[65]

100 13 1
                                    

Ini aku, Angel.

Aku bukan Isabella. Jadi, kumohon jangan salahkan dia atas segala dosa yang kuperbuat. Gadis itu serta Johan (kepribadian yang lainnya) tidak tahu menahu soal aku. Johann bahkan berusaha mengungkap siapa aku. Lalu kenyataan menyakitinya.

Aku ingin mengatakan banyak hal pada kalian semua. Tapi waktuku terbatas.

Aku pembunuh. Aku The Rose Killer. Jangan panggil aku psikopat, karena sesungguhnya aku merupakan pribadi yang perasa. Hanya saja aku telah dibutakan oleh dendam, kesintingan dan kekejaman.

Kalian tahu apa itu Butterfly Effect?

Silahkan buka ponsel kalian dan mencari tahu apa artinya.

Korban pertamaku adalah pamanku. Aku membunuhnya karena dia melecehkan Isabell. Lalu aku membuang mayatnya pada kotak perlengkapan yang ada di gudang. Dia kugembok dan tidak bisa keluar. Ruangan itu kedap suara dan ibu jarang ke sana untuk membersihkannya. Jadi, dia mati perlahan-lahan.

Namun membunuh paman tidak membuatku menjadi pembunuh berantai.

Hal itu baru terjadi setelah aku membunuh Sanaya Moore. Kenapa? Karena kekasihku—Norman—dibunuh? Jawabannya adalah tidak!

Aku hanya tidak suka ketika orang-tua Sanaya membuat Sanaya terbebas dari hukuman. Padahal, sudah jelas-jelas Sanaya yang salah. Mereka mengandalkan uang mereka untuk menyelesaikan segalanya. Hal itu membuatku marah. Jadi, aku ingin merenggut Sanaya dari mereka supaya mereka tahu bagaimana sakitnya kehilangan dengan cara yang tidak adil.

Begitu seterusnya.

Aku membunuh Kinara karena ibunya membuat ibuku depresi hingga bunuh diri. Aku membunuh seluruh keluarga Pak Gavin karena pria tua itu membunuh kucing-kucingku. Tapi pada akhirnya Pak Gavin tahu bahwa aku pelakunya. Jadi dia mau balas dendam di malam hari dengan membunuhku. Tapi pada akhirnya aku juga membunuhnya. Akulah yang mengubur tubuhnya di belakang rumahku. Aku tidak meninggalkan jenazahnya begitu saja dengan parfum dan mawar. Ya, mau bagaimana lagi? Posisi tubuh itu 'kan di rumahku. Tidak mungkin aku menyeret-nyeretnya ke tempat lain. Dan jika aku membiarkannya tetap di rumahku, maka aku tertangkap. Jadi kuputuskan untuk menguburnya saja!

Untuk ayahku, aku minta maaf karena telah membunuh putri-putrimu yang lainnya. Aku tidak benci mereka. Tapi aku benci ibu tiri yang memporak-porandakan hidupku. Jadi aku membalasnya dengan rasa sakit yang setimpal.

Untuk Bu Chery, aku membunuh Josefa—adiknya karena dia selalu ingin merenggut seseorang yang berharga bagiku. Jadi sebelum itu semua terjadi, aku perlu memperlihatkan padanya bahwa; jika seseorang yang berharga bagimu direnggut, maka rasa sakitnya sebegitu luar-biasa, 'kan?

Aku membunuh orang-orang yang ada di pesta karena mereka adalah para orang-tua dari teman SD yang sering membullyku dulu. Aku membuat Ashton Key sekarat karena dia memperkosa sahabatku!

Sebenarnya aku tidak ingin membunuh. Hanya saja; ingin membuat mereka menderita dan menuntaskan dendamku. Jadi, aku tidak membunuh mereka, melainkan membunuh orang-orang yang berharga bagi mereka supaya mereka tahu betapa sakitnya itu.

Aku membunuh para narapidana untuk mengurangi populasi penjahat di kota ini.

Soal Tristan... aku minta maaf pada Avery karena telah membuatnya untuk membunuh pemuda itu hingga dia berada di penjara saat ini. Avery tidak berniat melakukannya. Tapi demi melindungiku, dia rela lakukan itu.

Aku tahu sebenarnya Avery tidak ingin membunuh Tristan. Tetapi, jika Tristan hidup, maka aku akan terbunuh.

Ngomong-ngomong, segala arsenik, kudapatkan dari Tristan yang telah lama kucuri. Tristan tidak akan mengatakan bahwa aku adalah pembunuhnya pada polisi, sebab jika begitu aku juga akan membuka kedoknya soal zat-zat yang dia beli secara ilegal itu.

