oOo
Setelah kepergian Isabella, tempat itu menjadi hening sesaat. Hanya ada kerunyaman suara air hujan yang cukup deras dan angin yang menggesek ranting pohon.
David masih menatap gadis itu dengan penasaran. Karina tidak seburuk yang dia kira. Gadis itu seakan berada satu tingkat di bawah kecantikan Isabella. Tapi postur tubuh dan tingginya juga sama. Dia memiliki rambut pendek yang tidak teratur. Mengenakan sepatu hak tinggi. Memang terlalu nyetrik untuk seorang anak perempuan yang memilih homeless, tapi tetap saja dia layak untuk disebut begitu.
"Aku tidak suka kamu dekat-dekat dengan Isabella." Karina memicingkan matanya.
"Maaf," bisik David.
"Aku juga tidak suka gayamu. Kamu terlalu n-o-r-a-k. Ayahmu polisi, 'kan?" tanya Karina dengan sinis.
David mengangguk. "Isabella memberi tahu?"
"Tidak. Aku mencari tahu sendiri sejak aku melihatmu bersama Isabell di sungai. Kau itu menjijikkan, tahu!"
David menelan salivanya. "Maaf, itu—"
"Sudahlah."
David manggut-manggut. Gadis itu menakutkan baginya.
"Kenapa kau kembali ke rumah? Ke kota ini juga? Isabella bilang kalau—"
"Aku mendengar pembunuhan berantai. Jadi aku datang untuk menonton drama." Gadis itu duduk di ubin sambil menekuk kedua lututnya. Dia menaruh kepalanya di atas meja dan menatap David dengan serius. "Aku juga ingin menyelamatkan Isabell," lanjutnya dengan berbisik.
"Menyelamatkan?"
"Bayangkan jika kakakmu berada di sebuah kota di mana seorang maniak pembunuh berantai berkeliaran? Kau akan membiarkannya?"
"Kupikir Isabell sudah memiliki malaikat pelindungnya sendiri. Avery." David tersenyum miring.
"Cemburu, ya?" tanya Karina. "Tapi dia juga ada di penjara sekarang. Aku khawatir meninggalkan Isabella sendirian. Dia tidak seperti aku yang dikaruniai kaki-kaki yang kuat dan badan yang sehat. Tapi setidaknya, perasaannya lebih kuat dibanding denganku. Yah, semua orang pasti memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing?"
"Tunggu, apa maksudmu kuat?"
"Isabella sejak kecil sakit-sakitan. Aku sudah tahu jika dia bercerita padamu kalau dia menderita gangguan kecemasan. Tapi itu hanyalah sebagian kecil. Dia juga mudah pingsan, migrain, dia dia memiliki penyakit jantung bawaan dan..." Kalimat Karina menggangung di udara.
"Dan?"
Hening. Karina tidak menjawab.
"Dia tidak pernah bercerita tentang itu," lanjut David.
"Karena dia tangguh. Hatinya cukup tangguh untuk menghadapi itu. Tidak sepertiku yang memutuskan untuk lari dari kenyataan dan darinya."
"Tunggu, apa?"
"Aku juga lari darinya walau aku mengkhawatirkannya."
"Maaf, bisa kau perjelas alasannya?"
"Apa kau tidak menyadari bahwa Isabell itu—"
"Hujannya lebat sekali ya, aku harus memayungi ibu hamil pula." Isabella tiba-tiba datang dengan Natalia. Gadis itu tersenyum lebar ke arah David dan Karina. Hal itu membuat Karina langsung mengatupkan bibirnya.
"Apa-apaan ini? Kenapa kau menampung mata-mata ini?" tanya Natalia sambil melirik David dengan sinis. Dia masih tidak menyukai David karena menganggap David itu mata-mata polisi.
"Aku hanya—"
"Ah, ya sudah ya, aku mau buatin teh dulu." Isabella kembali menyela kalimat. "Kau lapar tidak, Karina? Kebetulan di kulkas ada sereal, lho. Jangan malu-malu, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Roseraie [END || REPUBLISH]
Mistério / SuspenseDi sebuah sekolah menengah, Sanaya ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan. Sebelum polisi mengungkap siapa pelakunya, pembunuhan-pembunuhan lainnya terjadi. Tidak hanya itu, pembantaian besar-besaran pun tak dapat dihindari. Di sisi lain, ada Isa...