[52]

61 14 1
                                    

Nico berjalan cepat menelusuri lorong rumah sakit bersama dengan Ray. Beberapa waktu lalu, dia mendapat laporan tentang seorang anak yang melihat pembunuhan di kebun. Tapi belakangan anak itu jatuh sakit karena syok. Hari ini, Nico baru bisa menemui anak lelaki itu.

Dia berhenti di sebuah pintu yang tertutup rapat. Di sisi kanan dan kirinya ada beberapa polisi yang berdiri tegap. Nico melirik ke arah jendela bulat yang ada di tengah-tengah pintu. Nampak anak itu sudah bisa duduk di ranjangnya sambil memainkan buku mewarnai.

"Kita akan mendapatkannya setelah ini," bisik Nico.

Salah satu polisi wanita menyerahkan berkas yang berisi foto-foto orang yang dicurigai.

Setelah mempersiapkan diri, Nico pun masuk ke dalam dan menyapa anak itu. Anak itu ramah. Dia ikut melambaikan tangan pada Nico dan anggota-anggota polisi lainnya. Ibu dari anak itu pun mempersilakan mereka untuk duduk.

Beliau menjelaskan bahwa anaknya mencari bola di daerah kebun, lalu dia mendengar suara tembakan. Setelah dicek, ternyata ada seorang perempuan yang menembak lelaki. Anak itu bersembunyi di balik kayu-kayu dan mematung sampai Si Pemembak pergi.

Pemembak itu adalah The Rose Killer. Korbannya merupakan seorang pengedar narkoba yang saat itu kebetulan sedang singgah di kebun orang untuk buang air.

"Nah, siapa namamu?" Nico mulai bertanya sembari duduk di kursi yang berada tepat di samping anak itu.

"Jimmie." Anak itu mendongak ke arah Nico.

"Ummmm, kau suka bermain bola?" tanya Nico.

Dia mengangguk dan tersenyum.

"Jadi, kau pernah bermain bola sampai sore dan kehilangan bolamu juga?"

"Suatu sore, aku kehilangan bolaku. Dia terlempar di semak-semak dekat kebun kangkung."

"Lalu, apa yang terjadi?"

Anak itu bergeming sejenak. Nico tahu bahwa Jimmie kecil masih berusia tujuh tahun. Dia pasti sangat syok berat ketika mendengar suara senapan dan seseorang yang tumbang berlumuran darah.

"Seseorang..." Kalimat itu menggantung sejenak.

"Seseorang?"

"Dia lelaki. Dan dia kencing. Lalu..."

"Lalu?"

"Dia berbincang dengan seorang perempuan."

"Setelah itu?"

"Dia... tertembak."

Nico menghela napas panjang. "Kau bisa mengingat wajah perempuan itu? Postur tubuh barangkali?"

Jimmie kecil memgangguk paham.

"Mantel merah muda dan sepatu hak tinggi merah. Dia menggunakan penutup kepala sampai rambutnya tidak kelihatan. Tangannya sangat putih seperti maneken," jelas Jimmie.

Ini lebih mudah dibandingkan dengan yang dibayangkan Nico. Anak lelaki kecil ini cerdas.

"Aku akan memberikan beberapa foto. Jika kau mengingat perempuan itu, katakan atau tunjuk, oke? Nanti kubelikan bola baru," kata Nico.

Jimmie mengangguk paham.

Nico mengeluarkan foto-foto yang ada dalam berkas yang dari tadi dia dekap. Dia mengambil foto-foto tersangka wanita. Dia menunjukkan satu persatu foto tersebut.

Sampai pada akhirnya, Nico menunjukkan foto Natalia.

Anak itu menunjuk fotonya.

Nico menelan salivanya.

Roseraie [END || REPUBLISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang