itu. Setelah membawa nya ke taman rumah sakit, Zira meminta kembali ke ruangan nya karena harus memakan obat. Terlihat Zira selalu tertawa saat Bryan mengeluarkan candaan sederhana.
"Eh-eh, Bryan pelan-pelan." Zira tertawa sekaligus kaget saat Bryan tiba-tiba mendorong kursi roda nya sedikit cepat.
"Tapi seru kan? Gue cuman pengen liat lo ketawa. Gak kaya tadi yang nangis sendirian. Lo jelek tau kalau lagi nangis." Ucap Bryan ikut tertawa.
"Lo lebih jelek." Balas Zira dengan bercanda.
Bryan menghentikan dorongan nya setelah sampai di depan ruang inap Zira. Lalu Bryan membantu Zira bangkit untuk duduk di atas brankar nya. Setelah di pastikan Zira duduk dengan nyaman, Bryan mengambil obat-obatan Zira yang ada di nakas.
"Nih, makan obatnya biar cepet sembuh." Bryan menyerahkan beberapa obat pada Zira. Cewek itu pun langsung menerima nya, lalu meminum air putih hingga tersisa setengah. Bryan menyimpan gelas itu ke atas nakas kembali saat Zira mengulurkan nya.
"Makasih ya, Yan. Lo udah bikin gue bahagia lagi sekarang. Ternyata, lo gak sejahat yang gue kira. Tapi kenapa waktu di sekolah, lo maksa gue buat ikut sama lo?" Tanya Zira dengan wajah yang serius.
"Sebenernya gue malu banget ngomong ini. Tapi..." Bryan menghela napas sejenak, lalu meraih kedua tangan Zira. "Gue suka sama lo. Mungkin cara gue waktu itu salah, karena gue punya firasat kalau Boby bakalan jemput lo di sekolah. Gue gak mau lo sampai di jemput Boby, dan ternyata bener. Lo akhirnya di anter pulang kan sama dia."
"Yan? Sejak kapan?" Tanya Zira dengan wajah tidak percaya.
"Gue gak tau sejak kapan. Yang pasti, gue suka sama lo karena lo orang baik, selalu ceria, dan lo apa adanya." Balas Bryan sembari menatap intens manik mata Zira.
"Banyak kali Yan cewek yang kaya gitu, gak cuman gue aja deh." Zira malah terkekeh sendiri seraya melepaskan tangan nya dari genggaman Bryan. Namun cowok itu menggeleng dengan wajah serius.
"Kaya lo cuman satu." Ucap Bryan berhasil membuat tawa Zira berhenti. "Lo... Mau gak jadi pacar gue?"
Brakkk...
"Anjing." Umpat Boby yang tiba-tiba saja membuka pintu ruangan sedikit kasar, lalu ia menarik kerah Bryan agar menjauh dari Zira.
Bug!
Bug!
"Ngapain lo kesini?!" Sarkas Boby saat Bryan terjatuh karena pukulan nya. Sementara Zira membulatkan mata melihat Boby murka seperti itu.
Boby menatap khawatir ke arah Zira seraya mendekati nya, kemudian ia meraba-raba tubuh Zira untuk memastikan apakah cewek itu baik-baik saja atau tidak.
"Ra, lo gapapa kan? Lo di apain sama dia? Gak di sakitin kan, Ra?" Tanya Boby dengan beruntun.
"Lebay lo. Gue gak sejahat itu kali." Bryan terkekeh meremehkan sembari berusaha bangkit membuat Boby langsung menatap nya tajam.
"Gue gak nanya sama lo, setan. Sekarang lo pergi." Boby menunjuk ke arah pintu ruangan. "GUE BILANG PERGI YA PERGI!"
"Boby, udah, Bob. Gue gapapa. Dia gak macem-macem kok sama gue." Zira menurunkan lengan Boby yang menunjuk ke arah pintu.
"Ra, gue pamit ya. Lo cepet sembuh." Bryan berjalan tertatih keluar ruangan sembari menyentuh sudut bibirnya yang berdarah akibat hajaran Boby.
Boby terus memperhatikan Bryan hingga benar-benar keluar ruangan. Setelah hilang dari pandangan, Boby menatap Zira dengan tatapan datar seperti biasanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Boby Boys [On Going]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA SOBAT] Kalian orang2 baik💘 _____ Semesta yang misterius telah mendekatkanku dengan seseorang yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Dan seharusnya aku bersyukur atas kejutan itu. Hanya dengan hadirnya kamu, aku mengerti...