Aku tidak tahu bagaimana caraku mengungkapkan maaf pada Avery. Malam itu, aku dan Tristan berkelahi. Kami berada di ambang maut. Aku punya senjata, Tristan punya senjata juga. Dan di saat kami berdarah-darah, secara tiba-tiba Avery berkunjung ke rumahku lantas menemukan kami. Aku bilang padanya jika Tristan mau membunuhku. Lalu dia melindungiku dan secara terpaksa, Avery memukul kepala Tristan hingga dia mati—awalnya kupikir begitu.

Avery tidak terlibat dalam tusukan-tusukan yang ada pada tubuh Tristan. Akulah yang melakukannya.

Setelah itu, aku tidak ingin masuk penjara. Jadi aku menyuruh Avery untuk membuang mayat itu saja. Yah, Avery memang selalu bisa melakukan apa pun demi aku.

Kemudian dia membuang mayat Tristan di hutan dan berniat menguburnya. Tapi ternyata, Tristan belum mati. Dia memberi perlawanan dalam kondisi yang sangat lemah, berusaha mencakar tanah dan menjambak rambut Avery supaya meninggalkan jejak. Tapi pada akhirnya, Avery kembali memukulnya dan dia tewas.

Jadi, semua itu... bukan sepenuhnya salah Avery. Dia melakukan itu dengan terpaksa. Dia terpaksa membunuh Tristan demi aku serta dirinya sendiri. Dan pembunuh yang normal tidak mungkin mengatakan apa pun pada polisi. Jadi, Avery juga tidak.

Aku tidak tahu bagaimana hukum bekerja, tapi setelah mengungkapkan segalanya tentang kematian Tristan, kuharap hukumannya bisa diringankan.

Untuk pembunuhan mantan sipir penjara yang terakhir, kupastikan bahwa itu hanyalah copy cat. Pembunuh yang asli pasti mau melimpahkan segala kesalahannya padaku.

Ngomong-ngomong, aku mendapat banyak senjata api dan peluru karena membeli dari pasar gelap. Yah, maaf. Pasar gelap, sesuatu yang mengerikan yang pernah kautemui di internet. Aku cukup ahli untuk menyembunyikan jejak digital.

Aku mahir menembak karena beberapa tahun lalu pernah berada di kursus menembak bersama Avery.

Aku juga mencuri banyak hal dari pria itu. Bahkan, aku mencuri penutup kepalanya saat aku beraksi. Jadi Tuan Nico mencurigainya. Maaf, ya...

Untuk yang terakhir, aku akan membantai lagi. Aku akan membunuh keluarga dan kerabat sahabatku—Natalia—karena mereka bukanlah manusia. Aku membenci mereka yang masih dirundung duka tapi malah mengadakan pesta. Seakan, kematian sahabatku tidaklah berarti. Jangan salah sangka. Aku memang membunuh, tapi aku akan menghormati korban-korbanku serta mengucap bela sungkawa jika perlu.

Isabell sangat menyayangi Raph kecil. Dia ingin menebus masa-kecilnya dengan membesarkan Raph kecil dengan baik. Tapi... dia tidak bisa lagi. Aku minta maaf padanya serta Johann.

Aku akan merenggut kehidupan mereka juga. Padahal mereka tidak salah apa-apa.

Aku juga minta maaf pada Avery. Aku membuatnya kehilangan Isabell-nya. Aku juga membuatnya kehilangan Johann-nya.

Lalu David. Dia sangat mencintai Isabell dan sepertinya Isabell juga begitu. Tapi sekali lagi, aku adalah jurang pemisah.

Untuk Dokter Hilde, terima-kasih karena telah menyayangiku. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan tanpa Anda.

Untuk Tuan Nico, tulisan-tulisan di dinding itu memang benar.

Untuk Tuan Ray, terima-kasih karena telah menahan Tuan Nico ketika dia membentakku di ruang interogasi.

Untuk ayah, terima-kasih dan... sebenarnya aku menyayangimu.

Untuk adikku, Karina, aku sangat menyayangimu. Aku juga menyayangi Irene jika dia sudi menyebutku dengan saudari.

Aku tidak tahu siapa lagi yang perlu kuhabisi.

Cuma... semoga setelah ini, kalian semua yang terlibat baik-baik saja dan memiliki kehidupan yang baik pula. Aku memanglah iblis dan mungkin, namaku akan terkutuk setelah ini. Tapi, aku mungkin akan menjadi dongeng—dongeng yang mengerikan.

Selamat tinggal.

The Rose Killer.

Angel...

Roseraie [END || REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang