[16]

140 30 13
                                    

David duduk manis di salah satu kursi perpustakaan. Sebuah buku tebal terbuka lebar di hadapannya. Tapi dia tidak membacanya. Pendengarannya terfokuskan pada bisik-bisik yang dilontarkan dari beberapa murid yang ada di sekitarnya.

"Siapa yang kamu curigai sebagai The Rose Killer?" tanya seorang siswi rambut pendek pada siswi lainnya.

"Oh, entahlah. Kasus ini sepertinya tidak menemukan titik terang," jawab rekannya itu. "Tapi, aku dengar Tristan merupakan orang yang dicurigai."

"Yeah, Tristan!" Itu Darwis. Dia tiba-tiba datang dengan setumpuk buku di dekapannya. Pemuda itu terlalu fokus dengan percakapan tanpa menyadari jika David ada di belakangnya. "Dia adalah kakak kelasku saat SMP. Aku cukup tahu bahwa dia aneh, tidak punya teman dan sering menghabiskan waktu di laboratorium."

"Oh ya, untuk apa?" tanya salah seorang siswi.

"Aku tidak tahu. Dia cukup sering berkutat dengan bahan-bahan kimia. Jika di laboratorium biologi, biasanya dia melakukan eksperimen."

"Eksperimen?"

"Yah, semacam membedah katak atau hewan-hewan lainnya. Memasukkan sesuatu pada tubuh hewan itu, lantas menjahitnya dan mengamati bagaimana hewan itu bertahan."

"Seram. Tapi kenapa dia ingin melakukan pembunuhan itu?"

Darwis mengangkat bahu.

"Menurutmu, siapa lagi yang patut dicurigai selain Tristan?" tanya siswi yang lainnya.

"Tidak ada yang tahu," sahut Darwis. "Heh, tapi pernahkah kau membayangkan jika Si Pembunuh bukanlah Tristan? Melainkan seseorang yang tidak terduga, seseorang yang biasa saja, seseorang yang tidak mencolok? Bisa saja seperti itu."

"Entahlah. Tapi kudengar, Si Pembunuh sempat makan roti di rumah mendiang Kinara. Terbukti ditemukannya wadah selai dan roti yang berlumuran darah milik Kinara di sana. Jadi, apakah Si Pembunuh makan roti setelah melakukan mutilasi itu? Seram sekali! Apakah dia manusia?"

"Entahlah, tapi kupikir, dia orang yang tenang dan santai. Siapa orang paling tenang dan santai di sekitar kita?" Darwis mulai menyipitkan mata—memutar otaknya untuk membuat asumsi.

Agaknya, apa yang dikatakan Darwis benar. Si Pembunuh merupakan orang yang santai; terbukti bahwa dia sempat makan roti di rumah Kinara.

Dari semua tersangka yang diingatnya, mereka semua memiliki karakteristik yang gegabah—walau beberapa tidak dikenalinya.

David melirik catatan yang terselip di buku tebalnya. Catatan tersebut berisi daftar nama orang yang dicurigai.

1. Tristan Kiehl, siswa.
2. Henric, penjaga sekolah + tukang kebun.
3. Natalia Aksenya, siswi.
4. Isabella Louise, siswi.
5. Eldmar Martin, siswa.
6. Marida Secha, siswi.
7. Avery F. Gretsky, guru.
8. Chery Cassidy, guru.

Tristan Kiehl dicurigai karena sidik jarinya menempel di bilik toilet—tepat di pintu. Dia juga mencoba membunuh Isabella Louise dan belakangan ada laporan jika Tristan menyerang seorang siswi kelas satu bernama Alexa Mary saat di luar sekolah. Tristan Kiehl merupakan karakter yang licik dan rumit hingga pernyataannya barangkali diragukan.

Lalu Henric, Si Penjaga Sekolah sekaligus tukang kebun. Menurut kesaksian Kinara—saat melaporkan siapa saja yang dia lihat di sekolah di luar jam wajar—Henric masih di sana. Penyelidikan juga membuahkan sedikit hasil. Tang milik Henric ditemukan dengan bersih, namun noda darah tak dapat dihapus dengan zat luminol. Walau Henric menyatakan bahwa tangnya dicuri, tapi pernyataan itu belum terbukti.

Natalia Aksenya. Menurut kesaksian Kinara, gadis itu mengalami mual. Jadi dia pulang. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau mualnya tidak dapat ditahan dan dia pergi ke toilet. Kalau Natalia Aksenya memang pergi ke toilet, maka ada dua kemungkinan tentangnya; Yang pertama, dia adalah pembunuhnya. Yang kedua, dia melihat pembunuhannya. Tidak ada kejelasan lebih lanjut karena Natalia merupakan seorang sinting yang tidak meyakinkan. Bahkan diketahui bahwa dia tidak bisa lepas dari alkohol dan sering teler belakangan ini.

Roseraie [END || REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang