[28]

97 21 8
                                    

Johann

Dear Johann.

Kalimat pembuka pesan ini membuatku bergidik ngeri. Bulu kudukku berdiri semua, keringat dingin mengucur deras dari pelipisku, tanganku gemetaran hebat dan aku merasa bahwa aku tidak bisa beranjak dari posisiku.

Aku lanjut membaca pesan itu.

Kau terlalu pemberani untuk bertanya siapa aku dan apa motifku membunuh. Aku tidak suka anak yang terlalu berani. Sebab ini bisa menjadi bumerang untuk dirimu sendiri. Aku tahu saat ini tubuhmu membeku karena aku bisa tahu siapa kamu walau kamu telah menyamarkan identitasmu.

Ngomong-ngonong, jangan terlalu sering menyenandungkan Ceux Qui Rêvent. Suaramu tidak enak.

Sampai jumpa, Johann, aku menyayangimu.

With love, Angelica L.

Aku terngaga. Tubuhku masih membeku di hadapan lapotop tua ini. Bagaimana dia bisa tahu aku? Bagaimana bisa dia tahu aku menyukai Ceux Qui Rêvent?

Angel pasti mengenalku. Biasanya aku menggumamkan lagu Prancis itu saat bosan. Mungkin sesekali, aku menggumankannya di sekolahan. Jika begitu, kemungkinan besar bahwa pelaku merupakan orang sekolahan bertambah jelas.

Sekarang aku tahu bagaimana dia. Dia merupakan kekasih Norman, korban bullying Kinara (mungkin), lalu dia mengenalku dan dia tahu bahwa aku suka Ceux Qui Rêvent.

Aku kembali berselancar di internet. Angel memiliki julukan sebagai The Rose Killer. Ternyata ada satu pembunuhan lagi. Lebih tepatnya sih penyiksaan. Korban di tembak dan ada hal yang tidak manusiawi yang dilakukan oleh Angel. Selain itu, jari-jari tangan dan lidah korban juga dipotong.

Aku kembali mengingat kalau Angel Chan 1994 pernah menulis cerita seperti ini. Lidah korban dipotong supaya tidak bisa menyuarakan kesaksian dan jari-jari korban dipotong supaya dia tidak menulis kesaksian. Tulisan itu menegaskan bahwa mata tidak perlu dicongkel. Sebab, korban sendiri tidak melihat pelaku dengan jelas. Bahkan aku tidak tahu apakah Angel ini lelaki atau perempuan. Sebab, kata teman Norman di Universitas Saturnes, Norman menyembunyikan identitas kekasihnya karena malu kekasihnya adalah lelaki. Walau hanya desas-desus belaka, itu tidak menutup kemungkinan kalau Angel adalah lelaki. Eh, tapi, namanya Angelica L? Siapa itu?

Korban keempat ini bernama Ashton Key. Dia merupakan mantan narapidana. Pernah dipenjara karena kasus pemerkosaan. Tapi katanya, dia tidak menghentikan kejahatan seksualnya setelah bebas. Hanya saja tidak ada yang melapor lagi. Setelah bebas dari penjara, Ashton bekerja sama dengan para pengedar ganja. Jadi, circle pria itu memang besar. Wajar saja jika banyak yang takut dengannya.

Namun Angel dengan berani melakukan hal "gila" padanya. Dari artikel yang kubaca, Angel sengaja tidak membunuhnya. Bahkan dia yang memberi tahu polisi kalau dia membuat orang lain berada di ambang kematian. Hal ini memperkuat asumsi awalku; Angel membunuh untuk melampiaskan dendam. Tapi kenapa Angel dendam pada Ashton? Apakah dia korban Ashton juga?

Yah, ini menemukan sedikit titik terang. Aku harus mencari siapa saja korban dari Ashton.

Sebelum aku sempurna menutup laptopku, pintu basement diketuk. Aku buru-buru membukanya. Di luar, Ferdinand berdiri sembari merekahkan senyumnya.

"Kau sedang apa sih?" tanyanya.

"Oh, hanya berselancar di internet," jawabku. "Ngomong-ngomong, gadis itu sudah pulang belum, ya? Aku merasa khawatir."

"Dia bekerja paruh waktu di minimarket. Jadi jangan khawatir. Dia akan kembali sekitar pukul delapan atau sembilan. Jika kau tidak keberatan, kau bisa memanaskan sup untuk dia makan nanti."

Roseraie [END || REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang